Jakarta, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla malam ini akan bertolak ke Turki untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Developing 8 (KTT D8) ke-9 di Istanbul, Rabu, 18/10.

Dalam kunjungnnya, Wapres akan transit terlebih dahulu di Abu Dhabi Emirat Arab setelah Pesawat Kepresidenan BBJ 2/A- 001 yang membawanya mengudara 8 jam 30 menit untuk pengisian bahan bakar selama 2 Jam. Setelah itu ia menuju Istanbul, dengan lama perjalanan 4 Jam 35 menit dan tiba di Bandara Internasional Ataturk,
Istanbul Turki Kamis, 19/10 pagi.

Dari pagi hingga sore, Wapres akan mengikuti rangkaian kegiatan KTT D8 ke-9 diantaranya foto bersama, penyampaian pidato penyerahan Keketuaan D8 dari Perdana Menteri Pakistan kepada Presiden Turki, penyampaian pidato selamat datang oleh Presiden Turki kemudian laporan Sekjen D8, dan pernyataan oleh Kepala Negara / Pemerintahan, Deklarasi İstanbul 2017 serta Jamuan santap siang oleh Presiden Republik Turki di Istana Dolmabahçe / Balai Muayede dan lain-lain di hari ketiga kunjungannya, Jum’at 20/10.

Di KTT D-8 ke-9 ini, akan mengeluarkan Deklarasi Istanbul [Bosphorus], Rencana Aksi Istanbul dan penandatanganan MoU antara D-8 dengan Islamic Development Bank (IDB).

Selesai acara KTT D8, Wapres menyempatkan untuk melaksanakan ibadah umroh di Saudi Arabia sebelum kembali ke Jakarta pada Senin, 23/10 pagi.

D-8 didirikan melalui Deklarasi Istanbul yang dihasilkan oleh KTT pertama D-8 pada tanggal 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki yang beranggotakan delapan negara berkembang diantanya Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan dan Turki.

“D-8 itu kumpulan negara-negara, jadi istilahnya developing eight yang anggotanya, anggota OKI, Negara-negara Islam yang berkembang dan yang besar. karena itu, Indonesia, Turki, Nigeria, Mesir, Iran, ada delapan itu, untuk membangun kerjasama baik industri dan perdagangan, dan investasi diantara Negara-negara tersebut dan juga saling menukar pengalaman,” terang Wapres saat ditanya awak media di kantornya, Selasa,17/10
Wapres menambahkan peran positif Indonesia di D8 yang menyebutkan sekjennya orang Indonesia.

“Jangan lupa dulu, sekjennya Dipo Alam di Turki, jadi Indonesia pernah jadi sekjen lama, lima tahun itu, jadi sekretariatnya di Turki. Jadi dulu itu inisiasi Turki yang kemudian sekarang kembali itu ada hubungannya yang Negara-negara Islam kan ingin bersatu dalam pertumbuhan, bukan hanya bicara politik, ya kita ingin bicara ekonomi, ilmu pengetahuan. Ketika di Kazakhstan kita bicara teknologi, dan ini (D-8) bicara tentang kerjasama ekonomi,” imbuhnya.

Awalnya, pembentukan D-8 dimaksudkan untuk menghimpun kekuatan Negara-negara Islam anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). D-8 kemudian bertransformasi menjadi kelompok yang tidak bersifat eksklusif keagamaan dan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat anggotanya melalui pembangunan ekonomi dan sosial.

Tampak hadir melepas keberangkatan, Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan, Kasdam Jaya, Waka Polda Metro Jaya (KIP-Setwapres).