Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menggelar rapat tentang Pariwisata di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Jumat (21/10/2016). Rapat dihadiri Menko bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala BKPM Thomas Lembong, Country Director World Bank Redrigo Chaves, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, dan sejumlah pejabat dari kementerian terkait.

Rapat membahas progress pengembangan destinasi wisata prioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika, yang merupakan bagian dari 10 destinasi utama yang ditetapkan pemerintah atau dikenal dengan “10 New Bali”.

“Jadi intinya another Bali,” ujar Wapres membuka rapat.

Menurut Wapres, Bali dapat menjadi destinasi di Indonesia yang paling diminati turis, karena menawarkan keindahan, kenyamanan, dan kemudahan. Seperti, beragam pantai yang elok, restoran yang tersebar di mana-mana, penduduk yang ramah, dan banyaknya penerbangan internasional yang langsung menuju Bali.

“Keberhasilan Bali di-design oleh konsumen,”ungkap Wapres.

Wapres mencermati, beberapa daerah lainnya di Indonesia belum memiliki apa yang dimiliki Bali, baik dari segi atraksi, amenitas, maupun akses. Masih ada daerah yang menawarkan wisata berbau mistis dan menyeramkan. Fasilitas yang ditemui juga masih belum memadai, seperti kondisi toilet yang tidak bersih, selokan yang kotor, dan sampah di mana-mana.

Selain itu, lanjut Wapres, banyak objek wisata yang memang diminati turis, namun akses menuju tempat tersebut masih sulit. Tana Toraja misalnya, butuh waktu 7-8 jam menggunakan bus. Sementara, saat ini, wisata tren penggunaan pesawat lebih diminati wisatawan, karena selain lebih cepat, biaya yang dikeluarkan tidak jauh berbeda dari transportasi darat.

Untuk itu, Wapres menegaskan, agar pariwisata di Indonesia dikembangkan dengan lebih menarik sesuai dengan selera turis.

“Jangan mengikuti selera kita, tapi harus menyesuaikannya dengan selera turis, sehingga lebih menarik,” tegasnya.

Lebih jauh Wapres mencontohkan, Arab Saudi yang mengembangkan objek wisata negaranya melalui paket perjalanan ibadah umroh. Sementara Singapura mengembangkan wisatanya melalui kecanggihan teknologi dan kesehatan yang menarik.

Wapres mengeluhkan, objek wisata Borobudur menarik wisatawan hanya 10 persen dari Angkor Wat yang ada di Kamboja. Padahal bangunan keduanya mengalami kemiripan dan sama-sama menjadi 7 Keajaiban Dunia.

Oleh karena itu, Wapres mengimbau, agar dilakukan studi banding terhadap kedua candi Buddha tersebut. Selain itu, untuk lebih menarik turis asing, wisata Borobudur hendaknya diintegrasikan dengan wisata lain yang ada disekitarnya, seperti Candi Prambanan, Candi Mendut, dan Keraton Istana Yogyakarta.

Menteri Pariwisata Arief Yahya melaporkan, sebagai upaya merealisasikan pengembangan ketiga destinasi wisata prioritas tersebut, Kementerian Pariwisata berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian, Kemenko Maritim, Kementerian PU Pera, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, Bappenas, serta pengelola kawasan Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika untuk menyusun Integrated Masterplan yang akan dimulai Februari 2017.

Terkait pendanaan, Arief menambahkan, pembangunan infrastruktur untuk tahun 2017 menggunakan APBN, APBD Tingkat I dan II sebesar 1 trilyun. Sementara, pembangunan yang dimulai tahun 2018 menggunakan dana World Bank sebesar 6 juta US Dollar.

“Kerjasama mulai dilakukan Januari 2017, penandatanganan dilakukan bulan Juni 2017, efektif pinjaman keluar bulan Juli 2017,” ucap Arief.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memaparkan progress pengembangan transportasi untuk ketiga destinasi wisata prioritas. Untuk Danau Toba tahun ini tengah dilakukan persiapan, dan tahun depan akan dibangun 2 bandara. Untuk Borobudur, Bandara Kulon Progo menjadi alternatif bandara yang paling dekat dengan objek wisata ini, dan pembangunannya diharapkan akan selesai pertengahan 2019. Untuk menambah kapasitas penerbangan ke Yogyakarta, juga akan dibangun Adi Sumarno 2.

“Untuk mempercepat proses pembangunan bandara, kami berencana menggandeng investor asing,” ungkap Budi.

Sementara untuk Mandalika, rencananya akan dibangun beberapa pelabuhan di Bima.

“Semua kita serahkan kepada Pelindo,” tutur Budi.

Mewakili Menteri PU Pera, Dirjen Cipta Karya Sri Hartono, memaparkan kemajuan persiapan program pembangunan infratsruktur untuk ketiga destinasi wisata prioritas. Dukungan dana dari World Bank akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur yang dimulai tahun 2018 yang mengacu pada Integrated Masterplan. Infrastruktur yang dibangun meliputi pembangunan jalan dan jembatan, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan perumahan swadaya.

Untuk Danau Toba, jelas Sri Hartono, akan dibangun jalan tol Prapat-Tarutung-Sibolga sebagai bagian dari tol Tebing Tinggi-Pematang Siantar-Prapat-Tarutung-Sibolga sebesar 175 km. Di Borobudur akan dibangun Jalan Yogyakarta-Tol Bawen. Sementara di Mandalika akan dibangun tol Praya-Mandalika.

Direktur World Bank untuk Indonesia Redrigo Chaves menyambut baik rencana yang telah disiapkan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan destinasi wisata prioritas dalam skema Integrated Masterplan. Ia pun menyampaikan kesiapan World Bank dalam mendukung rencana ini, tidak hanya dari segi pendanaan, tetapi juga konsultasi terkait pariwisata.

“Ini merupakan kemajuan yang sangat baik. Kementerian Pariwisata dan kementerian terkait telah membuat perencanaan yang jelas dalam Intergrated Masterplan. Melakukan riset pasar asing merupakan kunci yang tepat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan asing. Aset dan destinasi wisata Indonesia harus dikelola dan dilindungi dengan baik,” ujar Chaves. (KIP, Setwapres)