Mojokerto, Jawa Timur-wapresri.go.id. Kemajuan suatu bangsa tak lepas dari kemajuan industrinya. Agar industri berkembang dengan baik, maka diperlukan modal yang besar dan teknologi canggih. Namun yang paling penting adalah skill yang memadai.

“Modal dapat dicari, teknologi dapat dibeli, tapi skill harus dididik, harus dilatih, tidak hanya datang begitu saja, harus dilatih,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla pada acara Peluncuran Program Program Vokasi Industri, di PT. Dwi Prima Sentosa, Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (28/2/2017).

Menurut Wapres, teknologi berkembang cepat sekali, teknologi yang paling cepat adalah di bidang elektronik dan IT, setiap 18 bulan berkembang dua kali lipat. Karena itu pemerintah membangun sekolah teknik seperti STM atau politeknik. Namun, sayangnya apa yang diajarkan dalam sekolah teknik itu belum tentu sesuai dengan kemajuan industri. Karena yang diajarkan masih menggunakan cara kerja analog, sehingga, Wapres mencontohkan, bengkel masih memakai mesin bubut, padahal industri sudah pakai computer numericaly controlled (cnc).

“Jadi kadang tak mengejar pendidikan itu dibanding dengan kemajuan industri itu sendiri,” ungkapnya.

Wapres menekankan, semua berkepentingan dalam hal ini, industri membutuhkan skill yg baik, begitupun masyarakat untuk masuk ke industri. Untuk itu, apa yang dilakukan hari ini adalah jalan tengah dua kepentingan tersebut. Pemerintah melatih dasarnya, dan industri memberikan finishing-nya, baik untuk lapangan kerja, penerimaan negara, penerimaan masyarakat, dan kemajuan daerah.

Wapres menggambarkan, kalau petani padi menghasilkan 5 ton gabah kering dengan harga 20 juta rupiah, dikurangi 50 persen, maka ia akan mendapatkan 10 juta rupiah. Tapi pendapatan tersebut untuk 6 bulan, berarti hanya 1 juta lebih untuk keluarga. Sedangkan kalau kerja di industri, upah minimum di Mojokerto misalnya sekitar 3 juta rupiah. Memang memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari pertanian. Oleh karena itu, industri akan memberikan yang lebih baik kepada seluruh masyarakat.

“Karena itu negara hanya bisa maju apabila kita dalam bidang pertanian, mempunyai hasil tinggi. Di bidang industri, apabila kita selalu mengikuti teknologi dan kemajuan, dan tentu di bidang jasa yang baik,” tegas Wapres.

Wapres pun memberikan apresiasi dan penghargaan kepada kementerian terkait dan pihak swasta yang telah bekerja sama, termasuk pihak asing seperti Kedutaan Besar Swiss yang telah berpartisipasi dalam kerja sama ini.

Menurut Wapres, penyesuaian pendidikan dan pelatihan skill dengan kebutuhan industri saat ini sudah 20 tahun lalu didengungkan. Saat itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro mendorong program link and match. Kini program tersebut kembali digaungkan agar penyesuaian pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja dewasa ini terpenuhi.

Wapres mengimbau agar kerja sama antara dunia pendidikan, baik pemerintah negeri dan swasta ini dapat terlaksana dengan baik.

“Kita semua punya cita-cita yang sama memajukan bangsa, dengan dunia industri yang ingin mendapatkan nilai tambah yang cepat dan ingin nilai tambah dan tepat. Karena itu maka tanpa kerja sama, akan menyulitkan industri,” imbuhnya.

Wapres juga mengingatkan para pengusaha dan peserta pelatihan serta sekolah-sekolah penerima bantuan bahwa program vokasi industri ini bukanlah acara charity, belas kasih, ataupun arahan gubernur dan menteri, tetapi merupakan investasi.

“Investasi adalah apa yang dikeluarkan, hasilnya akan lebih banyak,” jelasnya.

Menutup sambutanya, Wapres menegaskan bahwa vokasi ini justru refleksi investasi paling murah. Dasar-dasar pelatihan dan teori sudah diberikan oleh pemerintah melalui SMK, politeknik, dan balai latihan, peserta hanya perlu menyesuaikan dengan teknologi yang ada.

“Tanpa teknologi dan tanpa skill maka industri tidak akan berkembang dengan baik dan tidak akan menguntungkan untuk anda,” pungkasnya.

Sebelumnya Gubernur Jawa Timur Soekarwo menekankan agar program vokasi ini mengedepankan adaptasi terhadap perkembangan teknologi pada dunia industri dan pelayanan publik.

Sementara Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, tanpa kerja sama, industri akan sulit mendapatkan tenaga skill yang sesuai, dan para anak muda juga kesulitan mendapatkan lapangan kerja sesuai kemampuannya.

“Itulah yang disebut Link and match, menghubungkan satu sama lain secara sesuai,” ucap Airlangga.

Peluncuran program link and match tersebut merupakan implementasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.

Disamping itu, program ini juga sebagai tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman lima Menteri pada Januari 2017 antara Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dalam kesempatan ini, sebagai bentuk komitmen perusahaan-perusahaan industri dalam mendukung program pendidikan vokasi, dilakukan juga pemberian bantuan peralatan praktek kepada SMK dari beberapa perusahaan industri, antara lain PT Petrokimia Gresik, PT Astra Honda Motor, PT Semen Gresik, PT Garudafood, PT Astra Daihatsu Motor, dan PT Barata Indonesia.

Selain Ibu Mufidah Jusuf Kalla, hadir mendampingi Wapres, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, dan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto. (KIP, Setwapres)