Jakarta. Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang tidak tepat sasaran menyebabkan semakin meningkatnya nilai subsidi yang dikucurkan pemerintah. Untuk mengatasi hal ini dan juga guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. “Tidak ada cara lain, paling mudah satu tanda tangan untuk menaikkan harga BBM” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) Sudirman di Kantor Wakil Presiden, Rabu 12 November 2014.

Pemerintah, kata Wapres, telah melakukan berbagai upaya agar dapat membatasi penggunaan BBM bersubsidi, tetapi tidak berhasil, seperti dilakukan pencatatan dengan alat radio yang ternyata juga tidak efektif.

Sudirman mengatakan bahwa Gaikindo mendukung kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Salah satu bentuk dukungan yang dilakukan oleh Gaikindo adalah para produsen otomotif memproduksi mobil dengan berskema low cost and green car (LCGC) yang sistem pembakarannya sudah diprotek dan harus menggunakan oktan yang tinggi ( BBM non subsidi). “Namun yang sulit ternyata pemilik kendaraan karena cenderung memaksakan kendaraannya menggunakan BBM bersubsidi,” ujar Sudirman.

Gaikindo juga telah melakukan penjajakan penggunaan bahan bakar gas, dengan melakukan pembicaraan dengan para ahli. “Mengingat dalam pelaksanaannya perlu terintegrasi secara baik antara Pertamina dengan SPBG-nya,” ucap Sudirman .

Di awal pertemuan, Sudirman melaporkan perkembangan industri otomotif di Indonesia. Kapasitas produksi kendaraan bermotor tahun lalu mencapai 1,3 juta unit, dan dalam tahun ini Gaikindo melakukan ekspansi kapasitas seiring dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang semakin baik. “Sehingga sampai dengan akhir tahun diperkirakan ak an mencapai 2 juta unit,” ujar Sudirman .

Untuk tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) khususnya untuk jenis kendaraan APV, sudah mencapaii 85%, dan untuk kendaraan ramah lingkungan dengan harga terjangkau sudah mencapai TKDN 87%. Secara keseluruhan industri otomotif tersebut telah berkembang dengan baik, dan mampu menyerap tenaga kerja yang jumlahnya cukup signifikan. “Jika dihitung dari hulu ke hilir, yaitu dari pabrik perakitan , unit komponen , hingga pelayanan purna jual dan dibengkel maka tenaga kerja yang terserap sebanyak 1.329.000 orang,” kata Sudirman.

Di sisi lain, Gaikindo juga menyumbang pemasukan negara sebesar Rp 62 triliun yang meliputi pendapatan pusat dan pendapatan asli daerah (PAD) provinsi . B ahkan dibeberap a provinsi menurut Sudirman, total PAD -nya lebih dari 60% berasal dari industri otomotif , termasuk DKI Jakarta yang PAD-nya Rp 7 triliun juga dari industri otomotif.

Dengan kemajuan dan perkembangan otomotif tersebut, Wapres mengapresiasi industri otomotif dan mengharapkan pengembangan industri tersebut terus dilakukan. Menurut Wapres, dimanapun suatu negara, industri mobil memiliki peranan penting. Seperti di Amerika Serikat, jika indeks penjualan rumah baik dan penjualan mobil baik tentu indeks ekonominya membaik. “Meski secara umum ekonomi itu ditentukan oleh banyak hal,” ucap Wapres.

Banyaknya industri mobil dan juga ekspor kendaraan, tentunya akan terjadi keseimbangan antara impor dan ekspor di industri otomotif yang dapat memberikan nilai tambah. “Pemerintah pasti mendukung hal itu, namun banyak hal yang harus kita perbaiki begitu,” kata Wapres.

Sudirman mengatakan bahwa berkat dukungan pemerintah selama, produsen Gaikindo berhasil melakukan produksi otomotif semakin maju dan telah terjadi transfer teknologi. “Jadi beberapa industri saat ini sudah lebih masuk dan lebih dalam lagi dengan pembuatan komponen yang tercermin berapa besarnya kandungan dalam negeri, bahkan ada beberapa perusahaan yang masuk ke rancang bangun,” lanjut Sudirman.
Dijelaskan pula bahwa ekspor tahun lalu untuk kendaraan secara utuh/ completely built up (CBU) mencapai 170 ribu unit, dan tahun 2014 ini sebanyak 200 ribu unit. “Sedangkan ekspor kendaraan secara terurai untuk tahun lalu mencapai 120 ribu unit, dan tahun ini diperkirakan 150 ribu unit,” ucap Sudirman.

Hal lain yang menunjang otomotif ke depan adalah ketersediaan bahan baku. Saat ini bahan baku otomotif hampir 95% masih diimpor, tapi pada tahun 2017 nanti, PT Krakatau Steel akan mulai memproduksi bahan baku otomotif. Untuk pendalaman teknologi terutama rancang bangun, kata Sudirman, saat ini sudah ada perusahaan yang memulai, maka Gaikindo akan melakukan investasi hingga Rp 1 triliun. “Jadi targetnya tahun 2020 akan mampu membuat kendaraan sendiri dalam arti casis dan bodi,” ucap Sudirman. (Supriyanto)

***