Jakarta. Setiap operasi pencairan dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) seperti yang terjadi pada musibah jauthnya AirAsia QZ8501 menyangkut banyak hal dan menjadi berita yang hangat di seluruh dunia, karena menyangkut banyak gengsi. “Di samping upaya penyelamatan dan pencarian korban, juga menyangkut gengsi Negara,” ujar Wakil Presiden saat memberikan sambutan pada Hari Ulang Tahun ke-43 Badan SAR Nasional (BASARNAS) Tahun 2015 di Kantor Pusat BASARNAS Jakarta, Selasa 24 Februari 2015.

Saat terjadi musibah AirAsia itu, upaya pencarian yang dilakukan untuk menemukan pesawat ini banyak dibandingkan dengan upaya pencairan pesawat Malaysia Airlines yang hilang pada awal Maret 2014. Indonesia, ucap Wapres dalam pencarian ini dinilai lebih baik dari Malaysia.

Gengsi lainnya adalah penggunaan teknologi yang digunakan, juga pesawat yang digunakan. Untuk itu Wapres mengingatkan agar kita harus behati-hati jika menangani peristiwa seperti ini. “Karena begitu mata banyak menyorot seperti ini,” ujar Wapres.

Namun, diingatkan Wapres, bahwa tugas utama BASARNAS adalah menyelamatkan jiwa manusia sebanyak mungkin, sebaik mungkin, dan seikhlas mungkin. “Karena iulah segala kemungkinan harus kita upayakan tanpa pamrih,” pesan Wapres.

Wapres menggarisbawahi pelajaran penting dari upaya pencarian dan penyelamatan pesawat AirAsia itu adalah kita memberikan contoh betapa pentingya kerjasama dalam upaya pencarian dan penyelamatan, karena tanpa kerjasama yang baik akan sulit mencapai hasil yang baik. Untuk itulah, Wapres mengapresiasi kerjasama yang dilakukan oleh berbagai pihak. “Tanpa Angkatan laut, tanpa Angkatan Darat, tanpa Kepolisian, tanpa pemerintah kota, tanpa rumah sakit, tanpa masyarakat, BMKG atau siapa saja, informasi, tanpa orang pintar, tidak mungkin kita dapat menemukan black box, sedalam itu dalam pengalaman kita ini secepat itu,” ujar Wapres.

Dan yang tak kalah pentingnya dalam operasi itu adalah nelayan, karena nelayanlah yang memberikan informasi yang sangat penting, baik di Kalimantan juga di Sulawesi. “Ini yang saya ingin kemukakan bahwa peranan masyarakat itu dalam Badan SAR ini sangat penting sekali,” kata Wapres.

BASARNAS, kata Wapres, seperti juga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Palang Merah Indonesia (PMI) adalah organisasi yang menghadapi mereka yang tengah dilanda musibah, yang seringkali memancarkan kesedihan, kemarahan, bahkan tidak sedikit yang dipenuhi kekesalan. Tetapi, setelah penderitaan yang mereka rasakan mereda, pada akhirnya mereka akan tersenyum dan bersyukur.

Karena itu, lanjut Wapres, disamping tugas-tugas kenegaraan, ini juga merupakan amal ibadah untuk semuanya. “Semua orang yang dapat menggembirakan sesama orang itu mempunyai amal ibadah yang baik, tanpa pamrih dan penuh keberanian dan juga ketulusan,” kata Wapres.

Semua yang terlibat dalam pemberian pertolongan pada musibah tentunya bekerja dengan ikhlas, tanpa membeda-bedakan dengan melayani dengan baik. Tetapi jika diperhatikan, seseorang yang meninggal karena pesawatnya jatuh akan lebih diperhatikan dibandingkan dengan mereka yang meninggal karena tertimbun pasir.

Wapres mengatakan bahwa dirinya membandingkan operasi pencarian AirAsia mendapat perhatian berhari-hari dan menjadi breaking news. Tapi jika ada 100 orang yang meninggal di Banjarnegara karena bencana alam, hanya diberitakan 2-3 kali. “Kemarin bus jatuh, 20 yang meninggal hanya berita kecil di media, padahal sama-sama jiwa yang meninggal,” kata Wapres.

Sebagai negara yang sangat luas dewasa ini, Wapres mengingatkan, kecelakaan demi kecelakaan itu selalu ada, karena itulah sebagai badan yang didirikan untuk menyelamatkan korban bila terjadi musibah di negeri ini, tentunya BASARNAS harus menjalankannya dengan setulus-tulusnya dan secepat-cepatnya.

Dalam setiap kecelakaan, kata Wapres, golden hour, selama 6 hingga 10 jam. Untuk itulah, BASARNAS harus menetapkan standard operating procedure (SOP) yang ketat untuk mencapai itu. Selain itu, Wapres mengingatkan bahwa semuanya berawal dari informasi, sehingga masyarakat harus dibiasakan untuk mengetahui cara memberikan informasi yang cepat bila terjadi musibah. “Karena itulah informasi tentang Basarnas, alamatnya, teleponnya, harus dikenal baik oleh masyarakat kita untuk memberikan informasi yang paling cepat dan paling baik,” ucap Wapres.

Di samping informasi, kesiapan orang dan kesiapan alat juga menentukan kecepatan. “Karena tanpa kecepatan akan menimbulkan korban yang lebih besar lagi kepada siapapun yang kena korban itu,” kata Wapres.

Penanggulangan musibah menuntut adanya peralatan dan teknologi mutakhir digambarkan Wapres ketika terjadi bencana tsunami di Aceh pada akhir 2004, Wapres menceritakan saat itu hanya untuk mengangkut itu air dibutuhkan helikopter dari Amerika, Singapura, dan Malaysia. “Sekarang tentu pemerintah harus siap untuk dipakai sebaik-baiknya untuk kemaslahatan kita semuanya,” kata Wapres.

Indonesia adalah negara luas dan ada dalam ring of fire, sehingga menjadi negara dengan risiko terjadi bencana alam cukup tinggi. Untuk itu, Wapres meminta akan BASARNAS bukan hanya menyelamatkan orang tapi juga melakukan mitigasi bencana bersama-sama BNPB. “Untuk memberikan cara-cara yang baik untuk menghindari masyarakat terkena bencana,” tutur Wapres.

Kerjasama juga dapat dilakukan dengan TNI dan pemadam kebakaran. Selain itu, seperti juga bidang kesehatan, selain tindakan kuratif, juga diperlukan tindakan preventif. Tapi, kata Wapres, semua ini bukan hanya menjadi tugas BASARNAS, tapi merupakan tugas kita semua dalam menjaga standar-standar keselamatan itu.

Di akhir sambutannya, Wapes mengingatkan bahwa jiwa manusia tidak bisa diukur dengan uang, karena jiwa tidak punya harga dalam bentuk materi, tapi jiwa harus selalu dihargai sebagai kemanusiaan, sehingga kita harus bekerja sebaik-baiknya untuk kemanusiaan itu dengan langkah-langkah yang baik daripada kita semuanya.

Untuk itulah, mereka yang bekerja di BASARNAS haruslah orang-orang yang berani, harus ikhlas, siap bekerja 24 jam. “Karena kecelakaan tidak pandang memberikan terlebih dahulu, maaf ya besok pagi saya mau bikin kecelakaan, tidak ada itu. Jadi kesiapanlah, keikhlasanlah yang harus memenuhi semua itu,” ucap Wapres.

Sementara itu, Kepala Basarnas Marsdya TNI F.H. Bambang Sulistyo dalam sambutannya mengatakan bahwa Indonesia mempunyai nilai strategis karena letak geografisnya, namun potensi bencana alam dan kecelakaan di bidang penerbangan dan pelayaran dapat terjadi sewaktu-waktu . Begitu juga dengan tantangan ke depan berupa kebijakan “Asean Open Sky” dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) serta cita-cita mewujudkan Indonesia sebagai “Poros Maritim Dunia”, semakin memberikan gambaran bahwa tantangan tugas Basarnas sangat berat, sehingga unsur kesiapsiagaan harus memadai.

Untuk itu perbaikan-perbaikan di berbagai bidang, khususnya menyangkut kualitas SDM, sarana dan prasarana perlu terus dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan prioritas pembangunan nasional yang telah ditetapkan.

Peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501 yang lalu merupakan pelajaran yang sangat lengkap untuk sebuah evaluasi, meski apresiasi datang dari berbagai pihak (dalam/luar negeri) terhadap kinerja Tim SAR Gabungan yang cukup membanggakan.

Sarasehan ini diselenggarakan dalam rangka membangun komunikasi, sosialisasi sekaligus menyamakan persepsi para pemangku kepentingan penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan serta sekaligus menghimpun berbagai masukan.

Tampak hadir pada acara ini, Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, para pejabat di lingkungan BASARNAS. (Arief Hendratno/Tri Handayani)

***