Jakarta-wapresri.go.id Kesadaran masyarakat mengenai keluarga berencana (KB) telah tumbuh secara baik sejak puluhan tahun lalu. Saat ini kampanye tentang KB pun jauh lebih mudah dibandingkan masa lalu.

“Apabila kita berbicara tentang BKKBN atau keluarga berencana, ini suatu usaha panjang. Kalau kita membaca atau mempelajari sejarahnya, keluarga berencana sudah mulai kita bicarakan dan laksanakan sejak tahun 56-57-an, sejak adanya perhimpunan keluarga berencana. Artinya kesadaran kita tentang perlunya keluarga berencana ini sudah mulai tumbuh dan kita jalankan dengan baik selama puluhan tahun,” ujar Wakil Presiden Jusuf Kalla saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (7/2/2017).

Wapres menekankan pentingnya kembali menggalakkan program keluarga berencana karena Indonesia merupakan negara besar yang secara makro harus diatur dengan baik.

“Pada awal tahun 50 an, penduduk kita masih sekitar 100 juta tapi kita sudah bicarakan keluarga berencana. Sekarang penduduk Indonesia sudah sekitar 250 juta tentu kita bicarakan lagi tentang pentingnya keluarga berencana ini,” tegas Wapres.

Wapres memberikan gambaran dari segi wilayah, Indonesia mengalami ketidakseimbangan penduduk. 60 persen penduduk Indonesia berdiam di Pulau Jawa sedangkan 40 persen penduduk lainnya tinggal di luar Pulau Jawa yang lebih luas.

“Apabila terus menerus pertumbuhan penduduk seperti ini, maka Pulau Jawa akan menjadi kampung besar,” ucap Wapres mengingatkan.

Untuk mengatasi hal tersebut, Wapres menyatakan perlunya dibuat program seperti transmigrasi. Namun Wapres menyayangkan karena otonomi dan terbatasnya lahan-lahan yang tersedia, program ini tidak mudah lagi dilakukan.

Wapres mengatakan sesungguhnya kampanye tentang KB saat ini jauh lebih baik dibandingkan masa lalu. Bahkan, untuk di kota-kota besar pemahamam tentang pentingnya KB otomatis berjalan.

“Ini tentu efek dari kampanye yang luar biasa pada beberapa puluh tahun. Selain itu, karena adanya faktor pendidikan dan bapak/ibu yang bekerja, sehingga kalau dua-duanya bekerja sulit untuk hamil dua tahun sekali,” ungkapnya.

Begitu juga, Wapres menjelaskan, peran ulama dalam mengkampanyekan pentingnya program KB ketika itu, sehingga masyarakat mudah memahami melalui keyakinan agama.

“Indonesia dianggap negara dengan penduduk Islam terbesar, yang memberikan pemahaman kepada masyarakatnya dengan baik lewat para ulama-ulama,” jelas Wapres.

Wapres menambahkan, bentuk kampanye yang dilakukan pun bukan melalui pemaksaan, melainkan dari kesadaran yang tumbuh.

“Jadi karena itulah kampanye bukan memaksa kaya di India, dikumpulkan orang baru divasektomi. Kita bukan itu. Kita tidak mempunyai hak itu, hanya kesadaran,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, Wapres mengapresiasi keberhasilan progam KB yang dapat menahan laju pertumbuhan penduduk.

“Kalau zaman dulu pertumbuhan kita hampir 2 persen, sekarang sekitar 1,4 (persen). Itupun nanti juga bisa dihitung dengan lebih baik lagi,” ucap Wapres.

Wapres pun mengungkapkan kebanggaannya bahwa program KB di Indonesia telah menjadi champion di negara-negara berkembang, yang tidak memiliki efek negatif, seperti di negara Singapura, China, dan Jepang, dimana ketiga negara tersebut memiliki kebijakan satu keluarga hanya boleh memiliki satu anak.

“Kalau di Singapura, orang melahirkan lebih dari satu didenda, sekarang melahirkan lebih dari satu mendapat bonus. Begitu juga dengan China dan Jepang, akhirnya negara tersebut mengalami aging country, dimana jumlah orang tua lebih banyak daripada yang muda, artinya satu orang bekerja harus melayani dua orang pensiun,” jelas Wapres.

Wapres menambahkan, keberhasilan KB yang membatasi dua anak pada masa lalu menimbulkan bonus demografi pada 30 tahun kemudian seperti sekarang ini.

 “Tidak punya efek negatif, kaya di India, kaya di China, tapi jauh lebih berhasil dibanding Mesir dan negara-negara Islam lainnya,” puji Wapres.

Wapres pun meminta agar semua peserta yang hadir mengembangkan pemikiran sesuai wilayah masing-masing, agar terjadi keseimbangan jumlah penduduk per pulau, per daerah dan per keluarga. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi bisa menjadi lambat karena kurang orang, tetapi menjadi masalah kalau kebanyakan juga.

“Untuk itulah semuanya dibutuhkan dalam sistem, bagaimana menjalankan keluarga berencana dengan baik. Jadi butuh suatu sinergi dan butuh pedoman,” tegas Wapres.

Wapres juga berharap agar kampanye KB dilakukan dengan berbagai instrumen, termasuk melalui media sosial.

“Bisa lewat media sosial, facebook dan macam-macam. Jadi bapak/ibu di daerah pergunakan instrumen-instrumen yang baik itu di daerah,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mengatakan, tujuan dari rakornas ini adalah untuk meningkatkan sinergitas, komitmen dan dukungan pemerintah, pemerintah daerah dan mitra kerja dalam pemerataan pengelolaan dan pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, mantan Kepala BKKBN yang dikenal dengan program KB-nya Haryono Suyono, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, dan Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Husain Abdullah. (KIP, Setwapres)