Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan bahwa mendiang K.H. Ahmad Hasyim Muzadi merupakan tokoh nasional yang memiliki pengalaman hidup yang panjang.

“K.H. Hasyim Muzadi memiliki beragam kegiatan, dari bawah sampai ke atas. Beliau mulai dari seorang aktifis mahasiswa, anggota DPR, menjadi kiai, dan kemudian politisi,” ujar Wapres pada Peluncuran Buku “Takziah Muhammadiyah untuk KH. Hasyim Muzadi” di Aula K.H. Ahmad Dahlan, Gedung Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis malam (20/4).

Bagi Wapres, K.H. Ahmad Hasyim Muzadi tidak saja mampu menjadi tokoh panutan bagi umat dan bangsa, tetapi beliau juga aktif dalam mengampanyekan Islam yang damai dan toleran.

“Beliau juga aktif di organisasi International Conference of Islamic Scholars (ICIS),” kata Wapres. ICIS merupakan organisasi yang aktif mempromosikan Islam yang damai dan moderat ke seluruh dunia.

Wapres pun mengapresiasi penerbitan buku yang ditulis untuk mengenang kehidupan dan perjuangan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) itu.

“Kalau buku ini diterbitkan oleh PBNU, bukan berita. Tetapi, karena yang menerbitkan Muhammadiyah, ini menjadi berita,” ujar Wapres yang disambut tepuk tangan hadirin.
Wapres kemudian bercerita mengenai pengalamannya yang berkesan dengan K.H. Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2002, kisahnya, pasca tragedi Bom Bali I, jumlah wisatawan di Bali merosot dari yang biasanya lebih dari 6.000 orang menjadi hanya sekitar 1.000 orang per hari.

Untuk meningkatkan jumlah wisatawan di Bali saat itu, Wapres kemudian mengundang Syafii Maarif (pada saat itu Ketua Umum PP Muhammadiyah) dan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi untuk membahas apakah libur keagamaan, seperti peringatan Isra Miraj dan Maulid Nabi, bisa bergeser agar masyarakat memiliki libur akhir pekan yang panjang.

“Misalnya, peringatannya hari Selasa, diliburkan hari Senin. (Libur) hari Kamis (bergeser) menjadi hari Jumat. Masyarakat kalau ke Bali setidaknya membutuhkan waktu tiga hari,” ujar Wapres.

Kedua tokoh organisasi Islam terbesar di Indonesia itu, lanjutnya, tidak berkeberatan dengan inisiatif tersebut.

“Kalau NU dan Muhammadiyah tidak keberatan, yang lain ikut tidak keberatan. Itulah sejarah mengapa dulu libur hari raya keagamaan dipindah,” terang Wapres.

Wapres kemudian menyampaikan kesannya pada nama almarhum Ahmad Hasyim Muzadi yang seolah-olah merupakan gabungan nama pendiri Muhammadiyah dan NU, yaitu Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari.

“Apakah orang tua beliau sengaja atau tidak memberi nama Ahmad Hasyim? Dari nama saja (beliau) sudah dekat dengan Muhammadiyah sebenarnya,” ujar Wapres.

Mengakhiri sambutannya, Wapres berharap bahwa dengan pandangan dan ketauladanan K.H. Ahmad Hasyim Muzadi ini hubungan NU dan Muhammadiyah akan semakin erat.

“Mudah-mudahan buku ini memberikan suatu langkah yang lebih mendekatkan satu sama lain,” pungkasnya.

Pada acara tersebut, hadir pula beberapa tokoh nasional yang ikut memberikan testimoni mengenai mendiang Hasyim Muzadi, yang kesemuanya mengapresiasi ketokohan, peran, dan kiprah almarhum bagi umat, bangsa, dan dunia Islam.

Din Syamsuddin, misalnya, menyebut KH. Hasyim Muzadi merupakan ulama yang memiliki wawasan keislaman, kebangsaan, dan kemasyarakatan yang luas, serta pemikiran yang strategis.

“(Beliau) menempatkan Islam secara tepat dalam konteks dunia. Kepergian beliau merupakan kehilangan bukan hanya bagi masyarakat NU, tetapi juga bagi umat Islam dan bangsa Indonesia serta dunia Islam,” ujar Din.

Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua MPR periode 1999-2004 sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1995–2000 Amien Rais; Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005–2015 Din Syamsuddin; Ketua MPR Zulkifli Hasan; Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy; Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar; Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Sekretariat Wakil Presiden Bambang Widianto; dan Staf Khusus Wakil Presiden Syahrul Udjud.

Buku “Takziah Muhammadiyah untuk KH. A. Hasyim Muzadi” merupakan bentuk apresiasi Muhammadiyah kepada mendiang K.H. Ahmad Hasyim Muzadi, seorang tokoh NU dan salah satu putra terbaik bangsa. Hasyim Muzadi lahir di Tuban, Jawa Timur pada 8 Agustus 1944 dan wafat di Malang pada 16 Maret 2017 dalam usia 72 tahun. Almarhum sebelumnya merupakan Ketua Umum PBNU periode 1999–2010 dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 19 Januari 2015. (KIP, Setwapres)