Makassar-wapresri.go.id Dalam kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia saat ini, dibutuhkan kerjasama yang lebih efisien. Untuk itu, sebagai upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi di subregional Asia, diperlukan kerjasama, salah satunya di bidang perdagangan. Konektivitas menjadi kunci meningkatkan perdagangan tersebut.

“Maka, konekvititas sangat penting untuk masing-masing pihak [negara], harus kita tingkatkan itu dan tentu perdagangan yang lebih baik lagi,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menghadiri The 3rd Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines East ASEAN Growth AREA (BIMP-EAGA) and Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Trade Expo, Conference and Business Matching 2016, di Sheraton Hotel, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (14/10/2016).

Menurut Wapres, melakukan perdagangan memang terkadang tidak mudah, salah satunya disebabkan letak geografis yang dekat dan kesamaan produktivitas. Wapres mencontohkan, wilayah Sulawesi di Indonesia lokasinya dekat dengan kota Davao di Filipina, dan kedua wilayah tersebut sama-sama menghasilkan kopra, sehingga sulit melakukan perdagangan karena memiliki produksi yang sama.

Untuk itu, Wapres menekankan kedua negara harus saling belajar dari pengalaman masing-masing untuk mengambil manfaat dan menciptakan perdagangan yang lebih efisien. Wapres mencermati kawasan ASEAN memiliki 60 juta penduduk, sehingga menjadi peluang sebagai pasar yang besar.

Wapres menambahkan, konektivitas di bidang keuangan juga harus diperbaiki, untuk mempermudah perdagangan.

“Di sini juga teman-teman perbankan harus lebih memperbaiki konektivitas di bidang keuangan, mungkin BRI buka cabang di Davao, atau sebaliknya Bank Filipina buka cabang di sini, sehingga ada konektivitas sistem keuangan, sehingga perdagangan juga lancar,” kata Wapres menyarankan.

Di awal sambutannya Wapres mengungkapkan bagaimana BIMP-EAGA dan IMT-GT terbentuk. Akhir tahun 1987-1988 ketika Wapres saat itu menjadi Ketua Kadin Indonesia Timur, ia melihat bahwa ekonomi di wilayah Timur perlu mempunyai hubungan lebih dekat dengan negara-negara di sekitarnya.

“Karena itu lah kami mengundang chamber of commerce dari Mindanau, Sabah dan Brunei untuk bertemu di Makassar untuk membicarakan hal-hal apa yang bisa dikerjasamakan untuk kemajuan regional di Timur ini. Ini dengan suatu pemahaman yang sering kita katakan bahwa tetangga yang baik lebih penting daripada saudara yang jauh. Ada hal yang sangat penting juga bahwa Indonesia Timur, Mindanau, dan Sabah, adalah daerah-daerah yang lebih tertinggal dibanding daerah lain di negara masing-masing,” ungkap Wapres.

Selain itu, Wapres menjelaskan, sebelumnya hubungan ekonomi antara bagian wilayah Timur Indonesia dengan wilayah sekitarnya seperti Sabah dan Mindanau, lebih banyak hubungan ekonomi ilegal, yakni penyelundupan. Barang-barang yang baik dari Malaysia diselundupkan melalui Mindanau, atau barang-barang dari Tawau diselundupkan ke Indonesia, sehingga perdagangan ekonominya menjadi ilegal.

“Maka itu harus diformalkan ekonominya agar lebih baik,” ucap Wapres.

Selanjutnya, Wapres menuturkan, dilakukan pertemuan secara bergiliran di masing-masing negara sehingga terbentuklah kerjasama. Pada tahun 1994, kerjasama ini oleh pemerintah dijadikan formal sebagai kerjasama cross area, sub regional area.

Begitu juga kerjasama Indonesia, Malaysia, Thailand sebagai suatu growth economy, menurut Wapres, dibentuk untuk menghubungkan wilayah yang berdekatan, seperti Sumatera dengan Malaka, dan Kalimantan Barat dengan Sarawak, juga Thailand.

Kini, dengan adanya MEA, Wapres mengatakan, pergerakan barang dan jasa, menjadi sangat bebas sehingga kegiatan ekonomi di kawasan ASEAN menjadi lebih lancar.

Wapres pun mengharapkan dengan adanya konferensi BIMP-EAGA dan IMT-GT ini dimana juga dipamerkan berbagai produk dari masing-masing negara, dapat meningkatkan perdagangan, karena pengunjung yang hadir mengetahui produk yang ditawarkan dari tiap-tiap negara.

Sementara, Menteri di Departemen Perdana Menteri Malaysia Datuk Abdul Rahman Dahlan menyatakan, untuk meraih target ekonomi, negara-negara anggota BIMP-EAGA dan IMT-GT harus terkoneksi dengan baik dalam transportasi dan infrastruktur logistik. Tanpa koneksi tersebut, Datuk Abdul Rahman mengingatkan, akan ada kegagalan dalam skala ekonomi yang diperlukan, terutama dalam hal meningkatkan lintas batas perdagangan dan investasi di kawasan ini.  Menurut Datuk Abdul Rahman, Malaysia akan terus mendukung strategi peningkatan konektivitas jalan, pelabuhan laut dan bandara untuk menghasilkan perdagangan dan investasi subregional.

“Ini adalah faktor yang mendukung untuk pengembangan berkelanjutan dari konektivitas darat, laut dan udara, terutama di dalam koridor ekonomi BIMP-EAGA dan IMT-GT,” ujar Datuk Abdul Rahman.

“BIMP-EAGA dan IMT-GT akan fokus pada lingkungan dan pariwisata medis untuk memaksimalkan potensi yang ada dan pada zona perdagangan bebas prospektif untuk lebih memperkuat hasil ekonomi,” tuturnya.

Sebelumnya dalam laporannya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan, BIMP-EAGA dan IMT-GT ini dibentuk dengan tujuan utamanya mengurangi kesenjangan antar wilayah subnasional dan untuk memperkuat perdagangan lintas batas serta mempromosikan perdagangan, investasi, dan pariwisata. Trade Expo di Indonesia pada tahun ini mengangkat tema besar, yaitu “Strenghtening the Asian Maritim Economic Corridor and Food Security”.

“Latar belakang dari pemilihan tema tersebut, bahwa wilayah yang masuk dalam kerjasama ekonomi subregional ini umumnya adalah wilayah kepulauan jadi sangat tepat apabila diangkat penguatan sektor maritim dalam mendukung tujuan kerjasamanya. Sedangkan permasalahan ketahanan pangan juga menjadi perhatian semua negara ASEAN,” ujar Darmin.

Darmin menjelaskan, rangkaian acara BIMP-EAGA dan IMT-GT ini dibagi menjadi 3 kegiatan utama. Pertama, kegiatan trade expo selama 3 hari dari 14-16 oktober 2016, dengan jumlah booth 236 yang menampilkan berbagai produk unggulan sektor kemaritiman terutama kelautan dan perikanan, pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, infrastruktur, industri pengolahan, industri kreatif, logistik, pariwisata, perdagangan barang dan jasa, dari masing-masing negara. Kedua, business conference, tercatat diikuti oleh sekitar 400-an peserta baik dalam negeri maupun luar negeri. Para pembicara berasal dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei, Filipina, Jepang, China dan Australia. Ketiga, business matching, tujuan utama untuk pertemuan kalangan bisnis lokal dan antar negara di wilayah forum ini.

“Saya berharap agar kegiatan ini bisa dimanfaatkan secara maksimal guna mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing,” ucap Darmin. (KIP, Setwapres)