Penganugerahan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015

Jakarta. Kota yang cerdas digambarkan dengan hunian yang nyaman, lingkungan yang hijau, lalu lintas yang lancar dan tertib, serta masyarakat yang sehat. Untuk mewujudkan itu semua, dibutuhkan ketegasan pimpinan daerah dan penerapan teknologi yang memadai. “Cerdas disamping memakai teknologi, tentu juga rakyat, apalagi walikotanya cerdas. Karena tanpa kecerdasan pimpinannya tak akan memberi contoh bagi masyarakatnya,” tutur Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat acara Penganugerahan Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2015 di Hotel Shangri La pada Kamis, 13 Agustus 2015.

Kota Surabaya dinobatkan sebagai Kota Cerdas Indonesia 2015, setelah meraih predikat terbaik dalam dua kategori penilaian, yakni kota cerdas dengan penduduk di atas 1 juta orang dan kota cerdas dalam bidang lingkungan. Selain Surabaya, Kota Magelang juga mendapatkan predikat kota cerdas berpenduduk sampai dengan 200 ribu orang dan kota cerdas bidang ekonomi. Sedangkan kota cerdas bidang sosial diraih oleh Kota Madiun dan kota cerdas dengan penduduk 200 ribu s.d. 1 juta orang diraih oleh Kota Yogyakarta.

Salah satu bentuk ketegasan, lanjut Wapres, dapat diwujudkan dalam pengelolaan anggaran belanja daerah yang efektif. “Ternyata pegawainya makin banyak menggunakan. Jadi biaya pegawainya lebih besar dari biaya pembangunannya. Itu tantangan kita semua,” singgung Wapres..

Kemudian Wapres menceritakan pengalamannya berdialog dengan pihak perbankan Indonesia yang akan membuka kantor cabang di Singapura. Pelajaran yang diperoleh adalah bagaimana pemerintah Singapura menerapkan aturan dan standar yang detail untuk melindungi kotanya. “Artinya kalau kota itu baik, tentu standar dan peraturannya harus dipatuhi oleh orang. Kita ini kadang terlalu permisif. Pengalaman yang ada, kalau terlalu permisif maka banyak orang yang melanggar,” ujar Wapres.

Terkait pemanfaatn teknologi di kota cerdas, Wapres mengapresiasi adanya Gojek yang saat ini beroperasi di Jakarta. Wapres menilai Gojek sebagai salah satu terobosan mengurai kemacetan kota “Sekarang bisa tinggal telpon saja. Semua bisa berkurang dengan Gojek. Dengan murah juga. Kemacetan juga bisa diselesaikan dengan teknologi IT,” kata Wapres.

Dalam konteks kota cerdas ini juga, Wapres menginginkan masyarakat semakin mengerti arti pentingnya kesehatan. Pemerintah ke depan tidak hanya membantu orang yang sakit, tetapi lebih penting lagi membantu orang yang sehat agar tidak sakit. “Sekarang ini seakan-akan pemahaman orang, bahwa apapun anda sakit, pemerintah akan menjaminnya. Kesan ini harus diubah, yang lebih baik adalah kita bantu anda sehat, tapi kalau sakit dibantu juga. Caranya bantu sehat adalah bersihkan lingkungan, kasih lapangan hijau,” jelas Wapres.

Mengakhiri sambutannya, Wapres menitipkan pesan kepada pihak penyelenggara, untuk membuat kategori penilaian yang sebaliknya, seperti terkotor atau tidak cerdas pada kesempatan selanjutnya, agar para pimpinan daerah berbenah untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik. “Tentu bagi yang belum, kita harapkan tetap berusaha keras memajukan kotanya agar tahun depan lebih baik dan dapat penghargaan,” pesan Wapres.

Penganugerahan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2015 ini terselenggara hasil kerjasama Kompas, Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Institut Teknologi Bandung. Penilaian dilakukan terhadap 98 kota, dengan 93 kota diantaranya adalah daerah otonom.

Penyusunan IKCI 2015 dilatarbelakangi semakin banyaknya penduduk di perkotaan dan semakin banyaknya permasalahan kota. Kondisi inilah yang kemudian melahirkan tantangan bagaimana cara mengelola kota dengan cerdas dan bertujuan akhir meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya.

Tampak hadir dalam acara Penganugerahan IKCI 2015 ini, Menteri Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Dirut PGN diwakili Direktur Strategi Bisnis Wahid Sutopo, Pemred Harian Kompas Budiman Tanuredjo dan Rektor ITB Kadarsah Suryadi. (Taufik Abdullah)

****