Jakarta, wapresri.go.id – Sejak Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) ditandatangani, hubungan Indonesia-Australia semakin meningkat terutama di bidang perdagangan dan investasi. Namun, faktor penting yang sangat mendukung kerjasama tersebut adalah hubungan antar masyarakat (people to people relations) dari kedua negara.

“Dengan adanya IA-CEPA yang telah ditandatangani, kita dapat meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan dan investasi. Namun, hubungan antar masyarakat dari kedua negaralah yang paling penting untuk mendukung kerjasama tersebut. Diharapkan, hubungan antar masyarakat ini dapat mendukung program peningkatan kualitas SDM di Indonesia,” tegas Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Ketua Dewan Australia Indonesia Center (AIC) Harold Mitchell, di Kantor Wapres, Jl. Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (278/2019).

Hadir mendampingi Mitchell, Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan, Direktur dan CEO AIC Eugene Sebastian, Senior Fellow AIC Reni Soewarso Darmono, Anggota Dewan Mari Pangestu dan James Castle, Konsul Jenderal Australia Richard Mathews, Wakil Rektor Universitas Indonesia Prof. Rosari Saleh dan Letjen. Bambang Darmono.

Lebih jauh Wapres menjelaskan, SDM unggul menjadi program prioritas bagi Pemerintahan Presiden Jokowi selanjutnya. Hal ini penting karena munculnya persaingan yang sangat tinggi antar negara terutama di kawasan Asia.

Menurut Wapres, Australia merupakan negara yang memiliki sistem pendidikan dan teknologi yang diakui dunia. Ia pun berharap Australia dapat mendukung program peningkatan kapasitas demi terciptanya SDM yang berkualitas dan mampu bersaing di kancah global.

Sejalan dengan Wapres, Mitchell menyampaikan bahwa AIC merupakan organisasi yang telah berdiri sejak 2014 dan merupakan kerjasama antara tujuh universitas Indonesia dengan empat universitas Australia sebagai upaya meningkatkan hubungan antar masyarakat di bidang sains, teknologi, pendidikan, dan inovasi. Ketujuh universitas dari Indonesia tersebut adalah Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Sementara, empat universitas dari Australia adalah The University of Melbourne, Monash University, The University of Queensland, dan The University of Western Australia.

“Kami telah berkunjung ke Bandung, Semarang, Jogjakarta, Makassar untuk mengerjakan beberapa proyek kerjasama. Selanjutnya kami akan fokus dalam bidang komunikasi, informasi dan media,” jelas Mitchell.

Sementara Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan yang hadir mendampingi Mitchell mengungkapkan, kerjasama yang dilakukan saat ini bukan hanya kerjasama yang predikatnya membanggakan antara kedua negara tetapi juga kerjasama yang membanggakan antar insitusi di masing-masing negara dengan universitas-universitas terbaiknya.

“Jadi kerjasama ini predikatnya double dengan lingkup yang lebih luas meliputi proyek, data-data, dan informasi. Visi Pemerintah Indonesia akan menjadi agenda kami berikutnya. Meski IAC bukan dari Pemerintah tetapi merupakan lembaga yang terdiri dari para pemimpin yang sangat berpengaruh,” ujar Dubes Quinlan.

Mari Pangestu yang telah menjadi Anggota Dewan AIC selama tiga tahun menambahkan, IAC merupakan organisasi yang berbeda dari organisasi Australia-Indonesia lainnya, dimana di dalamnya terdapat para ahli yang fokus pada berbagai isu. Jika tahun sebelumnya IAC fokus pada kesehatan, khususnya isu stunting, tahun ini AIC fokus pada isu konektivitas di Sulawesi, yakni menghubungkan wilayah Pare-pare dengan Makassar. Diharapkan proyek kerjasama yang melibatkan 52 ahli ini akan membawa manfaat khususnya masalah perkotaan dan pembangunan ekonomi untuk tiga tahun ke depan.

“AIC bukanlah organisasi penelitian bersama. Namun, lembaga ini memiliki program pengembangan kapasitas bagi peneliti dan pemimpin muda. Bagaimana kita dapat memastikan mereka untuk melakukan studi bersama, tidak hanya untuk sektor akademik tetapi juga sektor bisnis. IA-CEPA telah disepakati, kini saatnya direalisasikan, termasuk sektor pendidikan dan ekonomi. Ini awal yang baik untuk meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan untuk isu-isu yang lebih spesifik,” papar Mari.

Menyinggung kerjasama di Sulawesi, Wapres menekankan, bahwa pembangungan ekonomi disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Sulawesi Utara fokus pada pariwisata, Sulawesi Tengah fokus pada industri baja dan nikel, sementara Sulawesi Selatan fokus pada produktivitas kopi, coklat, dan rumput laut.

“Hal yang paling penting untuk ditingkatkan di Sulawesi adalah pelayanan kesehatan,” tutup Wapres.

Dalam kesempatan tersebut Wapres Jusuf Kalla didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Staf Khusus Wakil Presiden bidang Reformasi Birokrasi Azyumardi Azra. (SK-KIP, Setwapres)