Jakarta, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima Managing Director & CEO Energy World Corporation (EWC) Ltd., Stewart Elliott, di Kantor Wapres, Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (26/7).

Kedatangan Elliott beserta delegasi merupakan kunjungan kedua kalinya kepada Wapres Jusuf Kalla.

Kunjungan pertama, dilangsungkan pada akhir masa jabatan pertama Wapres Jusuf Kalla.

Dalam kesempatan ini, Elliott menyampaikan informasi terbaru tentang perkembangan investasi proyek EWC dibidang pengembangan LNG, yang sudah hampir 90% rampung.

Sedianya, energi gas tersebut akan didistribusikan ke seluruh pulau-pulau terdekat di kawasan Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur.

“Saya berharap dengan energi LNG, harga produksi listrik dapat ditekan, sehingga bisa menurunkan tarif dasar listrik di masyarakat”, ujar Elliott.

Saat ini, menurut Elliott, sumber energi pembangkit listrik di Indonesia sebagian besar masih menggunakan tenaga solar yang berharga kisaran 25 cent USD per KWH.

Sementara bila menggunakan LNG, biaya dapat ditekan menjadi hanya 5 cent USD per KWH.

Ini jelas jauh lebih efisien dan hemat dalam pengolahan energi listrik bagi masyarakat jelasnya.

Pada audiensi tersebut, Elliott menyampaikan permohonan dukungan Wakil Presiden, terkait pengajuan proposal EWC kepada SKK Migas, untuk memperpanjang Production Sharing Contract (PSC) Wilayah Kerja Migas Sengkang untuk jangka waktu 20-25 tahun ke depan.

“Saya berharap, bantuan Bapak agar SKK MIGAS dapat segera menerima pengajuan EWC, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dapat menerbitkan keputusan sebelum akhir tahun 2018”, tuturnya.

Selain itu, Elliott juga memintakan dukungan Wapres terkait rencana pengembangan PLTGU Sengkang, dan kerangka kerja sama baru yang berlaku di PLN, dimana anak perusahaan PLN memiliki 51% dari ekuitas, dan sisanya 49% dipegang oleh Pengembang yang juga harus membiayai 100% dari investasi ekuitas termasuk komponen PLN.

Wapres mengakui, bahwa pembiayaan atas produksi energi listrik di Indinesia masih terbilang sangat tinggi.

Sebagian besar pembangkit tenaga listrik masih menggunakan sumber energi solar dan batubara.

“Mengingat harga minyak bumi dunia masih di kisaran 70 USD per barell, maka kita harus mengalihkannya kepada sumber energi yang lebih murah, dalam hal ini adalah LNG”, terang Wapres.

Saat ini, di Sulawesi sendiri sedang mengembangkan sumber pembangkit listrik dari energi angin dan air.

Harapannya, biaya produksi di Pulau Sulawesi dapat ditekan pengeluarannya.

Begitu juga dalam menanggapi usulan Elliot, Wapres menyambut baik dan menyarankan agar Elliot dapat segera menyampaikan proposal tersebut kepada SKK Migas dan Kementerian ESDM serta memantau terus proses perizinannya.

“Saya akan coba bicara dengan pihak-pihak terkait soal ini, termasuk dengan Jonan”, imbuhnya.

Selain itu, Wapres juga menyarankan, apabila proposal ini diterima, EWC dapat mengantisipasi pendistribusian energi listrik tersebut ke pulau-pulau sekitarnya.

Karena geografi wilayah kepulauan Indoinesia, bisa saja mengakibatkan efek selisih biaya produksi.

EWC yang merupakan perusahaan multinasional asal Australia, merupakan sebuah perusahaan energi yang memproduksi dan menjual listrik serta gas bumi di kawasan Asia-Pasifik.

Hingga saat ini, EWC telah berinvestasi di Indonesia sejak 20 tahun yang lalu, dengan total nilai investasi mencapai US$ 1 miliar.

Di Indonesia sendiri, EWC telah mempekerjakan sekitar 600 orang dalam perusahaannya.

EWC berkomitmen untuk mendukung pengembangan energi, khususnya listrik dan gas bumi di Indonesia, sehingga pasokan terjamin dengan harga yang terjangkau.

EWC pada 2009 pernah mendeskripsikan dan memperkenalkan kepada Wakil Presiden tentang rencana untuk mengembangkan Kilang LNG modular skala besar di Keera, Sulawesi Selatan.

Sejak saat itu EWC telah mampu memperluas dan mengembangkan lebih lanjut investasi dan operasi perusahaan di Indonesia.

Investasi EWC di Indonesia antara lain: Production Sharing Contract (PSC) Lapangan Gas Bumi Sengkang, PLTGU Sengkang, dan Kilang LNG Sengkang.

Lapangan Gas Bumi Sengkang, terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, yang dioperasikan oleh Energy Equity Epic Sengkang (EEES) 100% dimiliki oleh EWC. PSC akan berakhir pada Oktober 2022.

Gas dari Lapangan Gas Bumi Sengkang, disalurkan ke PLTGU Sengkang 315 MW. Pembangkit dioperasikan oleh PT Energi Sengkang (PTES) yang dimiliki 95% oleh EWC.

Sementara Kilang LNG Sengkang, memiliki kapasitas 2 mtpa, terdiri dari 4 train secara modular @500.000 tpa yang dilengkapi dengan fasilitas dermaga dan terminal impor/ekspor. Konstruksi saat ini sudah mencapai 80%. Pasokan gas direncanakan dari PSC Sengkang.

 

Hadir mendampingi Wapres dalam pertemuan tersebut yaitu Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Infrastruktur dan Investasi,  Muhammad Abduh, dan Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi.(DM/SY, KIP-Setwapres).