Kantor Wakil Presiden. Adanya beberapa standar yang digunakan untuk menghitung konsumsi beras, pemerintah merasa perlu mendapatkan fakta yang mendekati tingkat konsumsi dan produksi beras. Untuk itulah Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla memimpin rapat tentang data pertanian di Kantor Wakil Presiden, Jumat 20 Maret 2015. “Data ini penting, karena menyangkut banyak hal, seperti pupuk, pengairan, benih dan upaya lain yang diperlukan menuju swasembada beras,” ujar Wapres.

Dalam rapat yang dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago, Kepala BPS Suryamin, Kepala Badan Informasi Geospasial Priyadi Kardono, Wapres merasa mempraktekan pembuatan nasi dengan empat takaran, yaitu (1) Data survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), yaitu 240 gram per hari atau 87,63 kilogram beras per tahun, (2) Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan yang meliputi rumah tangga dan rumah makan, yaitu 312 gram per hari atau 114 kilogram per tahun, (3) Data Neraca Badan Kementerian Pertanian, yaitu 340 gram per hari atau 124 kilogram per tahun, (4) Data BPS, yaitu 380 gram per hari atau 139 kilogram per tahun.

Usai rapat, Wapres menjelaskan kepada wartawan bahwa dalam ujicoba membuat nasi ini, Wapres ingin mencari nilai konsumsi beras yang mendekati. “Karena itu akuratnya memang harus, statistik itu harus pakai logika juga karena sampling semua kan,” ujar Wapres.

Dari hasil ujicoba itu, nilai konsumsi yang mendekati adalah konsumsi 114 kg per tahun. Melihat hasil ini, maka Wapres mengatakan pemerintah akan mengkaji ulang data produksinya karena kita belum dapat swasembada beras dalam beberapa tahun terakhir. “Itu artinya tingkat konsumsi tidak jauh dari tingkat produksi. Malah tingkat produksi lebih kurang dari pada konsumsi karena kita masih mengimpor,” ujar Wapres.

Menko Perekonomian Sofyan Djalil menambahkan bahwa rapat tadi untuk memvalidasi data-data tentang konsumsi beras. “Nah keliatannya kesimpulannya adalah bahwa data konsumsi beras tidak sebesar yang kita bayangkan selama ini,” ucap Sofyan Djalil.

Oleh sebab itu, lanjut Sofyan Djalil, data konsumsi beras 114 kg/tahun itu juga telah dilakukan studi oleh BPS. “Sudah 3 tahun mereka melakukan studi dan konsisten. Konsumsi beras per kapita sekitar 114 kg/tahun,” jelas Sofyan Djalil.

Sofyan Djalil mengatakan kita harus merevisi jumlah produksi yang sebenarnya, terutama jika dikaitkan dengan luas lahan dan hilangnya lahan akibat dari banyaknya penggunaan untuk kepentingan yang lain. Dengan angka 114 kg/tahun, lanjut Sofyan Djalil, menunjukkan kosumsi beras kita tidak sebesar yang kita anggap selama ini.

Sementera itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas menjelaskan bahwa dengan konsumsi beras 114 kg/tahun, maka konsumsi nasional hanya sekitar 28 juta ton beras per tahun. “Kemungkinan besar produksi kita ya optimis surplus. Itu yang kita akan verivifasi lebih lanjut. Kita optimis soal swasembada pangan itu malah lebih cepat,” kata Menteri PPN/Kepala Bappenas.

****