Banyuwangi, Jawa Timur-wapresri.go.id Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menghadiri peresmian Pabrik Bosowa Semen Banyuwangi dan Terminal Liquified Petroleum Gas (LPG) Bosowa, di Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur (Jatim), Kamis (15/12/2016).

Mengawali sambutannya Wapres menyatakan apresiasi dan penghargaan kepada Bupati Banyuwangi atas usaha dan prestasinya dalam membangun daerah sehingga berhasil meningkatkan efisiensi dan menciptakan inovasi yang ditujukan kepada pemerintah dan masyarakat, prestasi ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain.

“Mengelola daerah (harus dilakukan) sebaik-baiknya secara efisien dan (menerapkan prinsip) keterbukaan, karena dengan cara itulah maka daerah kita bisa lebih cepat maju sehingga dapat mengurangi masalah-masalah yang banyak terjadi seperti korupsi. Keterbukaan juga (menciptakan) kedekatan dengan masyarakat,” tutur Wapres.

Wapres mengungkapkan lebih lanjut, bahwa peresmian pabrik semen dan terminal LPG ini bertujuan untuk mempercepat industrialisasi yang ada  di daerah Jawa Timur bagian Selatan.

“Karena itulah maka upaya investasi Bosowa di Banyuwangi ini ialah dalam rangka mendukung pembangunan nasional kita khususnya di wilayah Jawa Timur di bagian selatan ini agar konsumen lebih dekat dengan industri sehingga dapat lebih efisien,” ujar Wapres.

Menurut Wapres, semen, baja, kayu merupakan kebutuhan pokok dalam pembangunan. Hampir tidak ada pembangunan yang tidak menggunakan semen dan baja baik dalam pembangunan rumah, kantor, pabrik, instalasi, dan sebagainya. Oleh karena itu tanpa semen maka pembangunan tidak akan berjalan dengan baik.

“Salah satu ukuran untuk mengukur pembangunan kita lancar atau tidak dapat diukur dengan mudah, berapa penjualan semen tahun ini. Apabila naik pasti pembangunan keseluruhan itu naik, tidak perlu lihat statistik, ” jelas Wapres.

Wapres menyatakan, keberadaan pabrik semen dapat memicu pertumbuhan pabrik lainnya seperti pabrik produk semen, beton, atau alat-alat yang membutuhkan semen sehingga memiliki rangkaian-rangkaian kedepan dan kebelakang. Industri yang berkembang juga tentu menimbulkan pendapatan bagi masyarakat karena ekonomi erat kaitannya dengan masyarakat.

“Pengeluaran pabrik semen berarti pendapatan (bagi) masyarakat sekitarnya, begitu pula pengeluaran masyarakat untuk membangun rumah yang merupakan pendapatan bagi pabrik semen. Jadi terjadi suatu lingkaran-lingkaran yang besar dalam setiap pembangunan bangsa itu, harus tersambung satu sama lainnya dan harus menjadi bagian dari kemajuan bersama daripada seluruh masyarakat,” imbuhnya.

Wapres mengapresiasi Bosowa karena telah berhasil mengubah peta dengan membangun pabrik semen walaupun tidak berada di daerah penyedia bahan baku. Hal ini menunjukkan adanya networking yang baik dengan pabrik lainnya terutama pabrik induk sehingga tercipta efisiensi serta ketersediaan jumlah semen secara cepat.

 Terkait pembangunan terminal LPG, Wapres menjelaskan pemakaian LPG secara besar-besaran dimulai pada saat dilakukan konversi minyak tanah ke LPG pada tahun 2006-2007. Konsekuensi atas konversi ini adalah, tabung yang kosong harus dilakukan pengisian di terminal LPG sehingga dibutuhkan transportasi menuju terminal.

“Karena itu sama dengan pabrik semen, pengisian LPG harus lebih dekat dengan konsumen. Jadi dibutuhkan ratusan refuelling station di seluruh Indonesia untuk lebih dekat dengan konsumen supaya (ongkos) transportasi murah. Konsekuensi daripada itu lagi maka dibutuhkan LPG dalam jumlah yang besar sehingga harus ditampung dalam terminal, itulah guna terminal ini untuk memperpendek jarak yang mungkin dulu LPG dari Surabaya sekarang dari Banyuwangi,” paparnya.

Menutup sambutannya, Wapres mengungkapkan keberadaan dua industri ini dapat memperpendek jarak sehingga terjadi efisiensi dan memberikan dampak kepada industri lainnya serta dapat menciptakan lapangan kerja, memberikan pajak, serta menumbuhkan industri lainnya yang memiliki multiplier effect.

“Industri yang dua ini ialah memperpendek jarak karena itu mengefisienkan kebutuhan dan juga memberikan dampak yang lain kepada industri yang ada. Karena itulah pastilah akan memberikan lapangan kerja baru, memberikan pajak baru, memberikan kebutuhan-kebutuhan baru, membuka hotel yang baru, semua industri yang mempunyai multiplier yang besar akan berakibat seperti itu. Dan pastilah juga akan memberikan minat yang lain di daerah Banyuwangi ini untuk membangun  yang lebih baik untuk daerah-daerah lain. Dan daerah-daerah lain sekitarnya,” pungkas Wapres.

Pada kesempatan tersebut, Chairman Bosowa Group Erwin Aksa menjelaskan, pembangunan pabrik Bosowa Semen Banyuwangi selesai pada Juni 2015 dengan nilai investasi 1,2 trilyun  dengan kapasitas 1,8 juta ton per tahun.

“Penggilingan semen disamping menggunakan bahan baku dari luar juga menggunakan bahan baku domestik yang berasal dari Banyuwangi, Jember dan Probolinggo untuk menghasilkan semen yang didistribusikan di daerah Jawa Timur dan Bali,” jelasnya.

Erwin menambahkan, Proyek LPG Terminal merupakan proyek terminal Bosowa yang kedua setelah Makassar yang dibangun untuk memasok kebutuhan gas LPG di kawasan Jawa Timur dan Bali dengan nilai proyek sekitar 787 milyar. Terminal ini mampu menampung 10.000 metrik ton LPG dengan didukung fasilitas jetty berkapasitas 6.500 dwt. Pabrik dan terminal ini mempekerjakan kurang lebih 300 orang yang mayoritas adalah penduduk Banyuwangi.

Sementara, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Annas dalam laporannya menyampaikan permasalahan utama di Banyuwangi adalah connectivity.

“Tahun 2010 penumpang Banyuwangi hanya 7.500 namun saat ini mencapai 182.000 per tahun. Diharapkan pada Maret 2017 terealisasi direct flight ke Jakarta-Banyuwangi. Mohon dukungan Wakil Presiden agar perpanjangan bandara sampai dengan 2.600 kedepan dapat diwujudkan sehingga pesawat berbadan lebar apabila ada divert dari Surabaya dan Denpasar dapat dilakukan di Banyuwangi,” pinta Annas.

Bupati menyampaikan pula, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) dinyatakan bahwa inflasi di Banyuwangi pada Desember 2016 terendah kedua di pulau Jawa yaitu sebesar 0,25, selain itu rilis BPS juga menyatakan Banyuwangi merupakan kabupaten dengan angka hidup termurah di Indonesia. Realisasi investasi Banyuwangi kuartal ketiga sejak tahun 2013 menempati rangking 3 setelah Surabaya dan Sidoarjo.

Sementara, lanjutnya, besar angka kemiskinan Banyuwangi dari dari 20,4% saat ini turun menjadi 9,17%. Program smart kampung yang telah dibangun di desa-desa juga memberlakukan pelayanan malam hari. Disamping itu, target pada Desember 2016 sebanyak 109 desa akan dialiri fiber optic sehingga sektor ekonomi kreatif bisa dibangun bukan hanya di kabupaten tapi juga di desa.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyampaikan laporan bahwa investasi Bosowa memiliki imbas sangat besar terhadap Jawa Timur.

“Investasi Jawa timur saat ini mencapai 118 trilyun, sehingga prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 5,6 dan tahun 2017 sebesar 5,7 sampai dengan 5,8,” lapor Sukarwo.

Selanjutnya dijelaskan Gubernur, pertumbuhan industri saat ini mengalami penurunan sebesar 4,49%, hal ini yang menjadi permasalahan di Jawa Timur. Terkait semen dan gas, tidak dapat dipungkiri bahwa keduanya sangat diperlukan. Untuk mempercepat distribusi, salah satunya dengan cara membangun double track Banyuwangi-Surabaya.

Double tract ini tidak memerlukan tambahan lahan karena sudah tersedia, sehingga apabila terealisasi maka ongkos distribusi menjadi murah. Diharapkan Banyuwangi semakin makmur dan masyarakat Banyuwangi semakin tinggi pendapatannya,” tuturnya.

Soekarwo menyampaikan harapannya pula agar Pelindo dapat menyelesaikan proyek dermaga Tanjung Wangi sehingga connectivity Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi untuk mengangkut barang lewat dapat melalui Tanjung Wangi dan tidak melalui Tanjung Perak, yang akhirnya dapat memotong ongkos distribusi.

Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia MS Hidayat, Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni, dan Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang.

Mendampingi Wakil Presiden, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Muhamad Oemar, Staf Khusus Wapres Bidang Infrastruktur dan Investasi M. Abduh, dan Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi. (KIP, Setwapres)