Tokyo. Saat terjadi gempa dahsyat di Sendai Jepang empat tahun yang lalu, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang saat itu menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) tengah berada di kota Tokyo. Saat itu, kata Wapres, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo sedang mengupayakan perlindungan dan berusaha mengumpulkan Warga Negara Indonesia (WNI) di wilayah bencana.

Untuk mengumpulkan WNI, Wapres memberi saran cara mengumpulkan WNI dengan cepat, yaitu dengan menyiapkan truk yang dilengkapi pengeras suara (speaker) yang bersuara keras untuk diturunkan ke jalan. “Kemudian diputar lagu Indonesia Raya dan lagu lagu dangdut Indonesia. Spontan 600-an WNI bisa terkumpul,” ujar Wapres menceritakan pengalamannya saat bertemu masyarakat Indonesia yang berada di Jepang pada Minggu malam 15 Maret 2015 di aula KBRI Tokyo.

Itulah, kata Wapres, salah satu ide bagaimana penanganan bencana. “Artinya kita bisa melakukan sesuatu, yang penting punya kemauan dan pengetahuan,” ujar Wapres.

Wapres menjelaskan tentang suatu negara yang maju karena memiliki sumber daya alam. Tapi, ada juga negara yang maju dan tidak mempunyai sumber daya alam. “Seperti Jepang, yang hanya mempunyai semangat dan pengetahuan. Itulah sebabnya kita harus banyak belajar dari negeri ini,” kata Wapres

Pada dasarnya, kata Wapres, suatu bangsa tentu mempunyai kelebihan, tapi tidak ada bangsa yang maju tanpa semangat dan pengetahuan. Masih mengenai kemauan dan pengetahuan, Wapres mencontohkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti yang hanya lulusan SMP. “Tapi sekarang paling top prestasinya di antara Kabinet Kerja,” ujar Wapres.

Suatu ketika Wapres pernah berceramah di Jepang tentang lingkungan.  Saat itu, ada orang asing yang bertanya, kenapa Indonesia tidak dapat menjaga lingkungannya, karena sekarang banyak hutan yang rusak . Tapi saat itu, justru Wapres menjawab, justru anda datang dengan membawa alat berat  dengan merek dari negara anda dan membabat hutan kami hingga rusak. “Meja dan kursi yang anda pakai ini dari hutan Indonesia,” ucap Wapres.

Produk Indonesia di WCDRR 

Saat sesi tanya jawab, Ketut yang membuka warung makan di Jepang bertanya tentang bagaimana caranya agar produk pertanian dan perkebunan Indonesia dapat memasuki pasar Jepang, karena selama membuka usaha ia menggunakan produk dari Thailand.

Wapres menjelaskan bahwa Thailand mempunyai sistem pertanian dan perikanan yang berbeda dengan kita. Hampir setiap tahun, produk pertanian dilombakan oleh Raja Thailand, jadi selalu ada keinginan memproduksi hasil bumi yang berkualitas tinggi. “Jadi kita akui juga bahwa pertanian mereka hebat,” ujar Wapres.

Tapi menurut Wapres, kita tidak usah berkecil hati, karena negara kita juga memiliki kehebatan juga. Saat Wapres bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menghadiri konferensi WCDRR di Sendai kemarin, ternyata block notes yang dipakai seluruh peserta berwarna merah putih. “Ternyata produk Indonesia di WCDRR itu. Jadi tentu kita bangga kan,” kata Wapres yang hadir bersama Ibu Mufidah Jusuf Kalla.

Prasojo, warga Indonesia lainnya, menanyakan tentang persoalaan Lumpur Lapindo yang tak kunjung selesai permasalahannya. Wapres menjelaskan bahwa persoalan ini sudah lama menjadi perdebatan, apakah dikategorikan sebagai bencana atau kelalaian manusia.

Tapi, kata Wapres, yang perlu diingat adalah tanah itu bukan ganti rugi tapi dibeli pemerintah dengan harga mahal, karena perusahaan tersebut tidak mampu membayar dan berlarut larut. “Jadi pemerintah menalangi dulu pembayarannya,” ucap Wapres.

Dialog yang dipandu langung oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Yusron Ihza Mahendra dihadiri tidak kurang dari 300 masyarakat Indonesia yang tinggal dan bekerja di Jepang. Turut hadir mendampingi Wapres, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Kepala BKPM. Franky Sibarani. (Jeri Wongiyanto)

****