Pembukaan Kongres Ke-42 Paguyuban Pasundan 2015

Bandung. Nyunda, nyantri, nyakola yang dikenal sebagai semangat atau spirit Sunda merupakan bagian penting untuk memajukan bangsa. Nyunda, nyantri dan nyakola bila diartikan adalah berperilaku sopan, taat beribadah dan berpendidikan. Semangat seperti itu telah terbukti karena kemajuan suatu negara bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam yang dimiliki, tapi karena teknologi yang berasal dari pendidikan, sehingga negara-negara itu maju karena semangat dari warganya. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden pada Pembukaan Kongres Ke-42 Paguyuban Pasundan 2015 di Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat, Jumat 21 Agustus 2015.

Wapres menggarisbawahi bahwa kemajuan bangsa terdiri dari kemajuan daerah. Kemajuan daerah terdiri dari kemajuan kota-kota, kemajuan kota terdiri dari kemajuan keluarga dan perorangan. “Itulah yang mendorong kemajuan itu secara nasional. Persatuan menjadi bagian kekuatan kita agar selalu terjaga,” ucap Wapres.

Di awal sambutannya, Wapres menjelaskan bahwa beragama suku yang ada di Indonesia, seperti Sunda, Jawa, Sulawesi, Aceh, Maluku dan berbagai suku lainnya menunjukkan adanya perbedaan tapi juga sekaligus kekuatan besar. Itulah yang dimaksud dengan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.

Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa perbedaan-perbedaan itu yang mempunyai wujud berbeda-beda tapi memiliki kekuatan yang besar, dimana terdapat berbagai daerah, suku, dan perbedaan lainnya. “Jadi perbedaan-perbedaan itu menguatkan kita sebetulnya sebagai suku bangsa,” ucap Wapres.

Wapres menceritakan pengalamannya saat mengunjungi Aceh untuk mewujudkan perdamaian. Saat itu, Duta Besar Irak ingin ikut dengan mengunjungi Aceh. Dubes itu, kata Wapres, ingin mengatakan kepada masyarakat Aceh untuk jadilah orang Indonesia, jangan menjadi orang Arab.

Dubes itu menjelaskan bahwa orang Arab memiliki satu bahasa, satu agama, warna kulit nyaris sama, rambut sama, tapi terdiri dari 16 negara dan sering berkelahi. Indonesia, kata Dubes Irak, justru sebaliknya, dengan warna kulit yang berbeda-beda, jenis rambut yang bermacam-macam, ratusan bahasa, dan ratusan suku. “Tapi negaranya satu dan jadilah warga negara indonesia yang baik,” ucap Wapres menjelaskan kekaguman Dubes Irak itu.

Sebelumnya, Ketua Umum Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi melaporkan bahwa Kongres Paguyuban Pasundan ke-42 Diikuti 500 peserta, mulai 28 hingga 30 agustus 2015 di Pangandaran dan bertepatan dengan ulang tahun ke-102 Paguyuban Pasundan. Paguyuban Pasundan merupakan satu-satunya organisasi dari daerah tatar Sunda yang terlibat langsunga dalam Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Wapres mengapresiasi pengabdian Paguyuban Pasundan kepada masyarakat selama 102. Hal itu, kata Wapres, setara dengan gerakan-gerakan nasional pada waktu itu, mulai Budi Utomo, Taman Siswa, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama. Dalam pandangan Wapres, sebuah organisasi dapat mengabdi lebih 100 tahun, karena pondasi utamanya adalah mengembangkan sumber daya manusia dan pendidikan.

Sebelum menyampaikan sambutan, Wapres didipakaikan Jas Batik Paguyuban Pasundan oleh Ketua Dewan Pangaping Paguyuban Pasundan Ginandjar Kartasasmita dan Ketua Umum Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi yang menandakan Wapres menjadi Warga Paguyuban Pasundan.

Dalam laporannya, Ketua Dewan Pangaping Paguyuban Pasundan Ginandjar Kartasasmita mengatakan bahwa Pembukaan Kongres Paguyuban ke-42 kurang dari satu minggu 70 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Tentunya, ucap Ginandjar, kita berharap masa depan lebih baik lagi, karena masih banyak kekurangan dan kekecewaan yang dirasakan.

Lebih jauh Ginandjar mengatakan bahwa di antara negara-negara yang hampir sama waktu merdekanya, memang masih ada yang jauh tertinggal, tapi tidak sedikitnya sudah lebih maju jauh di depan kita. Kini, kata Ginandjar, di pundak kita terletak kewajiban dan semangat perjuangan para pendahulu kita untuk mewujudkan cita-cita mereka, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Tampak hadir mendampingi Wapres, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, serta para tokoh Sunda yang hadir, yakni Solihin GP dan Otje Popong Djundjunan.
***