Jakarta, wapresri.go.id – Sebagai profesi yang erat kaitannya dengan industri, insinyur  merupakan seseorang yang mempunyai gelar profesi di bidang keinsinyuran, dituntut untuk memiliki keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan, serta teknologi agar dapat meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Karena itu, menghubungkan antara teknologi dan bisnis sangatlah penting, di samping disiplin kepada sistem, guna mendorong efisiensi.

“Tantangan ke depan adalah dorong industri menjadi lebih efisien. Inovasi akan menimbulkan kepercayaan diri,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menerima kunjungan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto beserta tim di Kantor Wapres, Jl. Merdeka Utara, Jakarta, Senin (5/8/2019).

Lebih jauh Wapres berharap industri dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri.

“Seperti pembangunan airport dengan tanpa tenaga asing, panggil arsitek dari Bandung,” ujar Wapres.

Saat ini, lanjut Wapres, industri Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain. Hal ini disebabkan inefisiensi di bidang teknologi, pembiayaan, dan utamanya pendidikan.

“Kita harus mendidik dan memaksa para lulusan SMK atau insinyur untuk membuat sesuatu yang berarti dengan diberikan sertifikasi. Membangun fakultas itu tidak terlalu sulit, tapi menciptakan SDM yang berkualitas itu cukup sulit,” tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Persatuan PII Heru Dewanto melaporkan bahwa upaya memajukan peradaban dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia dicapai melalui penyelenggaraan keinsinyuran yang andal dan profesional yang mampu meningkatkan nilai tambah, daya guna dan hasil guna, memberikan perlindungan kepada masyarakat, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Heru juga menjelaskan perbedaan kepengurusan PII sekarang dengan sebelumnya ditandai dengan diterbitkannya PP No. 25/2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 11/2014 tentang Keinsinyuran. Pada regulasi tersebut mengamanatkan bahwa hanya sarjana tehnik yang bergelar profesi insinyur yang dapat melakukan praktik insinyur, sebagaimana halnya UU Kedokteran. Hal tersebut ditujukan untuk menjaga kualitas pelayanan dan melindungi insinyur sehingga dapat menghindari dan mengendalikan terjadinya mal praktik dan sejenisnya.

“Ke depan adalah melakukan klasifikasi standar kompetensi insinyur, yang nantinya bergelar insinyur pratama, madya dan utama. Setiap insinyur yang akan melakukan praktik keinsinyuran di Indonesia harus memiliki surat tanda registrasi insinyur yang dikeluarkan oleh PII, dengan persyaratan telah memiliki sertifikat kompetensi insinyur dari lembaga sertifikasi profesi,” jelasnya.

Heru juga memaparkan program studi di perguruan tinggi perlu distandarkan sesuai standar internasional yaitu Indonesia acrediting board of engineering.

“Dengan mengklasifikasikan standar pendidikan dengan standar kompetensi dan mengestimasi insinyur, maka kita dapat memiliki database insinyur Indonesia. Sebagai contoh pemuda lulusan Diploma 3 dan Diploma 4 dapat disetarakan dengan insinyur muda, sehingga kita akan mempunyai peta kekuatan sains dan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan di dalam negeri dan dapat berkompetisi di luar negeri, serta memiliki kesetaraan di ASEAN dan Asia Pasifik,” paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Heru mengundang perkenan kehadiran Wapres untuk menjadi pembicara pada “The 37 Conference of the ASEAN Federation of Engineering Organisation” pada tanggal 11-14 September 2019, di Jakarta Internasional Expo, Jakarta. Kegiatan 10 tahun sekali ini diselenggarakan di Indonesia dengan membawa misi khusus, yakni menggambarkan, dan menyukseskan keunggulan, serta kemajuan pembangunan Indonesia, khususnya dalam 5 tahun terakhir.

Pada acara tersebut, 10 negara ASEAN bersepakat untuk memberikan penghargaan kepada Presiden Joko Widodo. Selain itu, akan ada pemberian penghargaan kepada para insinyur yang berprestasi di Indonesia, serta kepada lima menteri negara ASEAN yang telah berkontribusi di bidang teknologi. Acara ini akan dihadiri oleh 1500 Insinyur se-ASEAN.

Hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, dan Tim Ahli Wapres Sofjan Wanandi. (YZ/AF-KIP, Setwapres).