Jakarta, wapresri.go.id – Salah satu indikator negara yang maju adalah tersedianya air minum yang aman dan sanitasi yang layak bagi masyarakatnya agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin dalam sambutannya pada Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Senin (2/12/2019).

“Seluruh kehidupan kita sangat bergantung pada air, tapi saat ini dunia sedang menghadapi persoalan ketersediaan air, terutama air bersih,” ujarnya.

Meskipun sekitar 71% bumi ditutupi oleh air, tetapi 97% air merupakan air laut. Itu artinya hanya 3% sumber air di dunia yang merupakan air tawar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 7 miliar manusia.

“Itupun tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan karena dua per tiga merupakan es kutub ataupun gletser yang fungsi utamanya adalah untuk stabilisasi iklim global,” tuturnya.

Wapres memaparkan bahwa Menurut Bank Dunia, dalam publikasi Indonesia’s Rising Divide tahun 2015 terdapat empat faktor utama pendorong kemiskinan dan ketimpangan, dan salah satunya adalah ketimpangan sejak awal kehidupan dalam hal peluang dan akses terhadap air bersih dan sanitasi.

“Sedemikian pentingnya air bersih dan sanitasi sehingga berbagai upaya untuk mengatasi dua persoalan tersebut sangat mendesak untuk dilakukan. Oleh karena itu, dalam pandangan saya tema “Menuju Sanitasi dan Air Minum yang Aman, Inovatif, dan Berkelanjutan Untuk Semua” sangatlah relevan dengan kondisi saat ini,” urainya.

Lebih lanjut Wapres mengungkapkan bahwa Presiden telah menyampaikan prioritas utama Pemerintahan Jokow-Ma’ruf Amin untuk menuju Indonesia maju. Pertama, adalah Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul. Kedua, Pembangunan Infrastruktur. Ketiga, Penyederhanaan Regulasi. Keempat, Reformasi Birokrasi. Dan kelima, adalah Transformasi Ekonomi.

“Pemerintah telah menempatkan Pembangunan SDM Unggul sebagai prioritas pertama. Menurut saya SDM unggul adalah SDM yang sehat, cerdas, memiliki produktivitas tinggi, produktif dalam menghasilkan sesuatu yang manfaat dan maslahat, memiliki semangat untuk berkompetisi, dan yang terakhir adalah manusia yang berakhlak mulia, ber-akhlakul karimah,” jelasnya.

Namun, kata Wapres, SDM unggul itu harus memiliki kesehatan yang baik yang faktor utamanya adalah memiliki akses terhadap air bersih serta sanitasi yang layak.

“Ketiadaan sanitasi dan air bersih merupakan awal dari munculnya persoalan kesehatan dalam masyarakat kita, seperti stunting, yang saat ini menjadi prioritas pemerintah untuk ditangani,” tegasnya.

Wapres membeberkan bahwa prevalensi stunting walaupun sudah turun selama pemerintahan Presiden Jokowi periode pertama, dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 27,7% pada tahun 2019, namun masih sangat jauh dari yang harapkan.

“Ketiadaan sanitasi dan air bersih, membuat bayi rentan terhadap berbagai penyakit. Dan jika penyakit mendera bayi yang baru dilahirkan secara terus menerus dapat mengganggu 1000 hari pertama kehidupannya karena tidak mampu menyerap gizi dengan baik yang dapat mengakibatkankan anak tersebut menderita stunting,” terangnya.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa melaporkan bahwa Indonesia telah meningkatkan akses sanitasi air limbah domestik yang layak.

“Indonesia saat ini telah berhasil meningkatkan akses sanitasi air limbah domestik yang layak dari 58,44% pada tahun 2011 menjadi 74,58% di tahun 2018 dan menurunkan tingkat praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka dari 19,39% tahun 2011 menjadi 9,36% di tahun 2018,” ungkapnya.

Suharso mengatakan hanya 7,42% rumah tangga yang memiliki askses terhadap pengelolaan air limbah domestik yang aman. Sedangkan air minum layak sebesar 82,14% pada tahun 2011 menjadi 87,75% di tahun 2018.

“Capaian akses sanitasi dan air minum layak menempatkan indonesia di bawah negara G-20, Indonesia di bawah penyedia akses air minum dan kedua terendah akses sanitasi,” ujarnya.

Terlrkait Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah akan fokus untuk meningkatkan target akses sanitasi dan air minum yang aman dan berkelanjutan yaitu 90% akses sanitasi layak, termasuk di dalamnya akses aman sebesar 20% dan praktik BABS mencapai 0%.

“100% akses air minum layak yang didukung dengan penyediaan akses air minum perpipaan sebesar 30% melalui pembangunan 10 juta sambungan rumah tangga, termasuk di dalamnya akses air minum aman sebesar 15%,” paSuharso.

Pada kesempatan ini diberikan juga Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (APML) Awards kepada pemerintah daerah dan komunitas yang memiliki inovasi pada bidang sanitasi dan air minum.

Kategori Pemerintah Daerah dimenangkan oleh Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Ogan Ilir. Untuk Kategori Komunitas diberikan kepada BKM Lestari Kabupaten Bulukumba, Front Masyarakat Peduli Lingkungan Gili Trawangan Kabupaten Lombok Utara, KPSPAMS Tirta Johar Mandiri Kabupaten Deli Serdang, dan KPSPAMS Karya Laksana Kabupaten Garut.

Selain itu, terdapat dua penghargaan khusus yang diberikan kepada Kabupaten Tangerang dengan inovasi Komitmen terhadap Program Sanitasi Sekolah. Dan juga penghargaan kepada Agnes Jenie Nganggus dari UKM Jensi Kupang sebagai Perempuan Inspiratif dalam Bidang Wirausaha Sanitasi.

KSAN merupakan kegiatan dua tahunan yang dilaksanakan sejak 2007 memiliki peran strategis untuk mengikat komitmen para pemangku kepentingan guna memenuhi target sustainable development goals. Tema tahun ini Menuju Layanan Sanitasi dan Air Minum yang Aman, Inovatif, dan Berkelanjutan Untuk Semua.

Acara dihadiri oleh Wakil Menteri Keuangan, Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, perwakilan lembaga non pemerintah, perwakilan mitra pembangunan, ketua asosiasi, serta perwakilan program studi teknik lingkungan.

Turut hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Imam Azis, dan Tim Ahli Wapres Bambang Widianto (DAS/RN-KIP, Setwapres).