Jakarta, 10 Maret 2015

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semuanya.

Yang saya hormati,
Para hadirin dan para peserta rapat koordinasi nasional BNPB ini.

Pertama marilah kita selalu bersyukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kita dapat bersama-sama pada pagi hari ini. Kedua, tentu saya ingin menyampaikan penghargaan kepada semua yang telah berjasa dalam penanganan bencana dimanapun di negeri ini.

Negeri ini, negeri kita ini negeri yang besar, negara kepulauan, penduduk nomor 4 besarnya di dunia. Tentu, di samping memiliki banyak keuntungan, banyak kelebihan, tentu juga mempunyai masalah-masalah akibat besarnya negeri ini dan juga akibat sebagai negara kepulauan, salah satu ialah bencana.

Kita semua memahami bahwa bencana dapat datang dari bencana alam dan bencana akibat dari perbuatan manusia. Dua hal yang mempunyai efek yang sama yaitu penderitaan kepada rakyat, kepada manusia. Tentu itulah tugas-tugas kita semua untuk menangani, mencegah dan juga mendidik masyarakat bagaimana menghadapi apabila ada bencana.

Bencana akibat bencana alam tentu kita semua fahami, mulai dari banjir, longsor, gempa, tsunami, kebakaran hutan. Walaupun ada juga hubungannya dengan manusia dan lain-lainnya, semuanya itu merupakan bagian yang mempunyai efek yang besar dalam keseharian bangsa ini. Apa saja yang kita bangun apabila dialami bencana, akan hilang dan juga mempunyai korban yang besar.

Bencana akibat manusia juga telah kita alami berbagai macam di negeri ini. Ada konflik, ada pengungsi yang terbesar dalam sejarah kita pada awal tahun 2000-an, bisa mencapai 1,8 juta akibat konflik-konflik yang terjadi di banyak daerah kita di sini, dari Aceh sampai Papua, Timtim, Ambon, Poso, Kalimantan. Semua itu juga merupakan suatu kebencanaan kemanusiaan. Tentu semua itu haruslah menjadi bagian dari upaya kita untuk mengurangi efek, mengurangi akibat kepada masyarakat kita secara keseluruhan.

Menangani bencana alam, tentu juga menjadi bahagian kesehariaan kita yang harus kita atasi, namun bencana itu dapat kita kurangi bencananya, dapat juga kita kurangi akibatnya apabila kita mempunyai kesiapan-kesiapan dan pengetahuan yang baik. Penanganan bencana, itulah hal yang terakhir apabila dua hal ini telah kita lakukan.

Pertama adalah bagaimana kita semua mengurangi efeknya. Dua hal yang masyarakat harus tahu apa yang terjadi dan apa yang dapat dilakukan apabila terjadi. Jadi, janganlah berfikir bahwa BNPB itu didirikan hanya untuk memasang tenda, dapur umum, mengangkat mayat, atau apapun. Dalam kegiatan apapun, preventif selalu lebih baik daripada kegiatan penyelesaiannya.

Contohnya dalam keadaan gempa. Gempa tidak pernah membunuh orang, tidak pernah. Yang membunuh orang ialah akibat robohnya bangunan sehingga orang itu meninggal. Jadi permasalahannya ialah bagaimana bangunan itu jangan roboh. Itu persoalannya, harus diberikan pendidikan kepada masyarakat. Coba anda berdiri kalau gempa, kalau tidak ada bangunan, tidak akan apa-apa, paling goyang-goyang. Semua yang meninggal itu karena bangunan yang roboh.

Jadi, di sini permasalahnnya ialah bagaimana kita mendidik masyarakat bersama-sama dengan pemerintah daerah, bersama-sama dengan ahli-ahli agar rumah-rumah yang dibangun itu, apalagi di daerah yang rawan gempa untuk dibangun secara aman.

Beberapa bulan yang lalu, kita melihat longsor di Jawa Tengah. Daerahnya Pak Ganjar tentu, itu juga tentu kita tidak bisa salahkan saja kepada nasib. Itu karena di atas bukit itu tentu hutannya sudah berkurang, menjadi tanaman sayuran, ataupun permukiman justru ada di bawah tebing-tebing yang berbahaya itu. Jadi, sebelum terjadi marilah kita semua untuk mengatasi hal-hal seperti ini.

Begitu juga seperti yang terbesar, kita mengalami bencana yang terbesar tsunami. Ada 2 hal yang berbeda waktu tsunami itu, ialah ada yang menelan banyak korban, ada yang sedikit korban. Di Simeulue, walaupun lebih dekat dengan pusat gempanya, korbannya sangat sedikit, karena ada adat dan kebiasaan, apabila ada gempa larilah ke bukit untuk selamat. Sebaliknya orang di Banda Aceh, begitu air surut langsung ke pantai untuk menangkap ikan. Jadi kenapa di Banda Aceh lebih banyak korbannya sedangkan di pulau Simeulue itu kecil korbannya. Artinya apa? Pendidikan dan pengetahuan.

Begitu juga di daerah lain, apabila ada gempa, ada banjir, dibutuhkan pengetahuan dan pendidikan yang banyak. Semua bencana tentu dapat diatasi, dikurangi efeknya dengan mitigasi, pengetahuan dan tentu hal-hal yang lain yang kita kemukakan itu. Semua bencana tentu mempunyai efek yang berbeda-beda. Apa perbedaan pada awalnya sebelum BNPB ini yang menangani adalah Bakornas, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi, yang ketuanya Wakil Presiden dan ketua hariannya Menko Kesra.

Zaman itu ialah hanya bagaimana memfungsikan para pejabat fungsional, ialah bagaimana memfungsikan PU untuk memperbaiki jalan, memperbaiki bekas banjir dan sebagainya, memfungsikan Depsos agar segera membantu. Bagaimana memfungsikan tentara agar segara mengangkut, bagaimana memfungsikan daerah agar segera mengambil langkah-langkah yang benar, bagaimana memfungsikan Departemen Kesehatan agar segera mengerahkan dokter.

Sekarang melihat pengalaman yang lalu itu, dibentuklah badan ini agar semuanya operasional langsung, di samping koordinasi. Itulah pelajaran yang kita ambil dari bencana-bencana yang lalu yang telah menjadi bagian bencana terbesar dalam sejarah republik ini. Jadi last to learn, belajar daripada pengalaman yang ada, karena itulah maka tugas kita mempelajari pengalaman-pengalaman yang ada itu agar lebih efektif dalam penanganan bencana itu.

Semuanya dapat kita kurangi dengan kerjasama secara bersama-sama. Banjir dimana-mana, termasuk banjir di Jakarta, tentu sebagai pelajaran kita semua untuk memperhatikan kebersihan dan hutan-hutan. Jadi, tentu bahagian itu tentu menjadi bahagian kita semua disamping mitigasi.

Jadi Saudara-saudara, baik BNPB dan juga termasuk dari daerah jangan hanya apabila ada bencana baru bekerja. Saya yakin justru anda haruslah bekerja pada saat sebelum bencana, sehingga dapat mendidik masyarakat secara bersama-sama, karena kalau tidak maka bencananya akan lebih besar. Apabila kita tidak didik masyarakat yang baik, apabila kita tidak ajarkan hal-hal yang baik maka bencananya akan lebih besar lagi.

Tentu musyawarah kerja ini akan berfungsi sebegitu, bagaimana mendidik, memperbaiki dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bencana yang akan menimpa itu akan mengurangi akibat-akibatnya.

Kita, seperti telah disampaikan, telah mengalami bencana terbesar dalam sejarah kita pada 10 tahun yang lalu di Aceh. Kemudian diikuti bencana lain seperti di Jawa Tengah, Merapi dan Sumatera Barat yang besar itu. Semua itu oleh PBB dianggap inilah penanganan bencana yang terbaik dibanding negara-negara lain, karena itu Presiden SBY mendapat penghargaan yang besar, yang tertinggi karena penanganan itu. Tentu adalah hasil kerja kita semua, hasil upaya kita semua menangani itu.

Sebagai bekas, mantan Ketua Bakornas saya ingin memberikan beberapa pelajaran atau pengalaman yang ada. Yang pertama dibutuhkan kecepatan, kecepatan. Ada suatu yang kita sebut two golden hours dalam kebencanaan, karena itulah maka PMI, mempunyai logo atau sikap yang selalu dikatakan 6 jam sampai.

Dimanapun di negeri ini PMI harus sampai dalam waktu 6 jam. Saya kira BNPB, karena reaksinya begitu hebat dan anggarannya begitu besar harus punya tekad 3 jam sampai. PMI saja yang terbatas dan sukarelawan bisa 6 jam sampai. Apalagi BNPB, Pak Syamsul tentu, 3 jam sampai, dimanapun di ujung Indonesia ini. Itulah tekad anda yang harus sampaikan kepada kita semua, kecepatan.

Kedua tentu bolehlah tanggap darurat, yang memperhatikan 3 hal. Pasti ini makanan sehari-hari anda semua, bagaimana mempersiapkan shelter, bagaimana mempersiapkan makanan, kesehatan dan air. Semua itu harus menjadi kegiatan yang cepat, barulah kita bicara rehabilitasi. Rehabilitasi maknanya yang rusak-rusak kita perbaiki, baru kemudian kita berbicara rekonstruksi, secara total kita kembalikan lebih baik lagi daripada sebelumnya.

Itulah prinsip yang kita jalankan di Aceh, prinsip yang kita jalankan di DI Yogyakarta dan di Sumatera Barat, sehingga walaupun ada bencana, setidak-tidaknya mendapatkan penghargaan di dunia bahwa cara kita menanganinya adalah cara yang terbaik. Berbeda dengan di banyak negara lain yang mengalami bencana, apakah itu di India, di Haiti, termasuk juga di Amerika pada waktu bencana topan di Amerika, mereka lambat ke situ.

Jadi, dengan organisasi yang besar ini saya harapkan bahwa faktor kecepatan, faktor kecermatan dan keikhlasan, jadi semua bencana itu hanyalah dapat dilaksanakan dengan faktor keikhlasan, dari kemanusiaan, karena dalam menangani bencana semua sistem dipakai secara langsung. Tidak perlu banyak birokrasinya, karena itulah setiap bencana, contohnya membeli sesuatu tidak perlu tender, langsung saja, dan anda tidak akan ditangkap KPK, terkecuali berlebihan harganya. Tidak perlu untuk beli beras mesti tender dulu, nanti orang sudah kelaparan baru anda sampai.

Begitu juga aturan-aturan birokrasi harus ditembus saja, karena kalau lapor ini, tanda tangan gubernur, bupati, dirjen, baru sampai itu sudah pasti orang sudah meninggal baru anda sampai. Jadi itulah hal yang selalu menjadi kekuatan anda yang tidak dipunyai oleh kekuatan lembaga lain. Anda bekerja dengan cara kedaruratan, kedaruratan mempunyai birokrasi sendiri yaitu melampaui birokrasi yang lain, itu fahamnya.

Oleh karena itu semua lembaga yang bergerak dalam keadaan bencana, tidak memiliki kantor, tapi mempunyai markas. Apa beda antara kantor dan markas? Kantor itu punya jam kerja, markas tidak, 24 jam. Karena itu markas tentara, markas polisi tidak ada jam kerjanya, karena itu sama juga BNPB, harus 24 jam ada di kantor untuk komandonya. Untuk jalannya, karena anda tidak boleh mengatakan, “Ada banyak bencana gempa, tunggulah besoklah, kita mau tidur ini.” Tidak bisa itu, langsung anda bergerak, dan sebagainya. Itulah perbedaan menangani bencana dan urusan lainnya.

Kalau orang meminta KTP tunggu saja besok atau lusa tidak ada soal kan? Atau ijin-ijin lainnya. Tapi bencana, jam itu, menit iyu itu, anda harus menanganinya, karena itulah, kalau PMI saja sanggup 6 jam sampai. BNPB harus 3 jam sampai, karena kantornya di sini jauh lebih besar dibanding organisasi kemanusiaan yang lainnya. Itulah prinsip-prinsip yang harus kita pegang dalam menangani ini, yaitu saya katakan tadi, kecepatan, keikhlasan dan sama dengan tentara dan polisi, ialah untuk bekerja harus mempunyai keterampilan latihan.

Jadi kalau tidak ada bencana, waktu anda untuk mempersiapkan diri, melatih diri, mempersiapkan bahan-bahan, memperbaiki peralatan, mobil-mobil, kendaraan-kendaraan, atau peralatan lainnya harus dibersihkan seperti tentara. Kalau dia perang baru pakai senjata, tidak perang setiap hari senjata-senjata itu dibersihkan, dilap-lap macam-macam. Jangan nanti bencana, mobil sudah berkarat macam-macam, tidak bisa lagi menangani bencana itu, ataupun persediaan yang lainnya.

Inilah suatu prinsip pokok dalam upaya kita semua. Jadi prinsip-prinsip keikhlasan dan kecepatan, apabila dijalankan tentu masyarakat akan menganggap anda semua, menjadi pahlawan kemanusiaan. Baju anda bukan tanda pahlawan, baju yang kotorlah, yang robeklah yang akan menjadi tanda kepahlawanan apabila nanti ada apa-apa, karena itulah bukti bahwa anda telah bekerja dengan sebaik-baiknya untuk masyarakat kita semuanya.

Karena itulah, sekali lagi saya ingin menyampaikan penghargaan dan juga mengharapkan selalu kesiapsiagaan, mendidik masyarakat, melatih masyarakat dan tentu juga menunjukkan sesuatu yang baik dan juga prinsip-prinsip kemanusiaan kepada kita semuanya. Hanyalah dengan prinsip itu maka kita dapat melayani, membantu, dan juga meringankan beban masyarakat kita apabila bencana.

Kepada semua petugas atau aparat ataupun relawan seperti ini, tentu kita tidak mengharapkan berdoa agar ada bencana agar kita bekerja. Karena itu, doa seorang relawan atau petugas anda harus begini, Ya Allah lindungilah kami dari segala mara bahaya dan bencana, tetapi apabila Engkau mencoba kami dengan bencana kami selalu siap siaga untuk membantu masyarakat kita menangani bencana itu. Jadi jangan kalau tidak ada bencana, wah kapan kita kerja ini, gatal kaki ini, jangan, Alhamdulillah.

Jadi orang bekerja seperti anda semuanya dengan Alhamdulillah. Kalau tidak kerja Alhamdulillah, berarti aman tidak ada bencana, ada bencana juga alhamdulillah saya membantu orang, begitu cara doa niatnya BNPB atau siapa saja seperti anda semua yang bekerja seperti itu. Jangan kalau tidak ada bencana, wah ini TV tidak pernah ambil lagi kita kalau tidak ada bencana, ayo kita bagaimana cari bencana, jangan. Tapi berdoalah semuanya tidak ada bencana, berdoa pula diberikan kekuatan apabila ada bencana.

Itulah harapan saya, terima kasih dan saya membuka Rakernas ini, tadi, mudah-mudah tidak menjadi rakernas kayak partai-partai yang akhirnya pecah begitu, pasti tidak kan? Ini betul-betul membuat rencana kerja untuk bekerja sebaik-baiknya untuk masyarakat.

Terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Wakil Presiden
Jusuf Kalla