Jakarta-wapresri.go.id. Para pemimpin (umaro) dan ulama diharapkan mampu berperan menjadi teladan yang baik bagi umat muslim, sehingga dapat tercipta masyarakat yang adil, makmur dan damai seperti tujuan Indonesia berbangsa dan bernegara.

“Di antara umat itu, ada dua golongan, yang apabila baik, maka baiklah umatnya, dan apabila salah, maka salahlah umatnya. Golongan itu adalah para ulama dan para umaro,” demikian Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyitir salah satu hadist Rasulullah saat memberikan ceramah tarawih di Masjid Sunda Kelapa, pada hari kelima Ramadhan, Kamis, (9/6/2016).

Wapres menegaskan peran ulama sangat penting dalam membina masyarakat yang saling menghargai dan toleransi, serta menjaga persatuan bangsa, karena ulama memiliki kearifan yang dapat ditiru oleh umat muslim, yang menjadi penduduk mayoritas di Indonesia.

“Seorang ulama itu, tentu mempunyai kearifan, karena itulah yang memberikan kearifan dan ketakwaan yang dapat diambil contoh juga kepada kita semua, memberikan nasehat, memberikan pandangan dan memberikan hal-hal yang baik,” tutur Wapres.

Disamping ulama, lanjut Wapres, para pemimpin juga harus memberikan contoh yang sama soal keteladanan, selain pula, memiliki kewajiban untuk menyerukan semangat dan memberikan harapan kepada rakyatnya.

“Para pemimpin tentu memberikan jalan, memberikan peluang, memberikan kesempatan, mendorong, memberikan semangat. Namun, juga disebutkan bahwa pemimpin yang baik ialah pemimpin yang adil, karena keadilanlah yang mempersatukan kita semuanya,” seru Wapres dihadapan jamaah tarawih.

Wapres pun tak lupa, mengajak umat muslim di Indonesia mengucap syukur kepada Allah, karena tinggal di negara yang damai dan aman, sehingga dapat menjalankan ibadah dengan nyaman dan tenang. Berbeda kondisinya dengan banyak negara muslim di belahan dunia lain, yang saat ini diliputi ketakutan karena kekacauan yang sedang terjadi. Negara-negara itu, sebut Wapres, pemimpin dan ulamanya kurang berperan dengan baik.

“Kalau hari ini, malam ini, kita dapat khusyu beribadah, tarawih, berpuasa. Kita bayangkan, apa yang terjadi di negara-negara Islam yang lain, bagaimana di Syria, di Irak, di Yaman, di Libya, di Nigeria, di Afganistan, di Palestina, yang tentu tidak bisa mengamalkan ibadah ramadhannya seperti kita semua, hadir  disini dengan aman, dengan baik,” ucap Wapres.

Sebelum mengakhiri khotbah tarawihnya, Wapres mengajak kaum muslimin menjaga keseimbangan hidup dan harmoni antara dunia dan akhirat sebagaimana permintaan seluruh umat muslim dalam setiap mengakhiri permohonan doanya. Menurut Wapres, kedamaian dapat tercipta, apabila terwujud pula kemakmuran dan keadilan dalam masyarakat.

“Selalu saya sampaikan, bahwa siapapun kita, apakah dia jamaah seperti kita yang biasa, para ustad, para kyai, apakah dia NU, apakah dia Muhammadiyah, atau siapa saja, pasti doanya apabila ditutup, selalu dengan Robbana attina fiddunya hasanah, wafil akhiroti hasanah, selalu ingin kita meminta keseimbangan hidup, kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Pasti kita inginkan itu,” pesan Wapres menutup ceramahnya. (KIP, Setwapres).