GAPPMI

Menerima Pengurus GAPPMI

Kantor Wakil Presiden. Perkembangan teknologi dan pendidikan adalah dua sektor yang menyebabkan pasar industri makanan bergerak sangat cepat. Dahulu, seorang ibu harus memasak, mencucui dan memikirkan anak. Tetapi berkat adanya kemajuan teknologi, kini banyak ibu yang bekerja dan setelah pulang dari kantor akan singgah di toko untuk membeli sesuatu dan tinggal memasaknya di rumah dengan microwave. Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) di Kantor Wakil Presiden, Selasa sore 7 April 2015.

Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa dari penjelasannya tadi terlihat industri makanan terbangun karena pengembangan pendidikan dan teknologi. Jadi industri makanan dan minuman ini akan semakin meningkat permintaannya. Terlebih bagi mereka yang tinggal di perkotaan, terutama yang memilih tinggal di apartemen, tidak mungkin lagi untuk memotong ayam atau mengiris ikan, sehingga mereka akan membeli berbagai macam daging yang telah diberi bumbu. Jadi, lanjut Wapres, tidak perlu khawatir, pembeliaan makanan dan minuman pasti akan meningkat terus. “Karena semua orang di kota ini, menengah ke atas, pasti memiliki kulkas dan microwave. Dan isi semuanya itu berasal dari industri makanan,” ucap Wapres.

Dalam laporannya, Ketua GAPMMI Adhi S Lukman melaporkan bahwa pertumbuhan di sektor makanan dan minuman sebesar 9,5% dan tenaga kerja yang diserap cukup besar. “Bahkan sektor ini mempengaruhi inflasi dengan signifikan,” kata Adhi.

Dalam kesempatan itu, Adhi mengatakan bahwa masih banyak kendala yang dihadapi GAPMMI di lapangan, terutama menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekononomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Beberapa permasalahan yang dilaporkan Adhi adalah peraturan yang inefisiensi, sertifikasi halal, hingga biaya logistik yang semakin meningkat. “Ujung-ujungnya daya saing yang menurun,”ucap Adhi.

Menanggapi keluhan Adhi, Wapres menjelaskan bahwa memang tugas pemerintah memperbaiki bidang yang memiliki kesulitan. Tetapi, Wapres mengingatkan bahwa makanan dan minuman sebenarnya merupakan produk yang paling terakhir terpengaruh daya beli. “Kalau makanan minuman sudah terpengaruh, itu lampu merah untuk ekonomi secara keseluruhan, apalagi makanan yang pokok,”ujar Wapres. Tetapi, saat ini kondisinya masih cukup baik untuk industri makanan dan minuman.

Kita, kata Wapres, tidak menutup mata bahwa memang tengah terjadi masalah di bidang ekonomi saat ini, tapi masalah itu muncul dari luar dan dalam . “Dari luar kita paham bagaimana dolar menguat, tapi kalau dibandingkan dengan Yen, kita masih lebih baik,” ucap Wapres. Memang, lanjut Wapres, terdapat hal negatif dan positif, seperti di dalam negeri daya beli masyarakat yang konsumsinya tinggi itu pasti mengalami penurunan, karena terjadi kenaikan harga komoditi.

Mengenai label halal, Wapres mengatakan bahwa begitu banyaknya produk yang halal, maka sebaiknya yang ditulis adalah komoditi yang tidak halal saja. Seperti air, sebenarnya tidak perlu lagi mendapat cap halal. Tetapi di sisi lain, bila suatu kemasan memiliki sertifikasi halal dari MUI atau Badan POM menjadi masyarakat tidak ragu untuk membelinya atau mengkonsumsinya langsung. “Sebenarnya ini hanya masalah trust dan kepercayaan. Kita bicarakan dengan lembaga-lembaga yang menanganinya,” kata Wapres.

Di bidang infrastruktur, pemerintah tengah mempercepat pembangunan proyek infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini juga untuk hubungan di dalam pulau maupun antar pulau. “Kami terus berusaha mengatasi masalah logistik, listrik, dan jalan,” kata Wapres.

Tampak hadir mendampingi Wapres, Menteri Perindustrian, Kepala BKPM, Kepala Badan POM Roy Alexander Sparringa. Dalam pertemuan ini Adhi melaporkan bahwa dirinya telah terpilih kembali sebagai ketua di Musyawarah Nasional GAPMMI yang baru saja diadakan.

****

Bookmark and Share