Tanah Datar, Sumatera Barat – wapresri.go.id. Di hari ke-2 kunjungan kerja (kunker) ke Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Wakil Presiden (Wapres) melakukan sejumlah agenda di Kabupaten Tanah Datar. Setelah bermalam di Bukittinggi, Wapres didampingi Ibu Mufidah Jusuf Kalla beserta rombongan bertolak mengunjungi kelompok kerajinan tenun Batenggang di Banang Salai, Jorong Tanjuang Modang, Nagari Tanjuang Bonai, Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Batu Sangkar, Sumatera Barat, Selasa (6/9/2016).

Batenggang adalah salah satu kelompok kerajinan tenun dari 5 kelompok yang dibina oleh Ibu Mufidah Jusuf Kalla sendiri. Selain menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) RI, Ibu Mufidah adalah orang asli Lintau.

Selain Batenggang, kelompok-kelompok tersebut adalah  Tambose Jorong Tanjung Modang Nagari Tanjung Bonai, Perempuan Keramat Sakti Jorong Pamasian Nagari Tanjung Bonai, Kelompok Mawar Indah, dan Mawar Sakato di Jorong Mawar nagari Lubuk Jantan. Saat ini jumlah anggota kelompook tenun ini telah mencapai lebih dari 150 orang.

Agar bisa menghasilkan produk yang lebih berkualitas sekaligus mempertahankan warisan leluhur. kelompok tenun ini mendapatkan pelatihan fashion design dengan instruktur dari Dekranas Pusat. Salah satu ciri khas yang menonjol dari songket ini adalah proses pewarnaannya menggunakan bahan-bahan alami.

Sambil melihat dari dekat, Wapres sesekali berdialog dengan para perajin songket Pandai Sikek tersebut. Dari beberapa perajin Pandai Sikek yang sedang menenun, Wapres mendapatkan informasi bahwa banyak variasi yang dihasilkan dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, ada sehelai yang berukuran 2 X 1 meter dengan perkiraan pengerjaan 15-30 hari bernilai sekitar 2,8 Juta Rupiah. Ada juga songket yang berukuran 3 meter dengan waktu pengerjaan sekitar tiga pekan, harganya berkisar 1-2 juta rupiah.

Kelompok perajin tenun ini berharap mendapat perhatian lebih dari pemerintah agar songket yang dibuat mereka bisa lebih banyak dikenal dan dipromosikan dalam rangkaian promosi produk-produk buatan asli Indonesia. Selain itu, mereka juga berharap bahwa songket nantinya bukan hanya menjadi sekedar kain songket, tetapi juga merupakan bagian dari fashion atau mode yang dapat disandingkan dengan batik.

Acara berikutnya, Wapres, yang juga merupakan Ketua Dewan Mesjid Indonesia, beserta rombongan menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Raya Tanjung Bonai. Berdiri sejak 80 tahun lalu dan beberapa kali dilanda gempa belakangan ini, Masjid Tanjung Bonai mengalami kerusakan dan beresiko apabila terus digunakan. Masyarakat dan tokoh masyarakat Tanjung Bonai berkeinginan untuk memugarnya agar nampak lebih representatif. Rencananya, masjid ini juga akan memiliki tempat ibadah sekaligus tempat pengajaran ilmu ke-Islaman. Masjid yang berada di pinggir jalan Lintau-Payakumbuh ini adalah merupakan simbol pemersatu warga dan sekaligus salah satu syarat berdirinya sebuah Nagari. Diperkirakan pembangunan tersebut akan menghabiskan anggaran sekitar 7 Milyar rupiah. Saat ini, dana yang sudah terkumpul hasil dari sumbangan diaspora warga Tanjung Bonai yang tersebar di Indonesia sejumlah 1.5 Milyar rupiah.

Usai melakukan peletakan batu pertama di Mesjid Raya Tanjung Bonai, Wapres dan rombongan meninjau kampus Akademi Komunitas Tanah Datar (AKTD) yang berada di Nagari Tigo Jangko, Kecamatan Lintau Buo. Kementerian Ristekdikti mengharapkan, kehadiran Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta rombongan dapat mengangkat eksistensi keberadaan Akademi Komunitas Tanah Datar ini semakin dikenal dan diminati masyarakat Sumatera Barat, khususnya Tanah Datar. AKDT merupakan Program Studi Di Luar Domisili Politeknik Negeri Padang berstatus Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Saat ini, AKDT telah memiliki 2 angkatan dari 3 prodi (Teknik Mesin, Teknik Sipil dan Manajemen Informatika). Sekitar 90% lulusan AKDT berhasil diserap dunia kerja. Artinya, Program D2 yang fokus pada lebih banyak praktek dan pemberian skill, memang diminati oleh pihak perusahaan. Akademi Komunitas  yang diresmikan oleh Ibu Mufidah Jusuf Kalla 2013 silam ini, telah memberikan manfaat yang baik untuk masyarakat sekitar. Akademi Komunitas Tanah Datar hadir sebagai pilihan tepat bagi peserta didik, dengan biaya yang relatif murah. Saat ini Akademi Komunitas yang memiliki mahasiwa sebanyak 99 orang sudah memiliki lahan seluas 5.5 Ha untuk gedung baru hasil hibah dari pemerintah daerah.

Di sela-sela kunker ini, sebelum bertolak ke Istano Basa Pagaruyung, Wapres beserta rombongan menyempatkan diri untuk singgah dan bersalin pakaian di Rumah Gadang Keluarga Datuk Rajo Penghulu yang berada di Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar. Rumah dengan gaya arsitektur semi modern khas Minangkabau ini terlihat asri dan besar. Dahulu, tempat ini menjadi rumah kediaman Ibu Mufidah Jusuf Kalla semasa ia kecil. (KIP, Setwapres)