Jakarta-wapresri.go.id. Peradaban manusia di dunia ini dipengaruhi oleh ideologi, politik, teknologi, dan energy. namun tidak ada peradaban kalau tidak ada kedamaian karena itu menjaga perdamaian menjadi kewajiban bersama.

Demikian pernyataan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam pidatonya pada acara dwitahunan  Centre for Dialogue dan Cooperation Among Cvilizations (CDCC) di Kantor Wakil Presiden, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (4/10/2017)

“Peradaban pada intinya adalah perdamaian dan kemajuan. Tentu kita harus berusaha keras menciptakan peradaban yang damai itu. Karena tidak ada peradaban kalau tidak ada kedamaian,” kata Wapres.
Lebih lanjut Wapres mengungkapkan fenomena peradaban setelah perang dingin selesai, dimana banyak konflik yang terjadi di banyak negara yang menganut Denokrasi.

“Ada hal yang menarik khususnya di Timur Tengah,. Semua negara yang konflik itu dasarnya republik. Irak, Siria, Mesir, Libia, dsb itu semua republik. Lembaganya republik tetapi praktiknya otoritarian. Demokrasi memang suatu sistem yang baik, namun bukan yang terbaik bagi semua orang”, ungkapnya.

Selain itu Wapres juga menceritakan dalam perkembangannya selama lebih dari 70 tahun merdeka, Indonesia telah melalui konflik-konflik yang diakibatkan karena ketidak adilan sosial, ekonomi, politik.
“ Di Aceh orang mengira konflik agama, padahal dasarnya adalah ketidakadilan ekonomi. DI Poso orang mengira itu konflik agama, tetapi sebabnya karena Pilkada. Kita bersyukur bahwa kita melewati proses demokrasi yang lebih stabil, walaupun pelan-pelan timbul efeknya, efeknya biaya mahal,”ujarnya.

Diitengah pesatnya perkembangan teknologi, Wapres mengajak untuk selalu melihat kedepan berfikir optimal untuk menciptakan keadilan antardaerah demi kemajuan bangsa.
“Dalam kesempatan ini kita lebih banyak melihat kedepan. Bagiamana berpikir optimal, mengharapkan kemjauan teknologi akan meningkatkan potensi ekonomi yang lebih besar lagi. Geoekonomi dipengaruhi oleh geopolitik. Keadilan antardaerah menjadi kunci kemajuan. Kita harus menciptakan keadilan bagi semua daerah,” pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Centre for Dialogue dan Cooperation Among Cvilizations (CDCC) Din Syamsuddin pada pembukaan acara yang mengusung tema “Dinamika Geopolitik dan Geoekonomi Dunia, Apa Strategi Indonesia Menghadapinya? Menyampaikan terimakasih atas kesediaan Wapres untuk menyampaikan pidato peradaban pada tahun ini.
Din Syamsuddin menjelaskan bahwa CDCC adalah lembaga internasional yang bergerak untuk merajut hubungan dalam bentuk dialog dan kerjasama antar peradaban, agama, dan budaya.
Peradaban dunia telah mengalami berbagai perubahan dan pergeseran paradigma seiring dengan perubahan ekonomi dan politik dunia. Untuk itulah Indonesia perlu menjawab kondisi ini dengan baik.
“Kita menyaksikan ada pergeseran pusat gravitasi ekonomi dunia (centre of globe economy gravity) dari kawasan Atlantik ke Pasifik yang disertai oleh fenomena kebangkitan Asia TImur, terutama the rise of China dengan segala dampak sistemiknya,” terangnya.

Din mengatakan sebagai konsekuensi logis dari perkembangan dunia pasca perang dingin. Ujung dari proses ini adalah ketidakpastian. “Inilah Akhir dari peradaban manusia menyisakan ekonomi kapitalistik sebagai satu-satunya kiblat oerekonomian dunia, demikian pula demokrasi liberal sebagai the best form of human governance, ” kata dia.

Hadir mendampingi Wapres Sekretaris Wakil Presiden Mohamad Oemar, dan Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan otonomi Daerah Syahrul Udjud, Anggota Tim Ahli Wapres Sofyan Wanandi, dan Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Guntur Iman Nefianto ( NY/RN, KIP- Setwapres)