Padang, wapresri.go.id – Majunya suatu negara tergantung dari semangat dan nilai tambah yang dilakukan oleh para enterpreneur dan ahli profesional, baik insinyur maupun ekonom secara bersama-sama meningkatkan kreativitas dan inovasinya, agar produktivitas dan daya saing terus meningkat.

Demikian pernyataan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat membuka Kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII) XXI dan Dialog Nasional di Grand Inna Padang Hotel Convention dan Exhibition Padang, Sumatera Barat, Kamis (6/12).

“Kalau kita berbicara kemandirian, kemajuan harus dengan tekad, dengan semangat, dan kadang-kadang harus dipaksakan. Tidak ada kemajuan tanpa ketegasan,” ujarnya.

Karena itu, Wapres menyambut baik acara yang bertemakan “Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya Keinsinyuran dan Penerapan Teknologi Cerdas: Mewujudkan Kedaulatan Industri Indonesia,” ini, karena bertepatan dengan program pemerintah, yang pada masa mendatang akan mengutamakan kemajuan fisik dan juga peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

“Karena pengalaman kita pada waktu-waktu yang lalu, bahwa tanpa kemampuan SDM yang kuat, kita tidak bisa memajukan bangsa dengan baik,” terangnya.

Di hadapan peserta kongres, Wapres sempat memaparkan revolusi industri pertama hingga saat ini yang sudah memasuki revolusi industri keempat, yang biasa disebut dengan revolusi industri 4.0, namun menurutnya, Indonesia masih tertinggal.

“Jadi kita baru berbicara, Jepang sudah mulai kampanye revolusi industri 4.0. Jadi kita bisa ketinggalan 1 generasi dengan Jepang, apabila kita tidak juga memahami,” tandasnya.

Dalam sambutannya, Wapres juga menjelaskan perbedaan antara ekonom dan insinyur, yang menurutnya ekonom membuat teori baru kalau ada krisis, sedangkan insinyur kalau membuat penemuan selalu bermanfaat di masa datang.

Lebih jauh, Wapres menceritakan bahwa kemampuan orang Indonesia tidak kalah dengan orang Barat. Ia mencontohkan saat dirinya membuat garbarata di Indonesia, yang kini karya tersebut sudah diekspor kemana-mana.

“Artinya adalah, Persatuan Insinyur Indonesia ini harus mempunyai tekad dan inovasi, kita pelajari dari masing-masing negara. Harus memaksa diri dan memiliki semangat. Dan menjadi kepuasan kalau insinyur bisa menemukan sesuatu, membuat sesuatu yang lebih baik, tanpa itu kita akan menjadi pengikut terus saja,” tegasnya.

Sebelumnya, Ketua PII Hermanto Dardak melaporkan, bahwa perlu membangun profesionalisme di kalangan anak muda untuk berkarya dan meningkatkan kemampuannya.

“Melalui teknologi, tentunya bisa memberi nilai tambah dalam membangun bangsa ini, tentunya meskipun kita kaya sumber daya alam, namun tanpa nilai tambah semakin sulit, apalagi untuk memiliki daya saing yang bentuknya semakin kompetitif,” ucapnya.

Sementara itu di tempat yang sama, Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Barat Nasrul Abit melaporkan, bahwa saat ini penduduk Sumatera Barat sekitar 5,6 juta. Dari jumlah tersebut, kata Wagub, angka kemiskinan masih 6,52% dan kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai pedagang kaki lima 85%, di antaranya UMKM. Ia menyebut bahwa industri hanya ada satu yaitu PT Semen Padang.

Lebih jauh, Wagub juga menjelaskan bahwa karakter orang Sumatera Barat tidak mau menjadi buruh di Ranah Minang, tetapi dia mau menjadi buruh di tempat lain. Ia juga mengakui bahwa daerahnya kekurangan tenaga insinyur.

“Di Provinsi Sumatera Barat termasuk kabupaten/kota sedang kekurangan juga tenaga insinyur,” ujarnya.

Turut mendampingi Wapres di acara tersebut, yaitu Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, Staf Khusus Wapres Bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto Samirin, serta Staf Khusus Wapres Bidang Komunikasi dan Informasi Husain Abdullah (RMS/RN, KIP-Setwapres).