Jakarta-wapresri.go.id Banyak sejarah dunia berubah karena puisi, seperti Chairil Anwar yang memberikan semangat 45 dengan Karawang Bekasi, Taufik Ismail dengan semangat tahun 66 yang membuat mahasiswa bersemangat dan bersatu, Iqbal memberi semangat kepada Pakistan, dan Kahlil Gibran yang memberikan semangat nasionalisme Arab setelah kolonialisme.

“Karena itulah puisi selalu memberikan satu makna dan inovasi, muncul dari jiwa, menginspirasi. Di banyak negara, dalam membentuk inovasi dan kehalusan perasaan mengajarkan banyak puisi” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menghadiri Malam Anugerah Hari Puisi Indonesia, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Cikini, Rabu malam (12/10/2016).

Selanjutnya Wapres menyatakan, hanya dengan bangsa yang mempunyai kehalusan jiwa atau perasaan dapat membentuk satu spirit yang kuat, sebagaimana telah menjadi bagian banyak sejarah di dunia ini. Itulah makna dari Hari Puisi ini.

Wapres mengatakan, pemerintah menyambut baik Hari Puisi ini, dan juga memberikan penghargaan kepada penyair, sastrawan yang selalu dengan setia berdasarkan kemampuannya dan inspirasinya memberikan makna hidup secara halus, dan keinginan sesuai waktunya.

“Sekali lagi saya ingin menyampaikan selamat kepada saudara-saudara sekalian, ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres diminta untuk membacakan puisi. Wapres pun mengungkapkan bahwa puisi yang dibacakannya adalah hasil karya satu-satunya. Menurutnya, puisi itu timbul dari perasaan, inspirasi dan emosi.

“Saya bukan penyair apalagi sastrawan, bukan sama sekali, tetapi saya bisa membikin satu-satunya puisi saya itu hanya waktu kira-kira 15 menit, tetapi dengan penuh emosi,” ungkap Wapres.

Lebih jauh Wapres menceritakan bagaimana ia dapat membuat puisi tersebut dengan singkat. Pada tahun 2000 Ambon mengalami konflik. Dalam kurun waktu dua tahun, korban mencapai 5.000 orang, 100.000 rumah dan sekolah dibakar. Tahun 2002 konflik selesai dan berakhir damai hingga saat ini. Dua tahun kemudian Wapres mengunjungi Ambon.

“Hubungan saya dengan Ambon begitu emosional. Saya mempunyai perasan emosional dalam perjalanan ke Ambon karena pesawat malam, saya berangkat dari Jakarta jam 10. Jam 5 subuh saya bangun dan langsung saya minta kertas kepada pramugari untuk menulis sesuatu dan jadilah puisi ini, setelah itu saya mencoba tidak bisa lagi,” kisah Wapres.

Ketika Wapres menyelesaikan konflik di Aceh, Wapres mencoba juga tetapi tidak sempat selesai. Wapres percaya bahwa puisi itu dari emosional dan perasaan, tidak muncul dari ke ilmuan.

“Profesor Bahasa Indonesia belum tentu bisa membuat puisi seperti anda semua,” ucap Wapres.

Wapres pun membacakan puisi karyanya.

 

Ambonku, Ambon Kita Semua

Empat ratus tahun lalu dunia mencarimu

Dunia ingin hidup nyaman darimu

Karena engkau adalah sumber keharuman


Pala dan cengkeh dambaan mereka

Karena itu dari jauh mereka datang padamu


Lima tahun lalu engkau terkoyak 

Bangsa ini sangat tersayat dan dunia ikut tersentak


Karena deritamu derita bangsa juga 

Kesulitanmu kesulitan kita semua

Ale rasa beta rasa


Hari ini engkau bangun dengan senyum simpul

Bangsa juga turut tersenyum.


Kita semua lega dan berbesar hati

Kalau engkau senang kami bahagia 

Ale senang beta senang

Waktunya membangunan negeri ini 

Dengan semangat Pattimura yang perkasa itu


Lupakan segala pedang dan batu itu 

Berikan kembali pena dan buku kepada Nyong Ambon


Petik kembali cengkeh dan pancing kembali ikan 

Tabuh kembali tifa dan petik kembali gitar itu 

Nyanyikan kembali ole sio sambil bertari lenso

 

Dengan senyum bunyi tifa, gitar dan nyanyianmu 

Dunia akan lega, bangsa akan bangga


Karena sumber keharuman dan kehidupan

Akan bangkit kembali dari ufuk timur

Ambonku, ambon kita semua

Ambon 7 September 2004.

Sebelumnya, Rida K. Liamsi yang merupakan inisiator sekaligus deklarator Hari Puisi Indonesia menyatakan, semula Hari Puisi Indonesia dideklarasikan di Pekanbaru, pada tangal 22 November 2012, untuk menetapkan satu hari atau satu tanggal yang menjadi titik ingatan menandai keberadaan para penyair dan karya-karyanya. Seperti Hari Raya atau hari besar bagi para penyair, Hari Puisi menjadi satu momentum haluan dan rasa hormat kepada para penyair Indonesia.

Namun kemudian, Hari Puisi Indonesia ditetapkan pada tanggal 26 Juli, yang merupakan hari lahirnya penyair besar Indonesia Chairil Anwar, karena ia dianggap sebagai pelopor dan Bapak Puisi Indonesia modern yang berhasil menjadikan puisi ikut menggerakkan semangat revolusi perjuangan.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga meluncurkan buku berisi puisi-puisi setebal 2016 halaman, dengan Judul “Matahari Cinta Samudra Kata”. Selain itu, acara diisi dengan pembacaan puisi oleh sejumlah tokoh, antara lain Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Duta Besar Lebanon Joana Azzi, dan Penyair Sutardji Calzoum Bachri.

Selain Menteri Agama, hadir dalam acara tersebut Duta Besar Tunisia Mourad Belhassen, dan Dubes RI di Azernaijan Husnan Bey Fananie. (KIP, Setwapres)