Jakarta. Hubungan Indonesia-Rusia telah berjalan selama 66 tahun. Dalam perjalanan usia tersebut, kedua negara telah melakukan berbagai kerjasama, diantaranya dalam bidang perdagangan, investasi, pendidikan, pariwisata, dan energi. Namun, saat ini volume perdagangan Indonesia-Rusia mengalami penurunan.

“Kerjasama Indonesia-Rusia memang harus ditingkatkan. Masih banyak peluang kerjasama yang dapat direalisasikan. Indonesia menghasilkan kelapa sawit, perikanan, dan produk-produk pertanian yang dibutuhkan Rusia. Namun, Indonesia juga mengimpor alat-alat pertahanan dan teknologi dari Rusia,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Wakil Pertama Ketua Senat Rusia Nikolay Fedorov di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Selasa (15/3/2016).

Kedatangan Fedorov menemui Wapres Jusuf Kalla membawa misi khusus yakni  mempersiapkan rencana kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Rusia dalam rangka menghadiri 20 tahun dialog kemitraan Rusia-ASEAN yang akan diadakan di Sochi, Rusia, pada Mei 2016.

Dalam kesempatan itu Fedorov menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia terkait kerjasama investasi pembangunan infrastruktur kereta api di Kalimantan Timur. Ke depan diharapkan ada peluang investasi sektor perminyakan di Kalimantan Barat.

Namun, Fedorov mengungkapkan Pemerintah Rusia belum puas dengan volume perdagangan kedua negara.

“Saat ini volume perdagangan baru mencapai 2-2,5 miliar dolar US. Kedepan harus ada peningkatan paling sedikit 5 miliar dolar US,” ucap Fedorov.

Lebih jauh Fedorov menjelaskan, kerjasama bilateral akan dibicarakan secara mendetil pada saat Presiden Jokowi berkunjung ke Rusia. Menurutnya, pihak Rusia saat ini tengah mempersiapkan draf kerjasama yang siap ditandatangani. Diantaranya, di bidang kesehatan, informasi dan komunikasi, tanggap darurat, pemberantasan kejahatan transnasional, dan alutsista.

Fedorov berharap draf yang sudah dipersiapkan tersebut dan saat ini berada di pihak Indonesia dapat ditindaklanjuti.

“Dengan demikian kami memiliki pondasi yang kuat untuk memfinalisasikan dan merealisasikan kerjasama dalam rangka merekatkan hubungan kedua negara,” tutur Fedorov.

Kepada Wapres Fedorov juga menyampaikan keinginan Pemerintah Rusia untuk bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia dalam bidang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Menurutnya, dengan adanya kerjasama ini maka akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah Rusia akan mempersiapkan tenaga ahli baik dari Rusia maupun Indonesia. Di samping itu, para pemuda Indonesia juga akan diundang untuk mempelajari teknologi yang dibutuhkan dalam proyek PLTN tersebut di perguruan tinggi Rusia.

Menanggapi hal itu Wapres menerangkan, bahwa saat ini pembangkit listrik masih menggunakan energi dan energi terbarukan seperti hidro dan panas bumi. Sementara PLTN belum menjadi prioritas, malah menjadi alternatif terakhir.

“Pembangkit listrik banyak dibutuhkan di Pulau Jawa, apabila PLTN dibangun disitu maka akan membahayakan, karena Pulau Jawa rawan dengan gempa bumi. Kita belajar dari Jepang yang pernah mengalami hal tersebut ketika gempa terjadi,” ungkap Wapres.

“Di Kalimantan memang cukup aman, namun untuk membangun PLTN banyak membutuhkan transmisi. Jadi PLTN merupakan alternatif yang paling terakhir untuk dipertimbangkan,” lanjutnya.

Di akhir pertemuan Fedorov menyampaikan Courtesy Call Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich kepada Wapres Jusuf Kalla di sela-sela Boao Forum for Asia di Hainan, Tiongkok, yang akan diselenggarakan pada 24 Maret ini.

“Saya menyambut baik undangan tersebut. Pertemuan ini merupakan respon positif dan akan kita realisasikan di masa yang akan datang,” pungkas Wapres.

Hadir mendampingi Nikolay Fedorov, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin, Anggota Senat Rusia Ketua Persahabatan antar Senat Rusia-Indonesia Liliya Gumerova, Anggota Senat Rusia bidang Pertanian Stepan Zhiryakov, Kepala Biro KSLN Senat Rusia Pyotr Tsvetov, Kepala Protokol Ivan Kleschinov, dan Penasehat Kedutaan Besar Rusia Veronika Novoseltseva. (Siti)