Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillah walhamdulillah washalatu wasalamu ‘ala Rasulillah wa’ala alihi washahbihi wamawwalah.

Yang saya hormati, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja, Ulama Annal Kirom, Gubernur Jawa Timur, dan para Wakil Gubernur yang hadir, para Bupati, Wali Kota, para ketua organisasi Islam, hadirin, dan para tamu undangan yang berbahagia.

Alhamdulillah hari ini kita mengadakan peringatan Hari Santri di Kantor Polhukam, ini untuk pertama kalinya, karena Menkopolhukamnya juga memang santri. Dan yang luar biasa lagi pembacaan maulid dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur, solawatannya juga oleh Menkopolhukam dan juga oleh Wakil Presiden RI, ini luar biasa.

Dan alhamdulillah memang peran santri di Indonesia diakui oleh negara sehingga ditetapakan sebagai Hari Santri Nasional. Karena santri memang terus berkiprah sejak sebelum kemerdekaan, ketika juga berjuang mengusir penjajahan menyusun konstitusi negara juga santri ikut terlibat, Almaghfurlah K.H. Wahid Hasyim, Abi Kusno, Agus Salim, santri-santri yang ikut merumuskan konstitusi kita, kemudian juga mempertahankan Negara Satuan RI, yang kemudian tadi disebut yaitu lahirnya Hari Santri ditetapkan pada 22 Oktober  1945, yaitu dengan lahirnya resolusi jihad, ini saya kira, dan terus berkiprah untuk mengisi kemerdekaan RI, mengisi pembangunan menuju Indonesia maju.

Kenapa santri terus berperan? Paling tidak menurut saya ada tiga hal yang mendasari. Pertama, semangat hubbul waton minal iman, mencintai tanah air dianggap sebagian dari iman. Makanya dalam mars NU disebut yalal wathon yalal wathon hubbul wathon minal iman, cinta tanah air bagian dari iman, karena itu santri siap melakukan apa saja. Untuk membela, mempertahankan, memperjuangkan, karena apa? Karena hubbul wathon. Ini oleh Hadratusyeikh Hasyim Asy’ari, Hadratusyaikh K.H. Wahab Hasbullah, ditanamkan hubbul wathon minal iman, itu saya kira kenapa santri siap. Sampai mengorbankan nyawanya siap untuk bangsa dan negara.

Yang kedua menurut saya, santri memegang teguh hifdzul mitsaq, menjaga kesepakatan, karena apa? Karena terbentuknya NKRI  yang … (5:29–5:31) adalah merupakan kesepakatan. Karena itu saya menyebutnya almistaqul wathoni, kesepakatan nasional, kesepakatan nasional inilah yang terus dipegang. Jadi kalau santri mengatakan NKRI harga mati, itu artinya memegang teguh kesepakatan nasional kita. Hifdzul mitsaq. Karena itu kita menolak segala bentuk ideologi lain, bentuk negara yang lain, karena apa? Karena itu menyalahi kesepakatan. Mukholafatul mitsaq, itu bahasa agamanya mukholafatul mitsaq.

Walaupun bentuknya itu islami, misalnya khilafah, apakah khilafah itu islami? Islami, dulu pernah ada. Mamlakah, kerajaan, itu juga islami bahkan sekarang masih ada Saudi Arabia, Keamiran, Emirats juga islami ada di Kuawait, republik juga islami. Kenapa khilafah ditolak? Saya bilang tidak ditolak tapi tertolak di Indonesia. Itu beda. Kalau ditolak bisa masuk tapi ditolak. Kalau tertolak itu tidak bisa masuk, tertutup, karena apa? Karena menyalahi kesepakatan, mukholafatul mitsaq yaitu menyalahi kesepakatan yang oleh santri dipegang teguh sebagai kesepakatan nasional dalam rangka semangat hifdul miftah. Kita juga punya mistaq dengan Allah, saya menyebutnya mistaq rabbani, kalau santri itu ketika di alam arwah itu sudah ada, ketika Allah tanya:

ألست بربكم

“Apakah saya bukan Tuhanmu?”

قالوا بلى

“Iya.”

Ini kita sudah melakukan pengakuan ketuhanan Allah SWT sebagai Tuhan kita. Bahkan di dalam salat kita, kita juga memberikan janji-janji.

إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين

“Salatku, ibadahku, hidupku untuk Allah.”

Ini saya sebut ini mitsaq rabbani. Bagaimana itu ini ada mitsaq rabbani, ini ada mistaq wathani, menurut saya ا منافة بينهما, tidak saling menegasikan antara kesepakatan dengan Allah, apa yang kita janjikan, dan ada perjanjian nasional kita antara mistaq rabbani dan mistaq wathoni tidak saling menegasikan. Bahkan menurut saya mistaq wathoni itu implementasi dari mistaq rabbani. Karena apa? Karena Allah mengatakan:

فان كان بينكم وبين قوم ميثاق

“Kalau kamu, antara kamu dan mereka orang-orang ada mitsaq, ada kesepakatan, maka jiwa mereka harus terlindungi.”

Kalau ada yang sampai meninggal, kata Allah:

ودية مسلمة الى  اهله

“Maka orang islam yang bunuh itu harus membayar diyat, harus membayar denda yang diserahkan kepada keluarganya.”

Itu artinya bentuk perlindungan kita dalam menjaga eksistensi atau hidup berdampingan. Oleh karena itu, antara mistaq rabbani dan mistaq wathoni tidak saling menegasikan.

Seorang pancasilais itu tidak terhalang menjadi seorang muslim yang kaffah, muslim kaum kaffah, oleh karena itu tidak juga terhalang untuk menjadi sebagai pancasilais sejati. Saya menyebut bahwa kita muslim Indonesia adalah muslim kaffah maal mitsaq, Islam kita utuh tapi kita ada mistaq wathoni yaitu kesepakatan nasional kita, selesai. Itu cara santri berfikir. Jadi tidak ada benturan-benturan, itu tidak ada, sehingga kita tidak mengalami masalah, kecuali cara berpikir yang saling berhadapan dan tidak menyelesaikan.

Para ulama kita bisa mengambil fikiran atau mengambil cara yang dapat menyelesaikan antara masalah-masalah ini yang kita sebut kalau dalam ushul fiqih namanya الجمع والتوفيق , mengkompromikan hal-hal yang bisa saja oleh orang dianggap sebagai pertentangan sehingga sebenernya tidak ada pertentangan atau لا منافة بينهما. Dan kita juga harus menjaga, saya menyebutnya mistaq insani, yaitu kesepakatan kemanusian sabab kita memang menganggap manusia ini saudara semua, itu ajaran islam, ajaran santri, ajaran dari Allah.

يا أيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا

“Wahai manusia, kamu saya jadikan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dari Adam dan Hawa, semua kita Adam dan Hawa. Apapun bangsanya, apapun agamanya, apapun etnisnya, dia adalah  من ذكر  وانثى yang kemudian menjadi شعوبا وقبا ئل  untuk saling mengenal dan bersahabat, bahkan ada yang menafsirkan:

ليعرف بعضهم البعض بى اصل انسان

Supaya masing-masing saling mengenalkan tentang asal manusia itu adalah asalnya satu, semuanya adalah sodara, sehingga tidak perlu ada permusuhan, dan hak-hak kemanusiaan itu harus dijaga. Kalau bahasa dalam bahasa-bahasa kyainya itu huquqqul ibad, hak hamba harus dijaga, di samping huququllah, ada hak Allah, hak hamba, dua hak ini harus kita jaga. Bahkan ini kata Syekh Nawawi Al-Bantani:

 تقدم حقوق العباد عن حقوق الله عند التزاحم حقوق

Hak hamba itu lebih didahulukan daripada hak allah ketika terjadi perhimpitan hak, hak Allah apa hak manusia, kata Syekh  Nawawi, تقدم حق العباد hak hamba yang didahulukan. Ini artinya bagaimana menghormati.

Kenapa Syekh Nawawi berpendapat seperti itu? Karena ada ayat:

وما كان ربك ليهلك القرى بظلم

 وأهلها مصلحون

Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri karena  بظلم او بشرك karena kemusyirikan وأهلها مصلحون sedangkan penduduknya berbuat shalih, berbuat kebaikan.

Itu tidak akan dihancurkan oleh Allah. Syekh Nawawi mengatakan:

أن عذاب الاستئصال لا ينزل لأجل كون القوم معتقدين بشرك

Allah tidak akan menurunkan siksa langsung walapun masyarakat itu musyrik,

و إنما ينزل إذا أساءوا في المعاملات

Allah akan menurunkan siksa kalau mereka itu buruk dalam muamalahnya,

وسعواذالناس

Dan menyakiti manusia.

 و ظلم خلق

“Dan menzalimi.”

Jadi kalau ada kezaliman, ada perlakuan yang tidak baik, ada اساء di dalam pergaulannya, ada orang-orang yang disakiti, di situ oleh Allah diturunkan. Tapi kalau dia musyrik, kafir, tidak. Kenapa begitu?

لى مسامحة لحقوقه

Karena Allah mentoleransi terhadap haknya sendiri. Kalau haknya Allah, dikafirkan, ditunda, tidak langsung, ditunda, nanti saja. Tapi kalau حقوق العباد yang dikhianati, yang dirusak, allah langsung menurunkan عذاب الاستئصال. Itulah, oleh karena itu kata Syekh Nawawi dikatakan:

 ولذلك تقدم حقوق العباد عن حقوق الله عند التزاحم حقوق

Ini saya kira prinsip santri, Syekh Nawawi karena orang Jawa, santri Jawa, gimana dia memberikan pandangan-pandangan yang luar biasa menurut saya, dan ini menjadi pegangan kita.

Alhamdulilah kita tadi sudah keadaan negara kita sudah disampaikan oleh Pak Menko Polhukam, tidak ada masalah. Masalah akidah tidak ada disini. Masalah ibadah tidak ada masalah, bahkan masalah muamalah tidak ada masalah. Ibadah difasilitasi oleh pemerintah. Bahkan muamalah juga, masalah ekonomi, syariah, industri halal, semua ini difasilitasi. Bahkan ada KNEKS, yang ketuanya tidak tanggung-tanggung, Presiden sendiri menjadi ketua KNEKS. Dan saya wakilnya merangkap ketua harian. Sekretarisnya Menteri Keuangan. Semua menteri ikut, Menko, semua ikut di dalam KNEKS. Bahkan di daerah sudah dibangun KDEKS. Ketuanya Gubernur, Wakil Gubernur, dan Sekda yang sudah dibentuk di Riau, sudah dibentuk di Sumatera Selatan, sudah dibentuk juga di NTB, di Sumbar juga. Dan kita menunggu yang lain.

Jadi semua pemerintah sudah terlibat dalam ekonomi syariah, syariah yang muamalah, yang ibadah sudah langsung, yang akidah sudah langsung, yang ibadah sudah, dan semua. Sebenarnya tidak ada masalah, karena memang seperti yang disampaikan Menko Polhukam, tidak ada masalah, tidak ada sesuatu yang menghambat untuk kita menjalankan syariat Islam, tidak ada benturan.

Terima kasih, Pak Mahfud. Memang kita Indonesia dianggap sebagai negara paling toleran di dunia. Belum lama ini utusan dari Majelis Hukama Al Mukminin, himpunan orang-orang alim, orang-orang pintar kalangan umat Islam yang berpusat di Abu Dhabi di Emirat yang diketuai oleh Syeikhul Akbar Prof. Thayyeb. Anggotanya termasuk hadrat Yang Mulia Prof. Quraish Shihab, pendiri Majelis Hukama Indonesia, belum lama ini menemui saya dan mengatakan, “Kami datang ke Indonesia bukan untuk mengajari orang Indonesia tetapi saya ke sini untuk belajar kepada Indonesia tentang bagaimana itu toleransi.”

Karena menurut mereka, toleransi yang di Indonesia ini adalah pantas untuk dijadikan model pengembangan dakwah Islam global. Mereka ingin belajar bagaimana Indonesia itu membangun toleransi. Bahkan mereka mengatakan bukan saatnya lagi sekarang Bahasa Arab diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, tetapi justru yang dilakukan sekarang adalah menerjemahkan Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Arab.

Ini saya kira pengakuan yang luar biasa, bahwa masih ada yang intoleran, iya saya kira masih ada, tetapi secara umum di dunia kita dianggap dan model pembangunan Islam wasatiyah yang toleran di Indonesia itu ingin dijadikan model oleh forum ulama-ulama sedunia Majelis Hukama Al Muslimin. Ini patut kita banggakan.

Bahkan sebelumnya ada produser film dari Italia datang ke sini untuk tahu tentang Islam Nusantara, dia datang ke Banten. Dia melihat orang Baduy yang tidak beragama Islam di tengah-tengah umat Islam, mereka bisa tidur dengan nyenyak. Datang ke Jawa Tengah, lihat Borobudur menjulang tinggi, di tengah-tengah masyarakat Islam aman. Dateng ke Jawa Timur, di Pasuruan, di Bromo ada orang Hindu, mereka juga tenang. Apa dia bilang? “Saya akan buat film tentang Islam Nusantara dan saya akan putar di seluruh Amerika dan Eropa.” Dan dibuat filmnya, bahkan yang menariknya dia buat tentang pesantren, pesantren, bagaimana hidup santri, gimana cara santri bergaul, berinteraksi. Dan sudah dibuat filmnya. Bahkan sudah difestivalkan di Eropa, diputar juga di Vatikan. Dan yang paling kaget, komentar mereka apa, ini pendidikan pesantren, ini katanya, the future leader in the world, ini pemimpin dunia masa depan. Jadi, ini santri ini dianggap oleh orang Eropa pemimpin dunia masa depan yang toleran. Saya kira julukan ini luar biasa, Pak Mahfud, dan ini merupakan catatan kita. Oleh karena itu, kita pertahankan.

Jadi, ini adalah prinsip semangat hubbul wathon, semangat hifdzul mitsaq, dan satu lagi yaitu semangat imaratul ardhi, membangun  وانشاكم من الارض واستعمركم فيها  bumi memakmurkan bumi. Kenapa? Karena Allah mengatakan, Allah yang menjadikan kamu dari bumi dan meminta kamu supaya memakmurkan bumi. اى كلفكم بعمارتها, memberi tanggung jawab kepada kamu untuk memakmurkan bumi sebagai khalifatul ard. Karena itu kaum santri dituntut untuk memperbanyak sebab-sebab imarah. اسباب العمارة تكثير, yaitu melalui pengembangan ekonomi, melalui masalah pengembangan di pertanian, perkebunan, pertambangan, perindustrian.

Untuk bisa mengembangkan imaratul ardhi itu membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya santri dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa mewujudkan tugas imaratul ardhi. Inilah tugas kita yang kita hadapi sekarang, setelah para pendiri dulu memperjuangkan, mempertahankan, menjaga, dan sekarang kita menjaga persatuan, menjaga ukhuwah, menjaga toleransi, dan memakmurkan, membangun Indonesia menuju Indonesia maju dan sejahtera. Ini adalah tugas kita para santri. Karena itu, santri, tugas kita adalah melakukan upaya perbaikan-perbaikan. Ini sering saya katakan, ini adalah khitah nabawiyah, khitah ulama, khitah santri. Itu seperti yang dikatakan Nabi Syuaib:

ان اريد الاصلاح وماتوفيق الابالله

“Tidak ada yang saya kehendaki kecuali perbaikan.” Perbaikan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, islah, khatawat khatawatuna. Langkah-langkah santri itu adalah khatawah islahiyah, bukan untuk mencari kedudukan, bukan untuk mencari kemuliaan, kedudukan itu adalah khatwah rabbaniyah (langkah Tuhan). Tetapi kata Imam Ibnu Attailah, Allah biasanya kalau orang berjuang benar tangguh selain diberikan pahala di akhirat tetapi ada namanya ثمرة عاجلا disamping juga  أجرا عاجل pahala di akhirat nanti, tapi Allah memberikan ثمرة عاجلا  buah yang sekarang. Jadi apa yang diterima oleh para pejuang Islam dulu ketika zaman Nabi, bisa memperoleh kekuasaan, bisa membangun ini dan itu, bukan tujuan, tujuan tetap adalah islahiyah tetapi itu adalah ثمرة عجلا dari Allah SWT.

Santri memang tidak pernah mencari tetapi santri siap menerima tugas apapun kalau itu dipercaya. Bagi Presiden, Wakil Presiden, Menkopolhukam, Menteri, Gubernur, oleh orang NU. Tidak boleh kita mencari itu, tetapi kita juga siap kalau kita diperlukan untuk berkiprah. Itu namanya  ثمرة عجلامن من الله سبحانه وتعالى .

Terima kasih.

والله الموفق إلى أقوم الطريق

 والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

***