Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, bismillah walhamdulillah washalatu wassalamu ‘ala rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi wa mawwala.

Yang saya hormati para Pengurus Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama; para Rektor Perguruan Tinggi di Lingkungan Nahdlatul Ulama seluruh Indonesia; para pemangku kepentingan LPTNU serta seluruh hadirin yang berbahagia.

Syukur alhamdulillah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat berkumpul dalam acara Rapat Kerja Nasional dan Konferensi Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama.

Hadirin sekalian, kita semua memahami bahwa kiprah Nahdlatul Ulama (NU) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah sangat dirasakan secara luas. NU dikenal sebagai salah satu pilar utama dalam pemikiran keagamaan moderat yang menjadi penjaga konsensus nasional di tengah kebinekaan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di usianya yang sudah satu abad, NU telah melakukan capaian-capaian yang membanggakan, baik di bidang keagamaan, sosial, politik, ekonomi maupun pendidikan. Salah satu di antaranya adalah bidang pendidikan tinggi, yang kini posisinya semakin penting dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul menuju Indonesia emas. Dalam konteks ini, para nahdliyin dituntut untuk memiliki kapasitas tinggi, tidak hanya agar mampu menghadirkan solusi atas problem bangsa saat ini, tetapi juga agar senantiasa adaptif dan bersiap menghadapi dinamika tantangan zaman.

Hadirin yang terhormat, salah satu upaya NU dalam mendorong terwujudnya sumber daya manusia (SDM) Indonesia mumpuni untuk menyongsong tantangan di masa mendatang, tercermin dalam hadirnya perguruan tinggi NU di seluruh nusantara. Secara kelembagaan, pengembangan kualitas perguruan tinggi NU ini menjadi tanggung jawab LPTNU, utamanya dalam mengelola potensi besar ratusan pendidikan tinggi di bawah naungan NU.

Namun, di balik potensi besar tersebut, terdapat pekerjaan rumah yang besar pula. Misalnya, dibandingkan dengan perguruan tinggi swasta di bawah naungan organisasi lain, pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) masih menghadapi keterbatasan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.

Hadirin yang berbahagia, terkait agenda besar yang diusung dalam Rakernas dan Konferensi ini, terdapat beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, pengembangan ilmu-ilmu agama Islam di lingkungan Perguruan Tinggi NU untuk menciptakan al-mutafaqqihina fiddin (ahli-ahli agama) yang tidak hanya memahami ajaran agama secara tekstual, secara qauli, tetapi juga secara kontekstual dan dinamis, secara manhaj, yang mampu merespons berbagai permasalahan dan tantangan yang muncul di masa yang akan datang. Pengembangan ilmu agama tersebut harus didasarkan pada konsep Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah An-Nahdliyah yang karakteristiknya adalah moderat (wasathiyyah), ishlâhiyah (reformatif), tathawwuriyah (dinamis), dan manhajiyyah (metodologis).

Kedua, pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi untuk kemakmuran umat dan kemajuan negara, karena ilmu pengetahuan dan inovasi merupakan kunci kemakmuran dan peradaban (miftahul imarah). Hal ini sejalan dengan posisi manusia sebagai khalifah Allah yang dikarunia akal dan hati nurani, manusia diberi tugas (mandat) untuk mengelola dan membangun bumi serta peradabannya. Tugas sebagai pelaku pembangunan (mu’ammirîn) ini adalah sesuai dengan Al-Quran Surat Hud: 61, yakni: هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا. Kata “wasta’marakum” menurut para mufassir diartikan sebagai: “kallafakum bi ‘imâratihâ”, yang artinya kamu bertanggungjawab untuk memakmurkan bumi.

Ketiga, kontribusi perguruan tinggi bagi NU dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang bersifat responsif dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di berbagai bidang. Sumbangan pemikiran ini diharapkan dapat dipergunakan oleh NU dalam merespons persoalan-persoalan yang dihadapi, baik yang bersifat nasional maupun global. Dengan demikian, posisi NU tidak hanya merawat pemikiran atau warisan ulama pada masa lalu, tetapi juga memberikan pemikiran-pemikiran dan inovasi baru, sesuai dengan kaidah yang kita pegang, yaitu:
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
Menjaga yang lama yang baik, mengambil yang baru yang lebih baik, yaitu melakukan transformasi. Dan al ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah, yaitu melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik dan lebih baik secara berkelanjutan, secara sustainable, artinya melakukan inovasi-inovasi.

Keempat, pengelolaan lembaga pendidikan tinggi secara profesional, baik dalam kaitan dengan penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas dosen, penyempurnaan sarana dan prasarana pendidikan, maupun administrasi pendidikan dan pembiayaan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari PTNU, karena kualitas pendidikan tinggi di lingkungan NU secara umum saat ini masih mengalami keterbatasan-keterbatasan. Dalam hal ini, LPTNU perlu juga mendorong perluasan sinergi dan kerja sama, tidak hanya antar PTNU dan universitas-universitas lain di dalam dan luar negeri, tetapi juga dengan berbagai instansi lain, termasuk Kementerian/Lembaga Pemerintah.

Kelima, pengembangan hubungan dan kemitraan dengan dunia usaha atau industri, sehingga keduanya bisa maju bersama dengan mengembangkan sumber daya dan potensi lokal di tiap-tiap daerah lokasi PTNU.

Akhir kata, selamat mengikuti Rakernas dan Konferensi. Saya harapkan acara ini dapat melahirkan rekomendasi yang dapat menjawab dan menyelesaikan berbagai persoalan, mengukuhkan komitmen kebangsaan, sekaligus meningkatkan kualitas LPTNU secara kelembagaan dan PTNU secara keseluruhan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ‘inayah-Nya dan meridai segala upaya kita. Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

***