Jakarta, wapresri.go.id – Pemerintah melalui Komite Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menargetkan Indonesia menjadi produsen halal dunia, yang berfokus pada  pengembangan industri halal, pengembangan industri keuangan, pengembangan dana sosial kemasyarakatan syariah, dan  pengembangan usaha syariah. Namun, untuk mencapai target tersebut terdapat beberapa tantangan, salah satunya literasi ekonomi dan keuangan syariah yang masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan pemahaman ekonomi dan keuangan syariah kepada masyarakat.

“Literasi ekonomi syariah ini masih rendah jika dibandingkan dengan fokus-fokus tadi . Karena itu, pemahaman ekonomi dan keuangan syariah pastinya akan kita tingkatkan,” tegas Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin ketika melakukan wawancara dengan Bisnis Indonesia secara virtual dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Senin (26/04/2021).

Dalam wawancara yang berlangsung selama kurang lebih 45 menit tersebut, Wapres menekankan bahwa literasi ekonomi syariah penting untuk diberikan kepada masyarakat dengan berbagai cara. Dengan jalur pendidikan misalnya, telah dibuka  prodi ekonomi dan keuangan syariah di beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Islam Negeri, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro dan Universitas Airlangga.

“Jadi yang  betul-betul terbangun sebagai sumber daya manusia yang paham betul, yang menguasai secara utuh tentang keuangan syariah, tentang industri halal, ini baru kita bangun belakangan ini, kita usahakan melalui berbagai perguruan tinggi dan pendidikan-pendidikan lainnya. Itu beberapa hal yang menurut saya penting,” ungkapnya.

Di samping itu, Wapres menjelaskan, literasi ekonomi syariah juga diberikan untuk membangun, mengedukasi, mensosialisasikan melalui berbagai jaringan, baik melalui KNEKS, lembaga keuangan syariah dan mitra-mitra kerja KNEKS, seperti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI).

“Baik melalui komite ekonomi dan keuangan syariah yang kita bangun, melalui mitra-mitra kerja daripada komite nasional ini, dan ada pula beberapa lembaga seperti MES, ini juga nanti  akan berperan dalam mengembangkan literasi, yang paling kuat itu ada IAEI,” urai Wapres.

Selain itu, Wapres mengatakan bahwa e-commerce (perdagangan elektronik) juga dilibatkan untuk mengedukasi dan memasarkan produk-produk halal dengan slogan bernada Islami.

“Kemudian juga berbagai keterlibatan daripada e-commerce. Berbagai e-commerce sudah ikut mengedukasi, disamping juga dia berperan sebagai jaringan daripada pemasaran produk-produk halal,” jelasnya.

Lebih jauh Wapres menambahkan, jaringan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, serta pondok pesantren ikut andil dalam upaya-upaya pengembangan sosialisasi dan literasi ekonomi syariah.

“Sektor keuangan itu ada BMT (Baitul Maal Tamwil)  di sana [ormas], kemudian sektor riil-nya ada koperasi-koperasi di pesantren, bahkan juga ada pertanian yang modern itu juga sudah mulai ada, dan dengan melalui BLK-BLK (Balai Latihan Kerja) di pesantren. Semua ini menjadi bagian daripada pengembangan sosialisasi maupun juga literasi,” imbuhnya.

Wapres pun berharap target pemerintah mengubah Indonesia dari konsumen halal menjadi produsen halal juga disosialisasikan, agar sistem yang telah dibangun oleh pemerintah dapat mendukung para pengusaha berbasis syariah dari seluruh level, sehingga akan semakin berkembang.

“Ini harus juga kita sosialisasikan kepada masyarakat, karena itu pengusaha-pengusaha yang berbasis syariah ini akan kita tumbuhkan baik itu pengusaha kecil maupun juga pengusaha besar. Ini bagian daripada ekosistem yang kita bangun itu,” harap Wapres.

Wawancara ini disiarkan dalam podcast Bisnis Indonesia pada kanal YouTube Bisniscom dengan segmen #TamuBisnis “Wapres Ma’ruf Amin Bicara Soal Produk Halal, Dana Wakaf, dan Literasi Ekonomi Syariah”. Acara dipandu oleh Pemimpin Redaksi Maria Y. Benyamin, Wakil Pemimpin Redaksi Fahmi Achmad dan Rahayuningsih, serta Redaktur Pelaksana Galih Kurniawan. (NAR/SK, BPMI-Setwapres)