Jakarta-wapresri.go.id. Usia bukanlah penghalang menggapai cita-cita. Di usianya yang ke 80-tahun anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Mayjen Pol (Purn) Drs. Sidarto Danusubroto, SH, tetap fokus dan konsekuen pada cita-citanya.

“Yang patut kita hargai, Pak Sidarto tetap konsekuen kepada cita-cita. Dan juga menjadi pelajaran bagi kita bahwa dengan sifat yang fokus dan konsekuen pada cita-cita menjadi bagian dari hasil cita-cita itu dan bisa menjadi bagian amal kepada orang [lain],” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sambutannya menghadiri Peluncuran Buku Sidarto Danusubroto, “Jalan Terjal Perubahan: Dari Ajudan Soekarno sampai Wantimpres Joko Widodo”, di The Soehana Hall, Energy Building, SCBD, Jakarta, Minggu (12/11/2016).

Wapres mengapresiasi kondisi fisik Sidarto. Dalam usianya yang sudah sepuh, ia masih aktif melakukan berbagai kegiatan laksana seorang Komisari Besar (Kombes) Polisi.

“Bahwa yang pertama kita harus apresiasi kesehatan Bapak (Sidarto). Seperti apa itu, Kombeslah. Usia 80, segitu ya. Hanya kalau Jenderal sedikit sudah agak lambat,” canda Wapres disambut tawa hadirin.

Wapres pun mengulas sedikit isi buku yang diluncurkan oleh tokoh yang pernah menjadi Ketua MPR RI menggantikan almarhum Taufiq Kiemas tersebut. Dalam bukunya, Sidarto mengungkapkan kebingungannya mengapa ia diangkat menjadi Ajudan. Menurut Wapres, diangkatnya Sidarto menjadi Ajudan Presiden Pertama Indonesia Soekarno, kemungkinan karena ia pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat.

“Mungkin saja yang mengangkat beliau jadi ajudan mencoba untuk berusaha bagaimana bisa mempengaruhi sedikit Bung Karno, berada di sekitar didikan Amerika. Karena situasi pada saat itu agak keras lah.  Tapi ternyata Bung Karno pasti lebih kuat sehingga akhirnya Pak Darto yang ikutlah kepada Bung Karno. Begitu kan?” ulas Wapres.

Wapres mengungkapkan, buku ini menggambarkan 2 spirit, Sudarto sebagai Ajudan, dan Soekarno sebagai Presiden yang dilayaninya.

“Karena itulah perkumpulan suatu ideologi juga di dalam buku itu,” ucap Wapres.

Tak lupa Wapres menyampaikan selamat atas diluncurkannya buku yang berisi 344 halaman tersebut.

“Sekali lagi saya menyampaikan selamat,” pungkasnya.

Sebelumnya, dilakukan bedah buku oleh 3 pemateri yang terdiri dari pengamat politik Yudi Latief, peneliti senior Centre for Strategic of International Studies (CSIS) Joseph Kristiadi, dan peneliti Imparsial Al Araf, dengan pemandu acara Najwa Shihab.

Menurut salah satu editor buku Sudiman Tarigan, lahirnya buku ini didasari atas kegelisahan Sidarto terhadap jalannya reformasi yang sudah hampir berlangsung selama 20 tahun, dimana ada segelintir kelompok yang ingin membelokkan arah reformasi.

“Inilah yang menjadi kegelisahan Pak Sidarto yang dituangkan dalam buku ini,” ungkap Sudiman.

Sementara Yudi Latief mengungkapkan, meskipun memiliki jiwa bhayangkara, to protect and to serve (melindungi dan melayani), Sidarto memiliki kepribadian yang tulus. Sehingga, semasa hidupnya ia mampu mengabdi sampai 7 Presiden.

“Ia bisa menyelesaikan masalah dengan santun, peradaban, lewat jalur-jalur konsensual, dengan dialog dan estetika, bukan dengan jalan kekerasan, bukan dengan jalan kuno, tapi basisnya adalah ketulusan,” ucap Yudi.

Kristiadi menambahkan bahwa buku ini sangat dahsyat karena menceritakan tokoh nasional yang mengaku tidak memiliki cita-cita, namun dikuasai oleh cita-cita.

“Beliau mencari sekolah yang tidak memberatkan orang tuanya. Beliau selamat, masuklah PTIK [Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian]. Dan beliau tersesat di jalan yang benar, sehingga menjadi seorang bhayangkara,” tutur Kristiadi.

Dari kalangan muda Al Araf menyampaikan Sidarto merupakan sosok yang bisa menjadi teladan bagi anak muda karena dua hal, yaitu konsistensinya dalam memperjuangkan hak asasi manusi dan perjuangannya membangun Indonesia dalam mereformasi sektor keamanan yang lebih baik.

“Sehingga kami bisa menyatakan Pak Sudarto adalah sosok yang memperjuangkan suara-suara yang tidak terdengar,” ujar Al Araf.

Di akhir acara, Sidarto menyampaikan bahwa buku yang ditulisnya tak lepas dari proses memperjuangkan cita-cita para pendiri bangsa Indonesia.

“Bagi kami dan para senior yang hadir malam ini pasti akan berpandangan sama dengan kami, bahwa meneruskan cita-cita founding fathers bangsa ini memang memerlukan perjuangan, komitmen, dan konsistensi. Kami ingin para founding fathers bangga dengan kita semua yang telah meneruskan apa yang mereka perjuangkan,” ujar Sidarto.

Acara peluncuran buku ini bertepatan dengan acara syukuran hari ulang tahun Sidarto Danusubroto ke-80 tahun yang jatuh pada tanggal 11 Juni.  Selain menguraikan perjalanan hidup Sidarto, buku ini menguraikan kegundahannya mengenai masalah yang mendera bangsa ini.

Selain Wapres Jusuf Kalla, hadir dalam kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wapres ke-11 Boediono dan Wapres ke-6 Try Sutrisno. Hadir pula sejumlah petinggi negara seperti Seskab Pramono Anung, Menkopolhukam Luhut Panjaitan, Menko PMK Puan Maharani, Mendikbud Anies Baswedan, Menkumham Yasonna Laoly, MenATR Ferry Mursyidan Baldan, Menaker Hanif Dakhiri dan MenKP Susi Pudjiastuti. (KIP, Setwapres)