Jenewa, wapresri.go.id—Setelah serangkaian acara dari pagi hingga petang, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla bersama Mufidah Jusuf Kalla bersilaturahmi dan buka bersama dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Jenewa dan sekitarnya. Wapres tiba sekitar pukul 21.30 WS di Wisma Wakil Tetap RI Jenewa Hasan Kleib, serta langsung disambut oleh tuan rumah dan Duta Besar RI Bern Muliaman D. Hadad, Kamis malam (16/05/2019).

Seusai para undangan menikmati santap malam yang penuh cita rasa Indonesia, Wapres menyapa tamu yang hadir dan menyampaikan beberapa hasil kunjungan kerjanya selama di Jenewa, juga di Istana Elysee Paris sehari sebelumnya.

“Saya ke sini, dan juga kemarin dari Paris, untuk bicara hal-hal yang susah. Pertama tentang bencana, kalau di Paris kemarin kita bicara soal teroris,” terangnya.

Indonesia menerima penghargaan PBB dalam penyelesaian tsunami Aceh, bahkan dinilai lebih baik daripada penanganan bencana badai Katarina di Amerika. Sedangkan di Paris, sehubungan dengan kejadian di Christchurch dan Sri Lanka, Indonesia juga diminta untuk membagikan pengalamannya dalam menangani terorisme.

Lebih lanjut Wapres juga menyinggung suasana perpolitikan di tanah air. Informasi yang sangat mudah diakses dari media online dimana saja dan kapan saja, membuat perbedaan waktu antarnwgara tidak banyak pengaruhnya. Bahkan WNI di luar negeri terkadang lebih dulu mendapatkan informasi tentang kondisi tanah air.

“Mungkin saya perlu tanya, sekarang bagaimana hasil Pemilu?” tanya Wapres, disambut tawa hadirin spontan.

Wapres juga menyinggung soal penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang dinilai pemilu paling rumit.

“Kalau di luar negeri cuma dua kertas kalau di Indonesia ada lima kertas. Mengingat orangnya saja begitu susah, lebarnya sampai satu meter. Saya kira tidak ada kertas referendum di Swiss ini satu meter,” candanyai disambut tawa para tamu undangan kembali.

Menurut Wapres, beberapa hal dalam sistem penyelenggaraan pemilu kali ini memang perlu diperbaiki. “Ke depan diharapkan ada desain baru pada sistem penyelenggaraan pemilu, seperti halnya sistem yang ada saat ini antara lain merupakan hasil studi banding pemilu di Prancis,” harapnya.

Namun demikian, Wapres menjamin bahwa kondisi di Indonesia akan tetap aman pascapemilu. “Kondisi politik yang dinamis masih dalam batas wajar,” ucapnya.

sedangkan kondisi ekonomi dengan pertumbuhan di angka lima persen, menurut Wapres, juga cukup baik, meski mengindikasikan masih perlunya kerja keras seluruh pihak.

“Meskipun (pertumbuhan ekonomi) masih kalah dengan Thailand dan Vietnam, artinya kita masih perlu kerja keras,” jelasnya kemudian.

Selain itu Wapres juga menceritakan kunjungannya ke Laussane, kota yang berjarak sekitar 60 km di luar Jenewa. Wapres menilai Indonesia perlu belajar dari Swiss yang 80 persen lulusan sekolah menengahnya melanjutkan ke pendidikan vokasi. Kemudian juga mencontohkan bagaimana produk coklat dari Swiss bisa mendunia, meskipun jika dibandingkan, Indonesia justru adalah negara produsen coklat.
“Disinilah peran teknologi dan kemampuan pemasaran produk turut menentukan,” tegasnya.

Di samping itu, Wapres berharap pertemuannya dengan Komite Olimpiade Internasional di Laussane untuk membicarakan kembali minat Indonesia menjadi penyelengara Olimpiade 2032, akan membuahkan hasil yang baik. Apabila 13 tahun mendatang Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade, besar harapan Wapres hal itu akan membawa lebih banyak lagi dampak positif bagi masyarakat.

Setelah kurang lebih 30 menit memberikan sambutan, Wapres menutup silaturahmi dengan menyampaikan harapan agar diaspora Indonesia dapat menularkan pengetahuan dan teknologi ataupun nilai positif yang didapat, sehingga manfaatnya dapat diterapkan dan dirasakan bersama.

Tampak mendampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir, Kepala BNPB Doni Monardo, dan Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar. ( GCW/RN KIP-Setwapres).