New York, wapresri.go.id – Di sela-sela Sidang Umum ke-72 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, beberapa negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) termasuk Indonesia melakukan pertemuan membahas solusi atas krisis Rohingya di Myanmar.

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memimpin delegasi Indonesia pada Sidang Umum PBB dan hadir pada pertemuan dengan negara-negara OKI itu, beberapa negara OKI sepakat untuk meminta Myanmar menghentikan kekerasan terhadap warga Muslim Rohingya yang bermukim di negara bagian Rakhine.

Namun, lanjut Wapres, yang mendesak saat ini adalah bantuan kemanusiaan bagi para korban sesegera mungkin, bukan sekadar pernyataan bersama.

“Hanya Indonesia yang bisa masuk ke Myanmar daripada negara-negara itu. Tetapi, sekarang pun kita masuk ya lebih ketat lagi. Jadi, kita pada akhirnya membantunya lewat Bangladesh karena sifatnya Myanmar yang tidak terbuka,” terang Wapres kepada para wartawan Selasa (19/9) waktu setempat.

Dunia internasional, lanjut Wapres, juga perlu memberikan tekanan politik kepada pemerintah Myanmar agar lebih terbuka terhadap bantuan kemanusiaan dari luar dan segera menghentikan krisis kemanusiaan di negara itu.

Namun, ia menggarisbawahi, tekanan politik tidak mesti berupa pengiriman pasukan karena target akhirnya adalah resolusi damai.

“Myanmar pada dasarnya pasti yang menghentikan kekerasan dan keterbukaan pasti dari mereka. Melindungi semua ini pasti tergantung dari Myanmar. Bantuan dari luar saja yang dapat dilakukan oleh negara lain,” tegas Wapres.

Masih mengenai dukungan politik internasional untuk mempercepat penyelesaian krisis Rohingya, Wapres meminta Amerika Serikat untuk berperan lebih aktif.

“Seperti biasa, Presiden Trump itu berpidato dalam sudut pandang Amerika untuk Amerika. Yang sebenarnya kita harapkan, apa sudut pandang beliau untuk seluruh dunia,” ujar Wapres menanggapi pidato Presiden AS yang disampaikan pada sesi sidang hari itu. (RN/FM, KIP Setwapres)