Jakarta. Dalam kesehariannya, Rasulullah SAW menerapkan keteladanannya dari berbagai sisi kehidupan, mulai dari ibadahnya, perilakunya, hingga kepemimpinannya kepada seluruh umat manusia, bukan hanya umat Islam saja. Ia menjaga keutuhan umatnya, kemajuannya, kekompakannya serta persatuannya. “Karena itulah Islam menjadi agama yang sangat besar karena kepemimpinan dan contoh tauladan tersebut,” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika memberikan sambutan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437H bersama Jamaah Majelis Rasulullah, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis, (24/12/2015).

Lebih jauh Wapres menjelaskan teladan yang dilakukan Rasulullah. Semasa muda, ia selalu bekerja keras untuk keluarga dan masyarakatnya dengan berdagang. “Artinya adalah berdagang, berusaha, juga sunnah Rasulullah yang harus kita ikuti, karena tidak ada kemajuan suatu bangsa, suatu umat tanpa upaya kerja keras dari kita semua,” tegas Wapres.

Rasulullah, lanjut Wapres, juga menjaga toleransi yang baik dengan siapapun. Hal ini ditunjukkan ketika ia hijrah ke Madinah, ia melakukan 3 hal utama. Pertama membangun Masjid Kuba, kedua, mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshor, sehingga hidup berdamai, dan yang ketiga, melaksanakan Piagam Madinah, yaitu menjaga keutuhan seluruh masyarakat di kota tersebut, baik yang Muslim, Nasrani maupun Yahudi, untuk menjaga toleransi dan kehidupan bersama.

Wapres berharap teladan yang ditunjukkan Rasulullah dapat diikuti oleh umat manusia. “Tentu teladan itu bukan hanya untuk didengarkan, tapi untuk dilaksanakan sehari-hari untuk kita semuanya,” imbau Wapres.

Namun, akhir-akhir ini, Wapres mencermati, banyak terjadi konflik di dunia Islam, mulai dari perpecahan, kekerasan, hingga perang saudara, yang mengakibatkan kehancuran bangsa mereka sendiri. Padahal, Islam adalah agama yang penuh rahmat bagi semesta. “Selalu saya mengatakan bahwa, marilah kita semua memegang teguh ajaran kita semuanya, bahwa Islam sebagai rahmatan lil’alamin, bukanlah agama untuk menghancurkan satu sama lain, tapi agama yang membangun secara bersama-sama kita semua, bagaimana kita semua mengamalkan itu dengan penuh keamanan ketertiban, dengan akhlak yang baik,” ujar Wapres.

Dalam kesempatan itu, Wapres mengapresiasi tertibnya acara yang dihadiri oleh 300,000 jamaah pria dan wanita. Hal ini menggambarkan bahwa ajaran agama Islam dapat diselenggarakan dengan penuh disiplin, dan menepis anggapan yang muncul dewasa ini, bahwa pemikiran umat Islam tidak disiplin dan radikal. “Kita hadir di sini dengan penuh khusyu’ dan sangat baik, dan menjadi contoh teladan bagaimana kita melaksanakan kegiatan-kegiatan yang baik itu,” tutur Wapres.

Wapres juga menyambut baik dzikir dan pengajian yang dilakukan oleh Majelis Rasulullah (MR) baik di Masjid Istiqlal maupun di Monas, sebagaimana yang diusulkan oleh Ketua Dewan Syuro MR, Habib Nabil Almusawa. Sebelumnya, Habib Nabil menyampaikan, jamaah MR berharap boleh menggelar dzikir dan pengajian di Monas, agar wanita yang dalam keadaan haid juga dapat menghadirinya.

Di manapun kegiatan dzikir dilakukan, lanjut Wapres, yang terpenting tidak menghalangi jalan orang, karena itu berarti mengganggu masyarakat. “Jangan karena mau dzikir seluruh jalan ditutup, sehingga macet seluruh kota, itu jangan. Tapi beribadah, berdzikir dengan tertib seperti ini, dengan tenang seperti ini, pastilah menjadi teladan kita semuanya,” pungkas Wapres.

Hadir dalam acara tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, politikus Fadel Muhammad dan sejumlah habib.

***