Beijing, wapresri.go.id—Perdagangan Indonesia dengan Tiongkok telah terjalin ratusan tahun lalu, sejarah panjang itu menunjukkan persahabatan kedua negara yang saling menguntungkan dalam bekerja sama. Untuk itu, pentingnya peningkatan hubungan bisnis to bisnis (B to B) yang berlandaskan people to people.

“Jadi tentunya pada hari ini kita hanya melanjutkan sejarah yang panjang itu untuk melakukan perdagangan dan investasi yang lebih banyak lagi dan untuk kedua negara,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat memberikan pidato kunci pada Business Forum di Hotel Kempinski, Beijing, Jum’at Sore (26/04/2019).

Di forum yang terselenggara atas kerja sama Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, United in Diversity dan Kura-kura Bali ini, Wapres mengungkapkan bahwa kemajuan Tiongkok yang begitu cepat membuat dunia terperangah, bahkan banyak mempengaruhi ekonomi dunia secara keseluruhan.

“Semua negara kagum atas kemajuan Tiongkok hari ini, hanya dalam 30-40 tahun sudah menjadi suatu kekuatan ekonomi dunia,” tuturnya.

Kemajuan ekonomi yang begitu pesat, menurut Wapres Jusuf Kalla karena Tiongkok dalam membangun industrinya sangat efisien dan ditunjang dengan infrastruktur yang memadai sehingga dapat memasarkan produk-produknya ke seluruh dunia.

“Karena itu, maka kita baik para pengusaha saling berhubungan dan belajar bagaimana kemajuan kemajuan itu dapat dicapai dalam waktu tidak lama dan bermanfaat untuk seluruh masyarakat dan kesejahteraan dan kemakmurannya,” pintanya.

Di hadapan 100 pengusaha dari Indonesia dan 320 pengusaha dari Tiongkok, Wapres menyambut baik atas penandatangan MoU dari masing-masing perusahaan untuk bekerja bersama-sama.

“Semua untuk mengikuti langkah-langkah yang akan diambil dari pengusaha Tiongkok yang sudah lebih dahulu bekerja sama dengan perusahaan di Indonesia,” jelasnya.

Meski demikian, Wapres menekankan agar penandatangan sejumlah MoU bukan hanya secara seremonial, tetapi juga harus dilaksanakan secara baik dan konsisten dalam bentuk B to B untuk jangka panjang.

“Hubungan Indonesia dan Tiongkok ke depannya akan lebih banyak hubungan B to B daripada G to G karena merupakan hubungan yang lebih baik, karena berlandaskan  people to people sehingga akan lebih baik lagi untuk jangka panjang,” pesannya.

Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa Indonesia dan Tiongkok mempunyai kesamaan dan perbedaan.

“Kita berbeda dalam sistem politik tetapi mempunyai kesamaan dalam sistem ekonomi, yaitu ekonomi pasar persaingan atau efisiensi sangat penting sekali dan kami tahu bahwa Tiongkok dalam membangun industrinya sangat dapat memasarkan ke seluruh dunia,” paparnya.

Usai memberikan pidato kunci, Wapres acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang di pandu oleh Duta Besar LBBP RI untuk RRT Djauhari Oratmangun. Sebelumnya, dilakukan sekitar 23 penandatangan MOU antara organisasi dan perusahaan Indonesia-Tiongkok.

Hadiri Pembukaan KTT II Belt and Road Forum

Sementara kegiatan pagi harinya, Wapres Jusuf Kalla menghadiri pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kedua Belt and Road Forum (BRF II) di China National Convention Center (CNCC), Beijing,

Acara BRF II sendiri dimulai pada pukul 09.38 hingga 11.40 waktu setempat (WS) di Auditorium, Lantai 4 CNCC. Wapres berada di deretan kursi paling depan, nomor dua dari sisi kiri sebelum perwakilan Austria.

Prosesi acara pembukaan BRF II diawali dengan pidato Presiden Xi Jinping, dilanjutkan oleh Presiden Rusia, Presiden Kazakhstan, dan Kepala negara lain-lainnya.

Setelah itu, Wapres kembali ke Hotel Kempinski, tempatnya bermalam, untuk kemudian melakukan sholat Jum’at di Masjid Dongzhimen pukul 13.30 WS.

Malamnya, Wapres beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla diagendakan untuk menghadiri Gala Diner di Great Hall of the People. Adapun jarak antara Hotel Kempinski Beijing dengan lokasi acara sekitar 12 km dengan waktu tempuh 15 menit.

Kepada awak media, Wapres menyampaikan tentang program apa saja yang disiapkan dan apa yang bisa dikerjasamakan dalam kerangka BRF II. Contohnya ada 30 proyek yang menjadi program kerja sama, termasuk dengan catatan inisiatif bersama bukan hanya insiatif dari Tiongkok.

“Kita tetap tidak ingin dan menghindari seakan-akan Tiongkok yang menentukan. Tidak. Kita tidak mau. Indonesia yang menentukan, ownershipnya harus di Indonesia,” terangnya.

Dalam keterangan persnya, Wapres mengungkapkan bahwa Presiden RRT dan Wakil Presiden RRT setuju untuk meningkatkan impor crude palm oil (CPO) dan hasil pertanian lainnya untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan kita. Karena itu, kualitas produksinya harus dijaga dan ditingkatkan.

“Mereka setuju impor CPO, juga dalam hal keseimbangan neraca perdagangan. investasi, seperti diketahui Tiongkok termasuk Hong Kong sudah nomor satu di Indonesia, dulu Singapura. Tiongkok dan Hong Kong digabung menjadi nomor satu dan akan meningkat terus ini. Mereka antusias berhubungan. Saya tanya apa kritiknya? Tidak ada, hanya perlu diperbaiki lagi,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Wapres, sebagai upaya untuk memperbaiki CPO yang akan di ekspor, harus dipersiapkan kualitas dan  packaging  nya.

“Tentunya akan ada persiapan petani, termasuk kualitas.  Packaging  tidak seperti jualan di pinggir jalan di Jakarta diikat-ikat, harus bagus packingnya,” pungkasnya.(RN/AF-KIP, Setwapres).