Banda Aceh. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menerima dua buah buku yang baru saja diluncurkan, yakni 50 Pesan Kemanusiaan JK dan Ombak Perdamaian di Pendopo Gubernur Aceh, Jumat 26 Desember 2014. Dalam sambutannya, Wapres menyampaikan bahwa sering orang bertanya apa hubungannya antara tsunami yang terjadi di tahun 2004 dan perdamaian di Aceh? “Sebenarnya hubungannya mempercepat, karena perdamaian sudah mulai digagas sebelum bencana tsunami,” ujar Wapres saat memberikan sambutan.

Namun, saat rehabilitasi setalah tsunami, Wapres memperkirakan rehabilitasi tidak dapat berjalan lancar jika perdamaian belum dapat diwujudkan di Aceh, karena semua orang mendapat bahaya saat keluar kota. Proses tsunami, kata Wapres, dibagi pada tiga tahap, yakni keadaan darurat, tahap rehabilitasi, dan tahap membangun. “Tanpa keamanan tidak mungkin,” ucap Wapres.

Saat memasuki rehabilitasi pada bulan ke-6, Wapres melaporkan pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa Aceh harus segera berdamai. “Karena itulah maka mulailah tahap perdamaian,” ucap Wapres.

Buku Ombak Perdamaian, ucap Wapres, hanya menceritakan tsunami selama 72 jam pertama, karena 3 hari pertama adalah saat genting. Untuk itu, Wapres meminta Menteri Kesehatan saat itu, Siti Fadilah Supari untuk menghidupkan semua rumah sakit di Aceh, karena dalam 3 hari pertama setelah bencana akan timbul penyakit, bahkan juga kerusuhan. “6 hari pertama gagal, maka menimbulkan masalah besar,” ujar Wapres.

Wapres menjelaskan saat akan menjalankan perdamaian di Aceh, tidak banyak yang tahu jika Panglima TNI saat itu, Endriartono Sutarto justru yang paling mendukung perdamaian segera diwujudkan di Aceh. Saat bertemu dengan Panglima TNI, Wapres bertanya tentang berapa jumlah korban akibat konflik Aceh. “Artinya, kita akan mengorbankan rakyat dan prajurit lagi?” tanya Wapres. “Tidak ada Panglima yang menginginkan rakyat dan prajuritnya menjadi korban. Tentara mendukung perdamaian,” ucap Wapres menirukan jawaban Panglima TNI Endriartono Sutarto.

Buku 50 Pesan Kemanusiaan ditulis oleh Farid Husein dan buku Ombak Perdamaian ditulis oleh Fenty Effendy.

****