New York, wapresri.go.id – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menuturkan bahwa sejak 1982, harga biji kopi dunia telah turun hingga 70%. Salah satu penyebabnya yang sangat fundamental, menurutnya yaitu kelebihan pasokan produksi biji kopi dunia.

Pernyataan tersebut disampaikan Wapres pada forum “Aksi Bersama Mengatasi Krisis Harga Kopi dan Mencapai Produksi Kopi Berkelanjutan” di Markas Besar PBB, New York, Rabu pagi Waktu Setempat (25/9/2019)

“Saya ingin menggaris bawahi dua dampak utama dari krisis harga kopi ini. Pertama, petani kecil adalah korban yang paling dirugikan. Petani kecil, bukan industri ataupun konsumen,” tegasnya.

Lebih jauh Wapres memaparkan bahwa lebih dari 96% lahan kopi Indonesia dikelola oleh petani kecil. Karena itu Indonesia sangat prihatin dengan krisis ini, saat keuntungan industri kopi besar dunia semakin meningkat.

“Lebih dari 25 juta petani kecil kopi di seluruh dunia, berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Indonesia sendiri memiliki 1,8 juta petani kopi,” terangnya.

Dampak kedua, terang Wapres, menanam kopi tidak lagi menjadi sumber penghidupan yang diminati. Sehingga sejumlah petani kopi memutuskan beralih ke sektor lain. Akibatnya, kata Wapres akan mempengaruhi kesinambungan pasokan kopi global.

Karena itu, sebagai negara penghasil kopi, Wapres mengajak bersama-sama untuk membuat terobosan baru guna memperbaiki nasib produsen kopi di negara masing-masing.

“Kita tidak bisa berdiam diri,” tegasnya.

Dalam forum yang di inisiasi Negara Columbia ini, Wapres memaparkan langkah-langkah sebagai usulan dari Indonesia untuk mengatasi merosotnya harga kopi dunia.

Pertama, kata Wapres terus memperluas pasar kopi, dan pengendalian jumlah pasokannya.

Wapres menyebut bahwa berbagai laporan International Coffee Organization (ICO) telah menyoroti potensi di sektor nontradisional. Antara lain, biji kopi sebagai bahan baku industri kesehatan.

“Sudah saatnya kita implementasikan studi ini menjadi upaya nyata,” pesannya.

Langkah kedua, Wapres menyerukan bahwa kapasitas petani kecil harus ditingkatkan kemampuannya agar petani dapat menghasilkan kualitas kopi yang baik dan bernilai tambah.

“Peran koperasi petani harus terus diberdayakan,” sarannya.

Ketiga, lanjut Wapres, perlunya dibangun kemitraan antara industri dan petani kecil sebagai contoh industri kopi besar harus memberikan CSR, untuk peningkatan kapasitas petani kecil.

“Akses terhadap teknologi dan pasar bagi petani kecil harus dipermudah. Petani kecil harus masuk dalam rangkaian global supply chain kopi dunia,” imbuhnya.

Yang keempat, menurut Wapres, perlunya upaya khusus untuk menjaga keseimbangan harga kopi bagi petani, industri dan konsumen. Untuk itu perlu kerja sama dan mengembangkan strategi serta kampanye inovatif agar petani mendapatkan harga yang lebih adil. Misalnya, lanjut Wapres, dengan menetapkan harga kopi minimum yang masih menguntungkan bagi petani kecil.

“Diperlukan dukungan peran organisasi internasional, seperti ICO, dalam hal ini,” tandasnya.
Menutup pidato singkatnya, Wapres menuturkan bahwa Indonesia ingin menegaskan komitmennya untuk bekerja sama yang memastikan masa depan berkelanjutan bagi sektor kopi.

“Masa depan yang adil dan sejahtera bagi petani kopi, industri dan konsumen,” tutup Wapres.(RN KIP-Setwapres).