Gunungkidul, wapresri.go.id – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah mengumumkan bahwa kuota haji Indonesia pada 2022 ini sebanyak 100.051 jemaah. Hal ini disampaikan Yaqut saat menghadiri peringatan Nuzulul Qur’an tingkat Kenegaraan yang ditayangkan melalui kanal YouTube resmi Bimas Islam TV, Selasa (19/04/2022).

Menanggapi hal tersebut, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin turut bersyukur karena masyarakat Indonesia bisa kembali menunaikan ibadah haji, setelah dua tahun tidak ada pemberangkatan haji akibat pandemi Covid-19.

“Kita syukurilah, kita terima, karena sudah dua tahun kita tidak banyak yang berhaji,” tutur Wapres saat memberikan keterangan pers usai meresmikan Pembukaan Fasilitas Riset Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Jalan Yogya-Wonosari Km 31.5, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (22/04/2022).

Lebih lanjut, Wapres menuturkan bahwa dirinya akan lebih bersyukur lagi apabila nantinya ternyata Indonesia diberi kuota yang lebih banyak.

“Karena memang yang punya kewenangan untuk memberikan kuota itu adalah Pemerintah Arab Saudi,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata Wapres, apapun keputusannya, Pemerintah Indonesia akan menerima meskipun sebenarnya kuota saat ini belum seperti kuota sebelum pandemi. Sebab, hanya Pemerintah Arab Saudi yang tahu kondisi dan berapa jumlah orang yang boleh berkunjung ke tanah suci.

“Kita biasanya kalau normal itu di atas 200.000 jamaah, sekarang kita diberi 100.000 lebih,” ucapnya.

Meskipun demikian, menurut Wapres, pemberian kuota tersebut tetap harus diterima dan disyukuri karena Indonesia termasuk negara yang memperoleh kuota cukup banyak dibandingkan negara lain.

“Jadi kita terima saja berapa jumlahnya dan kita termasuk yang memperoleh [jumlah] cukup istimewa, sebab yang lainnya kan di bawah kita, dan kita cukup lumayan,” ungkapnya.

Namun demikian, Wapres juga meminta masyarakat agar tetap bersabar. Sebab, belum normalnya jumlah kuota haji secara otomatis menyebabkan waktu antrian pemberangkatan haji yang semakin lama.

“Memang terpaksa antrian kita makin panjang karena dua tahun tidak terpenuhi, kemudian sekarang baru dapat 100.000, sehingga terpaksa antrian menjadi lama lagi,” ucap Wapres.

“Ya yang biasanya itu ada yang memang 10 tahun, ada yang 20 tahun, 15 tahun terpaksa mungkin dua tahun lebih [pandemi] ini, bisa bertambah lagi,” pungkasnya. (EP/RJP-BPMI Setwapres)