Bengkulu, wapresri.go.id – Nilai-nilai tata kehidupan Islami seperti kejujuran, adil dan tertib dalam hubungan antar manusia (Muamalah) sangatlah di butuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sayangnya tata nilai Islami itu belum banyak diterapkan di negara-negara berpenduduk mayoritas Islam, termasuk Indonesia. Untuk itu, sebagai salah satu Ormas Islam terbesar di negara ini, Muhammadiyah diharapkan turut membangun tata kehidupan yang Islami.

“Organisasi Kemasyarakatan Islam seperti Muhammadiyah untuk bersama-sama berupaya mewujudkan negara yang menerapkan nilai-nilai kehidupan Islami,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sambutannya saat menutup Tanwir Muhammadiyah 2019 di Gedung Daerah Provinsi Bengkulu, Jln. Ps. Jitra, Teluk Segara Kota Bengkulu, Minggu (17/02/2019).

Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kehidupan Islami bukanlah dalam hal akidah dan ibadah, melainkan dalam hal muamalah atau kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

“Bukan dalam hal akidah dan ibadah namun dalam hal tata kehidupannya,” ungkapnya.

Wapres pun mengutip hasil penelitian Hossein Askari dari Georgetown University yang menunjukkan bahwa negara yang menerapkan nilai-nilai Islami justru negara-negara yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam, seperti Norwegia, Swedia, New Zealand, Jepang dan sebagainya. Dalam hasil penelitian tersebut, Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, menempati urutan ke-104.

Dalam pandangan Wapres, negara-negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam namun masih rendah dalam indeks Islami-nya, disebabkan masih rendahnya nilai-nilai Islami yang diterapkan di negara-negara tersebut.

“Ini menggambarkan bahwa upaya kita butuh pencerahan bukan dalam konteks akidah dan ibadah tapi dalam hal konteks hubungan antar manusia,” tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Wapres, untuk mewujudkan negara yang adil makmur, seluruh warga Indonesia perlu bekerja sama berupaya menegakkan nilai-nilai Islam sebagai tata nilai kehidupan.

“Perlu menjadikan muamalah sebagai bagian dari perjuangan sehingga nilai-nilai Islami sebagai tata kehidupan dapat terwujud,” tegasnya.

Sejalan dengan tema Tanwir 2019, yaitu Beragama yang Mencerahkan, Wapres juga mengingatkan bahwa Organisasi Islam seperti Muhammadiyah mempunyai tanggung jawab untuk mendorong terwujudnya masyarakat yang lebih baik.

“Keputusan Tanwir Muhammadiyah ini sangat penting untuk dilaksanakan sebagai upaya untuk memperbaiki kehidupan masyarakat,” pesannya.

Pertemuan Tanwir dalam organisasi Muhammadiyah merupakan pertemuan tertinggi setelah Muktamar. Kegiatan tersebut dua hari sebelumnya dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan ditutup secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pertemuan ini antara lain menyampaikan pemikiran Muhammadiyah untuk kehidupan berbangsa dan bernegara.

Usai menutup acara Tanwir, Wapres langsung mengunjungi Masjid Baitul Izzah di Padang Harapan, Kota Bengkulu, dan meninjau rencana pengembangan PT. Pelabuhan Indonesia II Bengkulu.

Sementara Ibu Mufidah Jusuf Kalla yang hadir mendampingi Wapres dalam kunjungan tersebut selaku Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), meninjau Pameran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bengkulu di Gedung Dekranasda Bengkulu, Jln. Kapuas Raya, Lingkar Barat, Kota Bengkulu.

Selain Ibu Mufidah Jusuf Kalla, dalam kunjungan kerja ke Bengkulu ini Wapres didampingi Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto, Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, serta Staf Khusus Wapres Bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto Samirin. (AKS/RN/SK- KIP, Setwapres).