Jakarta-wapresri.go.id. Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) menegaskan bahwa hanya ilmu yang dapat memajukan suatu negeri.  “Suatu negeri selalu dapat kita katakan kemajuannya sangat tergantung kepada nilai tambah. Nilai tambah sangat tergantung kepada teknologi dan teknologi tergantung pada pendidikan dan riset,” ucapnya saat membuka Simposium Cendekia Kelas Dunia” di Hotel sultan Jakarta, Kamis, 21/12.

Karena itulah Wapres mengaku sangat senang bisa bertemu dengan para cendekiawan karena baginya itu hal yang sangat menarik. Melalui pertemuan para cendekia inilah Wapres membicarakan langkah-langkah untuk memajukan negeri ini. “Apabila kita berbicara tentang pendidikan memang merupakan suatu tonggak dari pada semua upaya kita majukan bangsa ini,” katanya.

Indonesia, akuinya, telah mengambil langkah-langkah yang banyak untuk memajukan negara dengan mewajibkan negara anggaran APBN pendidikannya sebesar 20% dari total anggaran, hal ini menunjukkan komitmen negara pada masalah pendidikan. “Tidak banyak negara yang mau mematok seperti itu,

Dengan anggaran APBN yang terus naik, lanjutnya, perlu evakuasi, apa yang telah di hasilkan dan bagaimana Sumber Daya Manusianya. “Masih banyak keluhan, kita adalah negeri yang besar, bagaimana tingkat pendidikan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama  dan Sekolah Menengah Atas belum mencapai hal-hal yang menggembirakan apabila dibanding dengan negara-negara lain,” ujarnya.

Karena itu, lanjutnya,  ia mendorong  para siswa dan siswi  mendapatkan beasiswa. Saat ini, ribuan orang di kirim setiap tahun untuk mendapatkan bea siswa dengan biaya negara tanpa ikatan apapun. “Langkah-langkah dasar itu tentu di tunjang lagi dengan upaya bagaimana kita mencapai tingkat pendidikan yang baik untuk negeri ini,” ucapnya.

Universitas Islam Internasional Indonesia

Dalam kesempatan itu Wapres menyampaikan dalam akhir tahun  ini dapat dimulai  groundbreaking untuk pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia. “Tentu   akademisinya haruslah bersifat universal, bersifat internasional dan begitu juga mahasiswanya untuk menjadi bagian dari pada upaya kita bagaimana agama dan ilmu itu berjalan sejalan dan juga untuk menimbulkan suatu modernisasi serta modernisasi dari pada keilmuwan tentang agama pada dewasa ini,” tegasnya.

Wapres juga mengemukakan tengah merencanakan untuk membuka kesempatan, membuka universitas asing di Indonesia. “Kenapa? Seperti saya katakan tadi, kita mengirim ribuan anak dengan biaya univesitas apapun di dunia ini pada dewasa ini.  Tetapi mana lebih baik kita  mengijinkan pendirian universitas yang bersifat internasional di Indonesia. Tentunya kita memilih dua-duanya. Karena itulah, kita akan segera membuat kesempatan itu dan mempelajari selama bekerja sama dengan universitas dalam negeri agar kita mendapat standar-standar baru. Kita mendapatkan ilmu yang universal itu dan kita mendapatkan kesempatan belajar dari pada yang lebih baik daripada ayat-ayat ada dalam negeri ini,” paparnya.

Semua itu, lanjutnya, tentu membutuhkan keterbukaan, membutuhkan upaya dan membutuhkan kerjasama kita semua. “Tidak perlu kita mencurigai, karena kalau kita mencurigai adanya Perguruan Tinggi Asing Indonesia berarti kita tidak perlu mengirim orang atau anak-anak belajar ke luar negeri Padahal kita juga justru membuat transpan untuk mengirim anak-anak kita belajar di universitas terbesar di dunia ini. Itulah kenapa kita membuka kesempatan itu segera, agar keterbukaan ilmu dan yang universal itu dapat kita capai, sehingga kita mempunyai diaspora yang cukup besar, ilmu dalam negeri,” ia melanjutkan.

Indonesia, diharapkan bisa menempatkan putra-putrinya menjadi CEO di perusahaan dan lembaga dunia seperti India dan China. “Karena itulah, saya berterimakasih kepada semua Anda semua yang mempunyai pengalaman yang luas bukan hanya belajar, tetapi mengajar di luar negeri tentu merupakan bagian dari pada pengalaman untuk kita pakai. Bagaimana meningkatkan keilmuan kita dalam negeri, karena apabila tidak akan saling menyalahkan. Kenapa tingkat perguruan tinggi di Indonesia belum mencapai 100 besar belum ada, hanya mencapai 300 besar contohnya di dunia ini. Kita harus mencapai universitas kita masuk menjadi 100 di dunia ini,” pungkasnya.

Wapres berharap dengan pertemuan para cendekiawan dunia ini  diharapkan dapat  saling menukar pengalaman. “Karena itulah, makanya kita harapkan dengan pertemuan-pertemuan yang rutin bagaimana ilmu di dunia ini berkembang, bagaimana caranya berkembang, bagaimana pemanfaatan ilmu yang berkembang itu dapat menjadi bagian kehidupan bangsa yang besar akan datang.  Karena Sekali lagi tidak ada bangsa yang bisa maju tanpa nilai tambah, nilai tambah tidak mungkin tanpa teknologi dan teknologi tidak mungkin tanpa pendidikan dan riset. Itulah bagaimana kita ingin memajukan bersama-sama, karena tujuan kita sama memajukan negeri yang kita cintai,” pungkas Wapres.

Sebelumnya Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi  M Nasir melaporkan acara “Simposium Cendekia Kelas Dunia 2017” yang di gelarnya mengangkat tema “Memperkuat Peradaban Bangsa Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Menunjang Prioritas Pembangunan” merupakan lanjutan program tahun 2016 berjudul “Visiting World Class Professor” dimana Bapak Wakil Presiden juga memberikan sambutan dan membuka acara tersebut. “Kegiatan ini merupakan lanjutan program tahun 2016 yang juga di buka oleh Bapak Wakil Presiden,” terangnya.

Simposium Cendekia Kelas Dunia ini menghadirkan ilmuwan diaspora Indonesia yang memiliki keterkemukaan dalam peta ilmu pengetahuan dunia untuk bersama berkolaborasi dengan ilmuwan dalam negeri guna membangun Indonesia.

Selain itu hadir 43 ilmuan diaspora Indonesia dari 11 negara, yaitu: Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Canada, Australia, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Saudi Arabia (KIP-Setwapres).