Jakarta. Pemerintah saat ini, terus berupaya membenahi kebijakan-kebijakan dalam birokrasi dan pembangunan serta mengefektifkan infrastruktur pendukung logistik untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menegaskan hal tersebut dalam sambutannya di acara Tempo Economic Briefing 2015 Oultook 2016, di ballroom Hotel Ritz Carlton, Selasa 17 November 2015 pagi. “Logistik negara kepulauan berbeda dengan negara daratan, karena lebih mahal, tetapi itu semua akan diefektifkan dengan pembenahan birokrasi dan infrastruktur,” tegas Wapres.

Evaluasi efektivitas kebijakan dalam birokrasi menurut Wapres tengah berjalan, begitu juga dengan pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan seperti pembangunan pelabuhan, pembangunan pabrik semen dan sebagainya. “Saya cek kemarin pabrik semen, full produksi, jadi artinya pembangunan berjalan,“ jelas Wapres.

Pada kesempatan itu juga, Wapres mengajak untuk menghadapi tantangan perekonomian ke depan secara bersama-sama. Menurutnya Indonesia harus melihat masalah dan mencari solusi dalam memperbaiki pertumbuhan ekonomi, serta melihat kebijakan apa yang perlu diperbaiki untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mencapai 7% dalam lima tahun ke depan.

”Kesalahan dalam mengelola perekonomian pertama adalah Indonesia tidak banyak bergerak dari ekspor komoditi migas dan mineral selama sekian puluh tahun, sehingga ketika bertemu masalah, tidak mengetahui apa yang harus dilakukan,” ungkap Wapres. Hingga ketika ada perubahan fundamental yang diperbaiki contohnya ada peraturan bahwa mineral Indonesia tidak boleh diekspor dalam bahan baku biasa namun harus melalui pengolahan, menurutnya itu adalah salah satu langkah memperbaiki kelemahan-kelemahan kebijakan pada masa lalu.

Selanjutnya Wapres menekankan betapa Indonesia yang memiliki begitu banyak sumber daya alam, kemampuan industri, dan kemampuan sumber daya manusia, ekspor besar namun devisa kecil, karena Indonesia terlalu terbelenggu oleh keinginan pasar dan hal itu merupakan kesalahan kebijakan yang fatal. “Inilah waktunya untuk memperbaiki sistem perekonomian kita agar kita maju dengan baik, tidak dengan mewariskan di masa datang kesulitan-kesulitan yang terjadi hanya karena kebijakan seperti itu, kita harus mengkoreksinya” harap Kalla.

Wapres juga mengingatkan ketika sebuah negara mengalami penurunan ekspor maka ada penurunan impor, untuk itu dirinya berharap pelaku ekonomi tidak melihat inflasi dan kurs sebagai patokan yang utama, namun yang harus diperhatikan adalah bagaimana meningkatkan produktivitas dan memperbaiki sektor riil dengan meningkatkan produktivitas pasar, produktivitas industri, dan pangan. “Dari sisi tantangan, pelemahan ekonomi Indonesia memiliki harapan yang jauh lebih baik dari berbagai negara,” tegas Wapres.

“Peluang investasi terbuka lebar, mengingat harga-harga bahan baku sedang mengalami penurunan drastis. Sebut saja harga baja, semen dan bahan baku lainnya. Harganya lagi murah semua pada dewasa ini. Jadi ini waktunya untuk investasi,” ajak Wapres.
Wapres mengatakan dalam kunjungannya ke Jepang dan Korea, dirinya meyakini bahwa sebenarnya minat investasi kedua negara cukup besar dan hal itu merupakan kesempatan yang baik bagi Indonesia, karena kedua negara itu butuh pasar. Jepang dan Korea, menurut Wapres membutuhkan pasar untuk industrinya untuk bersaing dengan China, untuk itu Indonesia membuka kerja sama untuk meningkatkan industri dalam negeri.

Selanjutnya dalam menyambut ASEAN Economic Community (AEC) 2016, Wapres mengajak masyarakat ekonomi untuk tidak khawatir, Indonesia tidak bersaing dengan Singapura dan Malaysia dan negara ASEAN lain, karena Indonesia lebih diuntungkan. “Misalnya masalah tenaga kerja asing, tidak ada sejarahnya tenaga kerja‎ yang tinggi pendapatannya bekerja ke tempat yang rendah pendapatannya. Selalu terbalik,” ujarnya.

Wapres menjelaskan bahwa dengan era AEC 2016 memungkinkan para tenaga kerja profesional Indonesia dapat bekerja di negara-negara ASEAN lainnya, dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan bekerja di Indonesia. Indonesia harus siap menyambut perdagangan bebas, “Hanya orang penakut yang dengan alasan takut tidak siap bertanding,” tegas Wapres.

Dalam kesempatan tersebut, hadir juga Dirut PT Tempo Inti Media Bambang Harymurti, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kratif Arief Yahya, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktir Wilayah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hermanto Dardak, Dirut Pelindo II RJ Lino dan Gubernur Banten Rano Karno. (Gita Savitri/setwapres).