Pembukaan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia ke-5

Tegal. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla telah berulang kali mengingatkan bahwa radikalisme selalu timbul di negara-negara yang rusak, hancur, dan gagal. “Dan banyak negara Islam yang gagal,” kata Wapres ketika membuka Ijtima Ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) se-Indonesia ke-5 di Pondok Pesantren Attauhiduyah Tegal, Jawa Tengah, Senin siang 8 Juni 2015.

Lebih jauh Wapres memberikan contoh tentang Al Qaeda di Afganistan yang semula merupakan mujahidin yang ditugasi untuk berperang melawan terorisme, tetapi karena dimasuki ajaran radikal, justru pada akhirnya memerangi negara.

Wapres menggambarkan mengapa di negara-negara seperti Irak, Suriah, Mesir, dan Nigeria itu ISIS dapat tumbuh? Karena negara-negara itu gagal dalam menjalankan pemerintahannya sehingga sistemnya hancur. Maka, kata Wapres, begitu timbul ajaran ekstrim, dengan mudah diterima karena pemerintah tidak melindungi umatnya dan bangsanya. “Begitu ada kelompok yang janji melindungi, dia dukung,” ucap Wapres.

Dari peristiwa ISIS itu, artinya keumatan dan kebangsaan itu menyatu. Kita, lanjut Wapres, bersyukur Indonesia yang paling damai dibandingkan negara-negara lain itu. Dengan bersyukur, kita diberi yang lebih baik lagi karena kita hidup dalam suasana lebih harmonis baik antar umat beragama maupun antar umat Islam. “Di negara-negara lain, saya kira susah membuat fatwa seperti ini, ulama-ulama NU, Muhammadiyah, yang kadang berbeda cara pandangnya, tapi kita alhmdulillah diterima sebagai suatu sikap kebangsaan,” ucap Wapres.

Oleh karena itu, Wapres menggarisbawahi bahwa kita harus memelihara sikap kebangsaan yang baik ini. Kita juga memiliki toleransi yang tinggi yang ditunjukkan dengan dirayakannya perayaan hari besar agama meski penganutnya di bawah 1 persen, tapi dijadikan sebagai hari nasional. “Kita menghormati itu dan karena itulah kita bisa hidup damai, baik keagamaan, maupun bersama-sama,” kata Wapres.

Wapres menyampaikan bahwa toleransi yang tinggi ini juga ditunjukkan dengan beberapa perbedaan yang sudah mencair, seperti yang terjadi beberapa puluh tahun lalu tentang pelaksanaan shalat tarawih, yang juga dialami Wapres dan keluarganya. Untuk itulah Waprs berharap Indonesia mempunyai peran keislaman yang tinggi. “Dalam pertemuan negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) semua mendesak agar peranan Indonesia lebih nampak,” ucap Wapres.

Untuk itu Wapres meminta agar umat Islam di Indonesia tidak berdiam diri dan tidak ragu untuk berkontribusi kepada perdamaian dunia. Salah satu yang kita akan lakukan, lanjut Wapres, Indonesia harus mempunyai pusat penelitian, pusat pengembangan pikiran-pikiran agama Islam untuk dunia internasional, meski membutuhkan biaya hingga trilunan rupiah. “Supaya kita tidak hanya berkiblat ke Al Azhar saja, ke Madinah saja. Tetapi pada waktunya nanti orang mencari ilmu keislaman yang moderat, datanglah ke Indonesia,” ucap Wapres.

Wapres menekankan bahwa negara kita lebih beradab dan berahlak dari sisi agama. Memang diakui Wapres masih ada sedikit konflik, tetapi tidak sampai saling membunuh. Untuk itulah, kenapa kita harus jelaskan ideologi Indonesia adalah Islam moderat yang merupakan jalan tengah. “Kita harus jadi pusat pemikiran dan pengembangan untuk itu. Kita tidak kekurangan para ahli, tenaga. Kita hanya suka rendah diri,” ujar Wapres.

Oleh karena itu, Wapres mengharapkan dalam waktu yang singkat, dirinya akan meminta Gubernur Jawa Tengah untuk menyiapkan lahan yang luas untuk mengumpulkan kyai seperti hari ini. “Supaya kita bisa berkiblat pada waktunya. Apabila orang ingin cari ilmu Islam yg moderat, datanglah ke Indonesia,” tutur Wapres.

Islam yang moderat sangat diperlukan untuk menangkal ideologi radikal, seperti pemikiran tentang menghalalkan bom bunuh diri karena ada yang ajarkan tentang surga yang keliru. “Mengobral surga. itulah ajaran yang paling keliru. Itu yang kita luruskan,” kata Wapres.

Di awal sambutannya, Wapres menyampaikan rasa keprihatinannya melihat keadaan umat, dimana umat di Timur Tengah saling membunuh, saling mengebom, dan jutaan umat mengungsi. “Itu pasti bukan akhlak Islam. Mengapa itu terjadi?” ucap Wapres. Begitu pula ketika kita melihat kapal tenggelam di Timur Tengah, yang sebagian besar umat dari Mesir, Liberia, yang ingin menuju Eropa, untuk meminta perlindungan di situ.

Terakhir umat dari Rohinginya Burma, berperahu kecil akhirnya terdampar di Indonesia. Pada waktu Wapres mengatakan untuk diterima, walaupun banyak negara yang tidak terima. “Karena kita anut asas Pancaslia yang mengatakan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,” ujar Wapres.

Kalau kita menolak, ucap Wapres, artinya kita tidak menghargai sila kedua dari Pancasila. Dikatakan Wapres, bahwa semua musibah yang terjadi itu adalah masalah umat. Tentu saja awalnya bukan karena masalah umat tapi rusaknya negara-negara besar.

Teknologi Mengubah Pemikiran

Saat ini, begitu banyak kemajuan teknologi yang telah mengubah pikiran. Seperti yang terjadi beberapa tahun lalu saat melakukan ibadah haji, dimana ada larangan membawa kamera foto. Tetapi kondisi saat ini berbeda, dimana semua orang telah memiliki telepon seluler yang memiliki kamera, sehingga kini diperbolehkan untuk memfoto.

Teknologi, kata Wapres, telah mengubah halal dan haram, karena tentunya sangat sulit untuk melarang satu juta orang membawa telepon seluler. “Kemajuan banyak mengubah hal-hal dalam keagamaan,” kata Wapres.

Seperti juga pada masa lalu dimana saat mengaji harus berwudlu terlebih dahulu sebelum memegang al Quran. Tetapi saat ini, bagaimana caranya dengan ponsel yang memiliki al Quran. “Bagaimana caranya pegang ponsel kita. Tapi bisa lihat foto macam-macam, Ini teknologi, yang penting hal-hal yang pokok,” kata Wapres.

Tentunya yang dibutuhkan umat adalah fatwa kesepakatan dari para ulama yang akan menjadi pegangan bagi kita semua. Demikian pula bila kita berbicara kebangsaan, tentunya ada masalah yang dihadapi untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan, kata Wapres, tentu ada kendala kebangsaan yang dihadapi. “Apabila kita kerja bersama-sama, kita mencapai keadilan, kemakmuran bersama,” ujar Wapres.

Masjid Memakmurkan Umat

Wapres menggarisbawahi bahwa dirinya sering mengatakan bahwa bila ada 100 orang miskin, biasanya 90 persen adalah umat. Untuk itu ia mengharapkan agar tidak hanya memakmurkan masjid, tapi juga bagaimana masjik dapat memakmurkam umat, akrena masjid itu milik umat. “Bagaimana tingkatkan ekonomi,” ucap Wapres.

Wapres pun memuji upaya para santri yang menanam pohon jagung di pesantren, karena para santri dapat belajar bagaimana merawat pohon jagung agar dapat tumbuh. “Bagaimana meningkatkan konsumsi jagung. Itulah yang turut memakmurkan,” ucap Wapres.

Wapres mengingatkan apabila kita ingin meningkatkan umat maka bangsa harus stabil dan damai. Negara yang damai itu demokratis tapi juga harus memberikan saling pengertian dengan menghormati hak masing-masing. “Pelajaran bagi bangsa yang besar ini, tanpa saling menghargai maka hancurlah,” ucap Wapres.

Tampak hadir pada acara pembukaan ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, Ketua Umum MUI Din Syamsuddin, dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko.

****