Batam, wapresri.go.id – Dunia akan digerakkan oleh teknologi, maka apabila kita tidak mengejar teknologi, maka kita hanya menjadi konsumen, dan sudah pasti Indonesia akan ketinggalan.

“Untuk itulah pemerintah sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan PT Sat Nusapersada, Tbk. yang tetap memproduksi teknologi, dan kedua tetap setia berlokasi di Batam, jarang perusahaan yang berhasil menetap lama di satu lokasi, biasanya pindah-pindah,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dalam sambutannya pada acara Peresmian Ekspor Perdana Produk Smarthome Router ke Amerika Serikat, Sabtu sore (2/2) di PT Sat Nusapersada, Batam.

Wapres menambahkan bahwa melalui ekspor, PT Sat Nusapersada juga menambah pemenuhan kebutuhan devisa Indonesia.

“Sebagai suatu negara, karena hampir semua ekspor maka apa yang telah dilaksanakan PT Sat Nusapersada merupakan bagiannya. Indonesia juga butuh lapangan kerja dan lapangan kerja di manufaktur perlu dimajukan karena dengan Upah Minimum Regional (UMR) katakanlah rata-rata Rp 3 juta, itu artinya 3 kali lipat dibandingkan pengasilan petani. Untuk maju di Indonesia harus kombinasi antara pertanian dan manufaktur,” jelas Wapres.

Kota Batam didatangi para pekerja dari seluruh Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, hingga Kalimantan. Mereka merupakan bagian dari Indonesia yang berperan meningkatkan struktur pendapatan masyarakat.

Berbicara masalah pajak, Wapres mengingatkan bahwa dahulu Batam sangat penting karena merupakan kawasan Free Trade Zone (FTZ), namun sekarang FTZ sudah tidak penting lagi karena hampir semua kawasan di Indonesia sudah melakukan perdagangan bebas.

“Kita membuat perjanjian dengan negara ASEAN lainnya, AFTA itu sudah FTZ. Juga sedang kita percepat perjanjian perdagangan dengan Cina, Jepang, Australia, Eropa agar perdagangan semakin lancar,” terang Wapres.

Tetapi lanjutnya, memang ada keistimewaan di Batam, namun Batam 20 tahun lalu dengan Batam saat ini sangat berbeda. Bea masuk sekarang sama-sama 0 (nol) hingga dibutuhkan persaingan yang riil.

“Kalau dulu persaingannya luar biasa karena disparitas bea masuk bisa berbeda sangat jauh, kini dengan Jakarta bisa sama. Karena itulah kenapa saat ini dibutuhkan persaingan yang riil yaitu produksi lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat. Batam didesain untuk itu,” kata Wapres.

Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan sektor manufaktur, pemerintah akan mengharmonisasikan sistem di Batam agar lebih efisien dengan tidak ada lagi dualisme pengaturan daerah.

“Kalau tidak efisien maka akan kalah dari Tangerang dan Karawang karena mereka punya fasilitas yang sama,” tegas Wapres.

Wapres juga sempat berterima kasih kepada Gubernur Kepulauan Riau yang berencana menghubungkan Batam dengan Bintan dan meningkatkan pembinaan di Batam. Namun, prioritas pemerintah adalah mengharmonisasikan dualisme sistem pengelolaan Batam.

Era Revolusi Industri 4.0

Wapres juga mengingatkan tentang era revolusi industri 4.0 yang membutuhkan industri manufaktur teknologi lebih banyak lagi, dan tentunya akan membutuhkan suatu industri yang besar dan penuh teknologi.

Untuk itu, Wapres menegaskan bahwa demi kemajuan bersama, maka yang harus ditingkatkan adalah pendapatan dan daya beli masyarakat, dan semua itu membutuhkan teknologi yang tidak bisa dimulai dari 0.

“Pemerintah mempunyai 2 tugas utama menyiapkan infrastruktur dan menyiapkan tenaga kerja yang punya skill untuk menghadapi perubahan yang nyata di masyarakat,” imbuhnya.

Untuk itu, pemerintah akan mendorong skill yang saat ini tumbuh 5-6% akan didorong hingga 7%. Saat ini hanya manufaktur yang mampu meningkatkan pertumbuhan mencapai 7%. Karena komoditi sangat bergantung kepada ekonomi dunia kondisi pasar dunia, maka gejolak elektronik manufaktur tidak bergejolak terlalu tinggi.

Wapres juga menjelaskan, Pemerintah berupaya untuk bersaing dengan Singapura, negara yang letaknya berdekatan dengan Batam. Untuk itu pemerintah berharap pemerintah daerah dapat memperbaiki dan menata Kota Batam.

“Kita tidak bisa menghindari bahwa industri makin banyak maka makin banyak orang datang bekerja. Maka kita harus tahu bagaimana mencari keuntungan antara pemerintah dengan pengusaha. Karena itu lah maka sekali lagi saya ingin menyampaikan hanya ada 3 yang dapat memajukan sebuah kawasan yaitu kebijakan pemerintah, keaktifan entrepreneur, dan kemajuan teknologi yang dibuktikan oleh institusi pendidikan,” tuturnya.

Perang Dagang AS dan China

Selain itu, Wapres mengintruksikan agar Indonesia mengambil kesempatan dalam gejolak perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

“Karena barang-barang dari China tentu akan lebih mahal ke Amerika Serikat, maka Amerika Serikat akan mengalihkan ke negara-negara lebih murah seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Kita juga bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya yaitu dengan memperbaiki skill, memperbaiki infrastruktur, dan menguasai teknologi tentunya,” tandasnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Perseroan Abidin, menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah karena telah mendukung manufaktur dalam negeri dengan menerapkan kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) khusus produk smartphone.

“Ke depan kami harap tidak hanya pada produk smartphone yang menerapkan TKDN, namun juga dapat diterapkan pada produk-produk seperti Laptop, TV, Kulkas, AC dan produk elektronik lainnya. Hal tersebut tentu akan dapat menghidupkan produsen dalam negeri, mengurangi angka impor, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan pendapatan negara,” papar Abidin.

Abidin juga menyinggung maraknya penjualan smartphone black market di Indonesia yang sudah tentu sangat merugikan produsen, masyarakat dan pemerintah. Ia juga mendorong agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menghentikan peredaran smartphone black market di Indonesia.

“Masih marak penjualan smartphone black market, dengan 60% penjualan black market, sisanya 40% membayar pajak,” papar Abidin.

Selain itu, Abidin juga mengeluhkan mahalnya biaya pengiriman container yang juga menjadi kendala yang dihadapi dunia usaha di Batam, di mana pengiriman container 20 feet dari Batam ke Singapore bisa lebih mahal 88% dibandingkan pengiriman dari Jakarta ke Singapore.

Sedangkan, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut bahwa revolusi industri 4.0 sudah menjadi bagian diplomasi global, bahkan ASEAN yang dipimpin Thailand akan melaunching revolusi industri 4.0. Bagi Kementerian Perindustrian, revolusi industri 4.0 salah satunya adalah poryek-proyek percontohan dan PT Sat Nusapersada adalah salah satu proyek percontohan yang telah menggunakan teknologi industri 4.0.

“Proyek percontohan ini yang sudah menggunakan artificial intelligent, sudah pakai digital twins, dan akan menjadi bagian lighthouse negara-negara ASEAN lainnya,” ujarnya.

Maka dalam program Making Indonesia 4.0, manufaktur elektronik ini menjadi bagian yang utama, terutama untuk mendorong ekspor.

“Saat ini elektronik masih defisit impor, karena untuk peralatan komunikasi termasuk switch biasa diimpor. Namun smartphone sudah dapat dibuat di Indonesia,” tuturnya.

Untuk itu, harus didorong agar investasinya ditingkatkan, dengan target tahun pertama 60 juta US$, dan akan ditingkatkan dua kali lipat di tahun berikutnya.

PT Sat Nusapersada, Tbk. adalah produsen produk elektronik berteknologi tinggi di Indonesia yang berlokasi di Batam, dan peresmian pengiriman perdana produk Smarthome Router ke Amerika Serikat hari ini adalah merupakan realisasi dari hasil kerja sama PT Sat Nusapersada, Tbk. dengan Pegatron Corporation Taiwan.

Smarthome Router yang diproduksi oleh Perseroan merupakan Router dengan teknologi Fast Router Wireless Wave 2 yang kecepatan transfer datanya mencapai 100 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan wireless pada umumnya (wireless Type-G). Wireless Router tersebut dapat mendukung terwujudnya koneksi smarthome yang membutuhkan bandwidth data yang tinggi. Perseroan berharap agar semakin banyak produk-produk berteknologi tinggi yang dapat diproduksi di Indonesia, sehingga mampu mendorong Indonesia untuk memasuki industri 4.0 dan terwujudnya konsep Smart City di Indonesia.

Di samping produk smarthome, Perseroan yang merupakan perusahaan manufaktur smartphone terbesar di Indonesia, telah memproduksi berbagai merek smartphone ternama di dunia seperti Asus, Xiaomi, Huawei, Honor, dan Nokia yang dipasarkan di Indonesia. Sebagian dari smartphone yang diproduksi oleh Perseroan juga diekspor ke India, Jerman, dan Perancis.

Dalam acara tersebut, Wapres Jusuf Kalla yang didampingi oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun, dan beberapa jajaran pejabat Sekretariat Wakil Presiden, seperti Kepala Sekretariat Wakil Presiden Muhamad Oemar, Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud, dan Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi, menyempatkan untuk melihat proses produksi di PT Sat Nusapersada Tbk. tersebut.

Dan sebelum kembali ke Jakarta, Wapres berkesempatan melanjutkan peninjauan ke Pelabuhan Batu Ampar, Batam untuk menyaksikan langsung infrastruktur dan teknologi yang telah digunakan di pelabuhan tersebut. (GSH/ RN KIP-Setwapres)