Jakarta. Keberhasilan mengikuti Ujian Nasional (UN) bukan terletak pada fasilitas belajar melainkan pada kultur dan semangat belajar siswa. Meningkatkan hasil belajar dapat dicapai dengan memperbanyak latihan, bukan dengan menurunkan standar UN. “Banyaknya anak-anak sekolah yang bermain di mal, menjadi anggota geng motor menunjukkan semangat belajar yang berkurang,” kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI ) Sulistyo di Kantor Wakil Presiden, Kamis 19 Maret 2015.

Untuk meningkatkan semangat belajar pada siswa, kata Wapres, Pemerintah akan mengevaluasi lagi penempatan guru setiap tahunnya agar sesuai dengan kebutuhan.

Dalam pertemuan itu, Sulistyo yang hadir bersama beberapa pengurus pusat PB PGRI, melaporkan bahwa PGRI semakin solid sebagai mitra stategis pemerintah dalam memberikan dukungan kebijakan-kebijakan dalam hal pendidikan dengan memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Sulistyo mengatakan bahwa PGRI dan guru-guru mendukung kebijakan Pemerintah dengan melaksanakan sebaik-baiknya pergantian kurikulum 2013 ke kurikulum 2006 yang terjadi di tengah tahun ajaran. Data di PGRI menunjukkan Indonesia kekurangan sekitar 400.000 orang guru Sekolah Dasar (SD). “Hal ini disebabkan pengangkatan guru Inpres yang dilakukan pada tahun 1973 saat ini sudah pensiun” ucap Sulistyo.

Adapun guru SD, kata Sulistyo, yang jumlahnya masih kurang adalah guru kelas, guru agama dan guru olah raga.Kekurangan guru saat ini diisi oleh tenaga guru honorer. “Pemerintah perlu meningkatkan profesionalitas guru dengan melakukan pelatihan-pelatihan,” kata Sulistyo.

Wapres menggarisbawahi pentingnya pendidikan. Sebuah bangsa, lanjut Wapres, ditentukan oleh pendidikan. “Karena dari pendidikan akan lahir teknologi yang dapat merubah bangsa” kata Wapres.

Dalam pandangan Wapres, guru, fasilitas sekolah dan sistem kurikulum merupakan elemen dasar pendidikan yang sangat penting dan akan tetap menjadi perhatian pemerintah. Saat ini, diperlukan kurikulum yang menghasilkan generasi yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia 10 tahun ke depan yaitu sistem pendidikan yang menghasilkan generasi yang cerdas, dinamis, inovatif, dan kreatif. “Perubahan sistem pendidikan dari yang hanya mendengar menjadi generasi yang memahami dan berdiskusi,” ujar Wapres.

Pengurus PB PGRI yang hadir dalam pertemuan itu antara lain Ketua Pengurus Besar PGRI Usman Tonda, Sekretaris Jendral PB PGRI Qudrat Nugraha, Wakil Sekjen PB PGRI Dian Mahsunah, Wakil Bendahara PB PGRI Fathiaty Murtadho. Hadir pula mendampingi Wakil Presiden RI, Sekretaris Wakil Presiden Mohamad Oemar dan Staf Khusus Wapres Syahrul Ujud. (Iwan Heru Darmawan)