Kabul, wapresri.go.id – Selain membangun rasa saling percaya dan komitmen bersama berdasarkan prinsip saling menghormati dan memahami, inklusivitas menjadi elemen penting dalam upaya peace building (bina damai) di Afganistan. Dengan kultur dialog yang terus dibangun, setiap suara warga Afganistan harus didengar dan menjadi bagian solusi.
“Inklusivitas menyuntikkan rasa memiliki dan tanggung jawab bersama akan perdamaian dan upaya bina damai,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Konferensi Proses Kabul Kedua untuk Kerja Sama Perdamaian dan Keamanan di Kabul, Afganistan, Rabu (28/2) waktu setempat.
Wapres berkunjung ke negeri para mullah itu sebagai respon atas permintaan pemerintah Afganistan agar Indonesia berkontribusi pada upaya bina damai di negara tersebut. Kunjungan ini juga menindaklanjuti kunjungan Presiden Jokowi bulan lalu dan Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi pada November 2017 ke Kabul.
Peran Penting Ulama
Pada forum yang dihadiri oleh Presiden Republik Islam Afghanistan Ashraf Ghani, Ketua Majelis Tinggi Perdamaian Afganistan (HPC) Mohammad Karim Khalili, dan Menteri Luar Negeri Afganistan Salahuddin Rabbani itu Wapres menggarisbawahi peran penting ulama dalam membina perdamaian dan rekonsiliasi.
Ulama, kata Wapres, memiliki peran strategis dalam mendukung nilai-nilai dan prinsip toleransi serta Islam sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta) yang diperlukan untuk mengakhiri konflik lebih dari 40 tahun tersebut. Untuk itu, lanjutnya, Indonesia merespon positif permintaan Afganistan untuk menjadi tuan rumah Konferensi Ulama Internasional.
“Indonesia meyakini bahwa Konferensi Ulama ini akan berkontribusi dalam mengakhiri konflik yang sangat merusak ini. Sebelumnya, Indonesia juga akan menyelenggarakan Dialog Trilateral antara ulama Afganistan, Indonesia, dan Pakistan pada Maret 2018 di Jakarta,” terangnya.
Menurut Wapres, konflik di Afganistan sangat kompleks. Untuk itu, tambahnya, negara-negara tetangga dan masyarakat internasional harus turut mendukung proses bina damai di negara itu.
Komitmen Indonesia pada Proses Perdamaian
Pada kesempatan itu, Wapres yang dikenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam suksesnya perundingan damai antara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu kembali menegaskan komitmen Indonesia pada proses perdamaian di Afganistan.
“Saya hadir di konferensi ini untuk menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk berkontribusi pada proses perdamaian dan bina damai di Afganistan,” tegasnya.
Komitmen ini, tambahnya, merupakan mandat Undang-Undang Dasar 1945 untuk turut berperan serta dalam upaya penciptaan perdamaian dan stabilitas dunia.
Selain itu, Wapres menekankan pentingnya pembangunan ekonomi. Selain menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat, ekonomi yang baik juga akan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perdamaian dalam jangka panjang.
“Oleh karena itu, sebagai bagian dari komitmen pada proses bina damai, Indonesia juga berjanji untuk meneruskan pemberdayaan di Afganistan melalui program-program peningkatan kapasitas, terutama di bidang ekonomi,” ujarnya.
Mengakhiri sambutannya, Wapres meyakini, dengan upaya bersama, proses perdamaian dan penciptaan stabilitas di negara tersebut yang diinisiasi dan sangat khas Afganistan akan segera membuahkan hasil. (RN/FM, KIP Setwapres)