21st Conference On The Future Of Asia Asia Beyond 2015 bertemakan The Quest For Lasting Peace And Prosperit
Tokyo. Saat ini dunia mengalami perubahan yang sangat cepat. Perubahan itu sangat terasa tengah terjadi. Kiat-kiat untuk sukses di masa lalu misalnya, sudah tidak dapat digunakan lagi saat ini. Bahkan terobosan yang dilakukan saat ini mungkin tidak akan relevan lagi pada saat mendatang. “Berpikir ke depan dan melakukan inovasi adalah kunci dari keberhasilan, tidak hanya untuk menjaga stabilitas politik tetapi juga untuk kemajuan ekonomi suatu bangsa,” ujar Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika berbicara pada 21st Conference On The Future Of Asia Asia Beyond 2015, yang bertemakan The Quest For Lasting Peace And Prosperity di Hotel Imperial Tokyo, Kamis 22 Mei 2015.
Wapres memulai sambutan dengan mengatakan abad ke-21 adalah situasi dimana terjadi perubahan yang sangat penting di dunia, yakni adanya pergeseran pusat ekonomi dan geopolitik dari negara-negara barat ke negara-negara di kawasan Asia, sehingga menjadikan Asia lebih strategis di kancah global. “Namun sebenarnya, masa depan Asia sangat ditentukan oleh kemampuan dalam mengelola perubahan tersebut,” kata Wapres.
Asia merupakan wilayah yang sangat beragam. Wapres mengatakan beberapa fakta mengenai keragaman Asia, diantaranya adalah setengah dari populasi dunia berada di Asia, mulai dari Brunei yang kekurangan penduduk, hingga Tiongkok dan India yang memiliki 1,4 miliar penduduk dan 1,3 miliar penduduk. Asia juga memiliki tiga negara kepulauan terbesar di dunia, yakni Indonesia, Filipina dan Jepang.
Di Asia pula terdapat kota seperti Singapura dan negara-negara yang merupakan daratan luas, seperti Tiongkok dan India. Asia juga memiliki keragaman dalam PDB per kapita, dari negara yang memiliki nilai per kapita di atas USD 50.000 dan negara-negara berkembang dengan PDB per kapita kurang dari USD 1.000.
Di Asia terdapat berbagai macam agama. Semua agama besar ada di wilayah ini, termasuk Kristen, Islam, Hindu dan Budha. Keragaman pun ada dalam berbagai bentuk sistem politik mulai dari demokrasi ke otokrasi. Sebenarnya saya dapat membuat daftar yang lebih panjang karena begitu beragamnya Asia. “Sebagai orang yang berasal dari negara yang penuh dengan keragaman, saya mengerti bahwa keragaman merupakan peluang besar asalkan kita dapat memiliki tujuan bersama dan mengembangkan budaya kerja sama,” kata Wapres.
Semua bangsa di dunia memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu mewujudkan kesejahteraan, kedamaian dan stabilitas. Meskipun memiliki tujuan yang sama, terkadang ada gesekan antar negara yang terjadi karena adanya perbedaan cara dalam mencapai tujuan. “Tidak banyak negara yang dapat menciptakan kedamaian, yang merupakan syarat yang penting untuk mewujudkan kemakmuran,” ucap Wapres.
Asia Timur bukanlah wilayah yang bebas dari konflik. Ketegangan politik terjadi di sana sini. Namun, adanya budaya kerjasama telah menghindarkan dari gesekan yang dapat menyebabkan ketidakstabilan, sehingga kami dapat merasakan perdamaian dan stabilitas di Asia Timur dalam lima dekade terakhir ini. “Kami melihat Asia Timur mucul sebagai wilayah yang paling dinamis di bidang ekonomi politik, meski terjadi krisis ekonomi sejak tahun 90-an,” ucap Wapres.
Bahkan Asia Timur saat ini dalam tahap terbaik dalam pembangunan, dibandingkan dengan beberapa negara lain. “Asia Timur mampu menanamkan budaya kerjasama yang lebih baik,” ujar Wapres.
Wapres mengajukan pertanyaan yang penting adalah apakah dalam suasana global yang dinamis seperti saat ini, mampukah Asia Timur mempertahankan kondisi seperti ini dalam jangka panjang?
Dalam lima dekade terakhir, Indonesia, Malaysia dan Singapura berhasil menjaga stabilitas keamanan di Selat Malaka. “Ternyata komitmen untuk menjaga keamanan Selat Malaka yang memiliki lebar 50 km dan panjang 800 km merupakan salah satu keputusan terbaik yang pernah dibuat,” ujar Wapres.
Saat ini, selat tersebut menjadi salah satu selat tersibuk di dunia di mana hampir 100.000 kapal melewati selat ini setiap tahun dengan membawa sebanyak seperempat dari barang yang diperdagangkan di dunia. Inilah nadi dari perekonomian kawasan ini. Selat ini tidak hanya penting bagi ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, tetapi juga negara-negara di sekitarnya seperti Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan.
Di bidang geopolitik, permasalahan di Laut Cina Selatan adalah salah satu pekerjaan rumah di Asia Timur yang harus diselesaikan. Sebenarnya, sudah banyak ahli dan forum-forum yang membahas masalah ini. Namun, saya ingin menggarisbawahi bahwa stabilitas dan keamanan di Laut Cina Selatan ini sangat penting karena wilayah ini dilalui separuh dari transportasi kelautan secara global. Solusi damai sangatlah penting.
Wapres berharap pada dekade sekarang ini, para pemimpin dari negara yang terlibat dalam sengketa Laut Cina Selatan dapat membuat keputusan agar perdamaian terwujujd di kawasan itu. “Seperti yang terjadi di Selat Malaka,” kata Wapres.
Di bidang ekonomi, Wapres mengatakan bahwa Asia Timur menghadapi tiga tantangan besar, yakni perlambatan ekonomi global, ketimpangan pendapatan, dan volatilitas ekonomi. Sebagian besar dari masalah itu tidak dapat diselesaikan sendiri-sendiri oleh setiap negara, tetapi memerlukan kerjasama antar negara.
Mengenai perlambatan ekonomi, Asia Timur kini sudah tidak dapat mengandalkan ekspor ke Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk menggenjot pertumbuhan. Dua kekuatan ekonomi global itu tidak sedang dalam kondisi ekonomi yang baik, sehingga kemandirian negara-negara Asia untuk mengatasi perlambatan ekonomi tengah diuji.
Wapres menjelaskan bahwa negara-negara di Asia Timur harus dapat bekerja secara efisien dan dapat mengatur perdagangan dengan baik. Sudah saatnya, praktek-praktek dumping, penyelundupan, pencucian uang dan yang lainnya, harus dihindari untuk mengembalikan kepercayaan dan meningkatkan perdagangan lebih baik lagi.
Untuk mengatasi ketimpangan pendapatan, Asia Timur perlu menggunakan pendekatan pembangunan yang inklusif agar tercapai keseimbangan antara pertumbuhan dan modal. Pertumbuhan tanpa modal tidak memiliki arti, karena akan sulit untuk mencapai tujuan akhir pembangunan, yaitu kemakmuran bagi masyarakat. “Memberdayakan masyarakat miskin sangat penting,” pesan Wapres.
Dalam beberapa dekade terakhir ini, seiring dengan pertumbuhan PDB yang tinggi, Indeks Gini di Asia telah meningkat secara signifikan. Situasi ini dapat memicu terjadinya kerusuhan sosial dan politik karena adanya ketimpangan pendapatan yang semakin besar. “Peristiwa Arab Spring adalah contoh yang jelas bagi kita semua,” ucap Wapres.
Untuk mengatasi volatilitas ekonomi, Asia Timur perlu menggunakan sumber dana jangka panjang yang lebih baik untuk membiayai investasi dan menghindari adanya perbedaan antara suplai dan permintaan modal. Dalam hal ini, lembaga-lembaga seperti Bank Dunia dan ADB telah memainkan peran yang penting, tapi masih jauh jauh dari memadai.
Rencana untuk mendirikan bank pembangunan multilateral, yaitu Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB), merupakan terobosan yang harus didukung. “Secara bersamaan, kita perlu meningkatkan kerjasama keuangan bilateral antara negara,” kata Wapres.
Selama ini, lanjut Wapres, ASEAN telah melaksanakan peran yang penting dalam membangun keamanan regional. Setelah berakhirnya perang dingin, ASEAN secara aktif terlibat dalam pembangunan arsitektur keamanan regional. Ini menempatkan ASEAN sebagai pusat pengaturan keamanan yang menghubungkan Asia Tenggara dan Asia Timur Laut.
Wapres menggarisbawahi bahwa tahun ini merupakan tahun yang bersejarah karena akan diluncurkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN dan ulang tahun KTT Asia Timur ke-10. “Indonesia selalu mendukung kerjasama regional dan kepemimpinan ASEAN,” ucap Wapres.
Banyak negara tertarik bekerjasama dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Jepang misalnya, telah menjadi mitra dalam mempromosikan perdamaian dan menciptakan kerja sama ekonomi regional. “Indonesia sangat menghargai kontribusi Jepang,” kata Wapres.
Indonesia dan Jepang adalah anggota KTT Asia Timur, sebuah forum yang penting untuk bekerjasama dalam membangun perdamaian dan kesejahteraan di abad ke-21. KTT ini memiliki peran penting dalam memajukan integrasi regional dan kerjasama di berbagai bidang termasuk keuangan, energi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan konektivitas.
Indonesia adalah negara yang mencakup 40% dari ASEAN, baik dalam luas wilayah dan ekonomi, sehingga secara alami memiliki pengaruh kuat dalam membentuk struktur ekonomi dan politik regional. Untuk Indonesia, pembangunan memiliki dua tujuan: untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dan menyebarkan dampak positif ke wilayah tersebut.
Indonesia akan menjadi negara dengan pendapatan per kapita pada tingkat menengah. Indonesia perlu mengubah strategi pembangunan agar dapat mempertahankan kemajuan ekonomi. “Kami tidak akan pernah menjadi bangsa berpenghasilan tinggi dengan hanya menanam kelapa sawit, menambang batubara atau menggenjot gas secara lebih alami,” ujar Wapres.
Indonesia juga fokus mendorong jumlah penanaman modal asing (FDI). Juga terus menjaga demokrasi sebagai pilar pembangunan. Di sisi lain, kita juga terus fokus pada kegiatan kemanusiaan. Indonesia terus berbenah dan memainkanperan penting untuk membangun kolaborasi dan kerjasama dengn negara-negara lain untuk Asia yg lebih stabil dan makmur.
Mengenai perlindungan Rohingya, misalnya, kami ingin mengulurkan tangan untuk menyediakan pemukiman sementara, jika ada dukungan dari masyarakat internasional terutama dari teman-teman tetangga kita.
****