Ulan Bator, Mongolia-wapresri.go.id. Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla didampingi Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir menghadiri Sesi Retreat pada hari kedua KTT ASEM ke-11 di Ulan Bator, Mongolia, Sabtu (16/7/2016). Sesi tersebut bertema Meningkatkan Tiga Pilar ASEM, yakni politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Pertemuan diadakan di Ger ASEM Village, sebuah tenda tradisional Mongolia, yang dihadiri pula oleh para pemimpin negara ASEM.
Sesi Retreat KTT ASEM membahas isu-isu antara lain mengenai Brexit, migrasi, terorisme serta isu-isu keamanan dan perdamaian di kawasan. Isu terorisme mendominasi pembahasan dalam sesi Retreat tersebut.
Para pemimpin ASEM kembali menyampaikan keprihatinan dan mengutuk keras sejumlah serangan teroris yang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Eropa, sebagaimana yang baru saja terjadi di Nice, Perancis, 15 Juli 2016. Dalam hal ini disepakati untuk lebih meningkatkan kerja sama internasional untuk menanggulangi terorisme dan penyelesaian hukum terhadap pelaku terorisme sesuai dengan piagam PBB dan hukum internasional.
“Kita jangan hanya melihat kapan dan dimana suatu tindakan terorisme terjadi. Kita juga harus melihat lebih dalam akar permasalahan (root causes) penyebab aksi teror tersebut,” demikian disampaikan Wapres pada awal sambutannya. Pernyataan Wapres ini didukung oleh beberapa pemimpin negara-negara ASEM.
Wapres juga menyampaikan bahwa aksi terorisme saat ini telah meluas dari negara gagal (failed-state) ke negara-negara yang stabil. Karena itu, diperlukan kerja sama rekonstruksi pembangunan politik, ekonomi, dan sosial untuk menanggulangi akar permasalahan terorisme di negara-negara gagal tersebut.
Wapres menekankan bahwa aksi unilateralisme terhadap negara-negara gagal justru memperkuat timbulnya reaksi negatif yang lebih luas. Terorisme dijadikan sebagai ekspresi luapan kemarahan rakyat dari negara-negara yang diserang. Wapres juga menekankan bahwa tindakan unilateral dapat dinilai sebagai bentuk dari state-radicalism.
Para Pemimpin ASEM menyampaikan harapan agar Brexit tidak berdampak negatif terhadap upaya pengembangan konektivitas Asia dan Eropa. Inggris dan Uni Eropa meyakinkan para pemimpin ASEM lainnya bahwa situasi Brexit tidak akan berpengaruh terhadap hubungan Asia dan Eropa. Uni Eropa juga mengharapkan bahwa proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa dapat diselesaikan dengan cepat. Para Pemimpin ASEM juga menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk menyelesaikan permasalahan imigran ireguler. Selain itu telah dibahas pula mengenai isu-isu di kawasan dan global. (KIP, Setwapres)