Jakarta-wapresri.go.id Tidak ada negara yang dapat maju sendiri, karena perlu dukungan negara lain. Sehingga bila satu negara turun perekonomiannya, maka negara sekitarnya pun ikut turun. Untuk itu, sebagai pemimpin dituntut untuk memahami situasi dan kondisi yang terjadi di dunia saat ini, sehingga dapat menjaga situasi dalam negeri tetap stabil.

“Kita bersyukur tidak memiliki masalah politik dan masalah konflik, tapi ekonomi harus kita jaga betul-betul sehingga tidak jatuh, tidak timbul konflik sosial. Itulah lembaga ketahanan nasional. Jadi anda tidak berpikir pertahanan tapi ketahanan, ini dua hal berbeda,” demikian pesan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LIV dan Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LV Tahun 2016 Lemhannas RI di Istana Wakil Presiden, Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (30/8/2016).

Wapres menjelaskan, ketahanan ialah aspek-aspek bagaimana negara menjaga dan menjunjung, karena negara bisa jatuh dalam dua hal, yaitu terkait kebijakan dan masalah hukum yaitu masalah korupsi. Apabila suatu negara tidak memiliki ketahanan maka akan mudah mengalami kejatuhan. Salah kebijakan maupun korupsi umumnya selalu berdekatan, sehingga bila terjadi keduanya maka banyak negara yang jatuh.

Lebih jauh Wapres memberikan contoh bagaimana ekonomi suatu negara mengalami masalah karena salah dalam mengambil kebijakan. Amerika saat ini sedang mengalami masalah ekonomi karena banyak dana yang dikeluarkan untuk perang, sementara Tiongkok juga mengalami masalah karena terlalu banyak investasi, sehingga saat ekonomi turun keadaan menjadi sulit. Negara-negara di Eropa juga melakukan pengeluaran sosial yang banyak, sehingga saat ini Yunani, Spanyol, dan Italia menjadi korban.

Untuk itu, Wapres mengatakan, seorang pengambil kebijakan memiliki tanggungjawab yang lebih luas sehingga perlu mengetahui background, akibat, efek ke tempat lain, efek ke negara lain, alasan pembuatan kebijakan tersebut dan efeknya apabila terjadi kesalahan.

“Kalau pemimpin teknis pertanyaannya sederhana saja apa? Di mana? Tapi kalau sudah tingkat pengambil kebijakan maka pertanyaannya lebih panjang, apa? Di mana? Kenapa? Bagaimana? Berapa? Semua ini tentu bahagian dari upaya yang perlu kita pahami dalam rangka persiapan-persiapan membentuk kader kepemimpinan,” jelas Wapres.

Belajar dari pengalaman negara lain, Wapres mengajak para peserta yang hadir untuk bersyukur karena Indonesia memiliki kekuatan yang harus terus dijaga.

“Nah dari situ kita kembali ke negeri kita, Indonesia. Kita bersyukur kita negara yang plural dan demokratis sehingga sangat moderat. Karena itulah apa kekuatan kita? Kekuatan kita adalah perbedaan kita,” tegas Wapres.

Wapres menekankan, bahwa lambang tertinggi negara Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Hal inilah yang perlu dipahami, sehingga perbedaan itu harus dijaga, dan sampai sekarang bangsa Indonesia telah berhasil menjaganya.

Dalam hal menjaga ketahanan, Wapres juga mengimbau untuk selalu menjaga potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.

“Bicara tentang energi, kita bersyukur semua jenis energi ada di Indonesia. Fossil ada, ada minyak, ada batubara, matahari ada karena kita berada di daerah khatulistiwa, air ada karena kita banyak sungai, biothermal ada karena kita banyak gunung, angin tentu ada karena kita banyak pulau berarti banyak angin,” jelas Wapres.

Namun, Wapres menyayangkan, meskipun energi berlimpah, tapi hasil yang di dapat belum optimal. Hal ini tak lepas dari kesalahan masa lalu. Kesalahan terbesar yang terjadi di masa lalu adalah menganggap energi sebagai barang sosial sehingga subsidi besar diberikan cukup lama.

“Upaya perbaikan telah dilakukan terutama saat saya menjabat Wapres. Dulu telah dilakukan upaya kenaikan berkali-kali dan tetap dilakukan sampai sekarang, karena apabila tidak dilakukan maka negara kita akan hancur,” ungkap Wapres.

“Sekali lagi energi harus dijaga, jangan hanya menggantungkan pada satu bidang. Oleh karena itu, negara kita yang diberkahi Tuhan dengan segala energi yang berlimpah ini harus membuat kebijakan yang baik,” lanjutnya.

Potensi alam di Indonesia juga perlu dijaga untuk kepentingan pariwisata. Wapres menyatakan, bahwa pariwisata merupakan usaha paling murah karena dijual sudah diberikan oleh Tuhan.

“Pantai, gunung, matahari, air, semua tidak ada yang buat. Kita tinggal memelihara untuk kemudian dijual,” imbau Wapres.

Di samping itu, lanjutnya, untuk meningkatkan potensi wisata di Indonesia, harus jeli melihat apa yang menjadi daya tarik wisatawan.

“Mengapa orang bisa berkali-kali ke Bali? Karena di Bali relax, ditambah dengan hospitality. Ini yang perlu ditekankan bahwa ada keindahan dan makanan yang enak”, ujar Wapres.

Wapres mengungkapkan, masyarakat sering keliru menjual sesuatu sesuai dengan perasaan mereka, padahal yang membeli orang lain, maka harus sesuai perasaan orang tersebut, karena berbeda kebiasaanya.

“Dalam menjual harus sesuai perasaan dia jangan perasaan kita, itulah kebijakan yang baik,” pungkas Wapres.

Sebelumnya Gubernur Lemhannas Agus Widjojo melaporkan bahwa Program Pendidikan Reguler akan berlangsung selama 7 bulan dengan jumlah peserta pada Angkatan LIV sebanyak 108 dan Angkatan LV sebanyak 105 orang yang terdiri dari dari TNI, POLRI, Kementerian/LPNK, Pemda Propinsi, Ormas, MA, Kadin Pusat, Kopertis, Kejaksaan Agung, MK, Sekjen MPR RI, Parpol, BPJS dan Negara sahabat yang berasal dari Thailand, Madagaskar, Yordania, Zimbabwe, Kamboja, Srilanka, Fiji, Malaysia, Republik Mali, Papua Nugini, Timor Leste, dan Brunei Darussalam.

“Tema Program Pendidikan Reguler Angkatan LIV Tahun 2016 adalah Pengembangan Pariwisata Dalam Pembangunan Ekonomi, dan tema untuk Angkatan LV adalah Energi Nasional dalam Pencapaian Daya Saing Kompetitif Perekonomian,” jelas Agus.

Hadir mendampingi Wapres, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Muhamad Oemar, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Dewi Fortuna Anwar, serta Staf Khusus Wapres Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Otonomi Daerah Syahrul Udjud. (KIP, Setwapres)