Jenewa, wapresri.go.id—Saat bertemu dengan Sekjen International Federation of Red Cross and Red Crescent (IFRC) Elhadj As Sy pada Kamis 16 Mei 2019 di Kantor IFRC Chemin des Créts 17, 1209 Petit Sacomex, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyakini bahwa kolaborasi dan koordinasi antara IFRC dan Indonesia, khususnya Palang Merah Indonesia (PMI) telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam membantu banyak korban yang terkena dampak bencana.

“Saya sangat senang mengetahui bahwa koordinasi antara PMI dan IFRC telah tumbuh lebih kuat selama beberapa tahun ini,” ujarnya.

Wapres menyambut baik kerjasama yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan.

“Saya sangat menghargai kerjasama dengan IFRC, yang menghasilkan MoU baru-baru ini antara Indonesia dan IFRC tahun ini,” ungkap Wapres kepada pria Senegal yang mulai menjabat Sekjen IFRC sejak 1 Agustus 2014.

Lebih jauh Wapres menceritakan bahwa Indonesia telah menerbitkan UU Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan yang memberikan kerangka peraturan yang solid tentang status dan kegiatan yang diamanatkan kepada Palang Merah Indonesia secara terstruktur dan koheren dalam badan pemerintahan nasional.

Dalam pertemuannya, selain memaparkan peran Indonesia pada The 33rd International Red Cross and Red Crescent Movement, Wapres juga menginformasikan bahwa diplomasi kemanusiaan Indonesia, termasuk melalui bantuan dan respon kemanusiaan telah diterima secara positif oleh masyarakat internasional.

“Hal ini meningkatkan harapan dari komunitas internasional pada Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam diplomasi kemanusiaan,” tuturnya.

Untuk itu, lanjutnya, Indonesia berencana untuk memperluas peran diplomasi kemanusiaan, termasuk dengan memperkuat kapasitas aktor-aktor kemanusiaan nasionalnya, seperti Palang Merah Indonesia. Karena itulah Indonesia ingin mengeksplorasi kemungkinan kolaborasi dengan IFRC dalam respon kemanusiaan internasional.

“Indonesia juga ingin mengeksplorasi kemungkinan kerjasama antara IFRC dan Palang Merah Indonesia, untuk memperkuat diplomasi kemanusiaan Indonesia,” terangnya.

Kesiapsiagaan Bencana

Selain itu, Wapres menuturkan pentingnya untuk menginvestasikan sumber daya dalam kesiapsiagaan bencana untuk mengurangi korban. Untuk itu Indonesia ingin melibatkan IFRC dalam kegiatan yang mempromosikan kesiapsiagaan bencana bagi anggota masyarakat di daerah-daerah yang dianggap berisiko tinggi terjadi bencana. Sebagai contoh, terang Wapres, Indonesia terus memperkuat kapasitas lokal seperti kasus Palu dan Lombok dapat menjadi contoh bagaimana lokalisasi peristiwa bencana dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian, Wapres berharap IFRC dapat bekerja sama dengan Indonesia untuk membangun model tentang penguatan kapasitas lokal pada saat terjadi bencana.

“Indonesia juga melihat adanya kebutuhan kerjasama untuk mengumpulkan lebih banyak pakar untuk menangani masalah kemanusiaan dan mitigasi risiko di tingkat nasional, regional, dan global,” pungkasnya.

Pertemuan berlangsung sekitar 45 menit, sedangkan Wapres tiba di kantor IFRC pada pukul 10.55 WS dan disambut langsung oleh Sekjen IFRC Elhadj As Sy.

Turut mendampingi dalam pertemuan tersebut Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK) Puan Maharani, Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, Wakil Tetap RI Jenewa Hasan Kleib, Hamid Awaluddin, Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, serta Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Bambang Widianto. (RN/KIP-Setwapres).