Jakarta-wapresri.go.id. Dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa dan pengguna internet mencapai 83,7 juta orang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-6 dari 25 negara pengguna internet terbesar di dunia. Melihat kondisi tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga mampu menciptakan teknologi yang dapat dipamerkan.

“Tentu dengan jumlah penduduk yang besar di Indonesia ini kita jangan hanya menjadi pemakai, bukan hanya pengguna tapi pemilik teknologi dan sebagainya. Memang ini selalu cita-cita yang karena pesatnya teknologi makanya kita selalu ketinggalan. Maka saya minta kita jangan hanya melihat pameran tetapi berpameran juga untuk melihat bahwa kita mempunyai bahagian yang mutlak dalam kesempatan ini,” demikian disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat membuka Indonesia ICT Summit 2016 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (31/08/2016).

Wapres menyadari untuk mencapai hal tersebut bukan perkara mudah, terlebih dengan perubahan yang semakin cepat. Namun Wapres percaya bahwa bangsa ini mampu untuk menyesuaikan perubahan.

“Saya tahu bahwa ini pekerjaan yang berat karena cepatnya perubahan. Tapi cepatnya perubahan berarti cepatnya bisnis juga berlaku,” sambung Wapres.

Menurut Wapres, ICT telah menjadi revolusi industri ke tiga sebab mengubah kehidupan, komunikasi, militer, hukum dan sebagainya.

“ICT mengubah semuanya, mengubah dari yang kecil hingga yang besar dari kehidupan ini dengan telekomunikasi,” ujar Wapres.

Untuk itu, persaingan global dan cepatnya perubahan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Information and Communication and Technologies/ICT) merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi bersama. Penggunaan aplikasi perkantoran, pendidikan, bisnis dan lain-lain akan terus berubah dengan pesat dan bersaing sesuai dengan tuntutan perubahan.

“Ada dua teknologi yang paling mengubah kehidupan kita dan paling ketergantungan dalam kehidupan kita. Pertama telekomunikasi IT, kedua listrik. Tidak ada lagi orang di dunia ini, kecuali jumlahnya mungkin terbatas di kampung-kampung, yang tidak menikmati dan menggunakan listrik dan komunikasi. Hanya ada satu bedanya, teknologi listrik satu abad tidak berubah, tapi telekomunikasi setiap satu setengah tahun berubah teknologinya. Sehingga tentu dibutuhkan investasi dan inovasi, kreatifitas terus menerus. Karena itulah maka pameran dan summit ini penting agar kita jangan ketinggalan teknologi,” imbau Wapres.

Wapres menegaskan, komunikasi penuh dengan peningkatan teknologi, penuh dengan inovasi. Siapa yang tidak ikut inovasi maka dia akan ketinggalan.

“Di dunia ini memang hukumnya adalah teknologi yang paling cepat berubah adalah telekomunikasi dan komunikasi. Kalau bidang kedokteran tiap tiga tahun dia meningkat seratus persen teknologinya. Artinya dokter yang tidak belajar dalam tiga tahun terus menerus, maka pengetahuannya tinggal setengah. Begitu pula ICT, kalau dia tidak inovasi atau tidak investasi dalam satu setengah tahun maka tinggal setengah dia punya modal. Karena teknologi itu penciptaan,” lanjut Wapres memaparkan.

Terkait dengan teknologi yang diciptakan, Wapres juga menyinggung bahwa antara hardware dan software memiliki saling ketergantungan.

“Dalam suatu pertemuan dengan pengusaha saya ditanya dulu mana yang penting, hardware atau software? Dua-duanya penting. Karena tanpa hardware, software tidak lagi laku dan tanpa software juga hardware tidak laku,” ujar Wapres.

Dengan market yang besar, potensi nilai pertumbuhan Indonesia di bidang ekonomi digital pun akan meningkat. Di sisi lain, Indonesia akan menjadi daya tarik bagi pasar domestik maupun global dalam rangka pembangunan industri digital dan mampu menjadikan Indonesia sebagai prospek pasar utama dalam bidang ICT dan ekonomi digital se-Asia Tenggara.

Wapres berharap melalui ICT Summit ini, masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan di bidang teknologi dan komunikasi serta belajar bagaimana memilih teknologi dan menjalankannya.

Sebelumnya, dalam sambutannya, Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia Rudiantara, mengapresiasi diselenggarakannya Indonesia ICT Summit 2016 di Indonesia, karena menurutnya Indonesia merupakan pasar paling besar di kawasan baik Asia maupun ASEAN dan bisnis ICT di Indonesia pun menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik yakni 7-8%.

“Bisnis ICT di Indonesia, yaitu media dan komunikasi, tumbuh dari kuartal ke kuartal secara sangat stabil di kisaran 8% di atas pertumbuhan GDP kita, atau nomor dua pertumbuhannya setelah keuangan dan perbankan,” jelas Rudiantara.

Meskipun secara teknologi, lanjut Rudiantara, telah terjadi pergeseran bentuk dari media cetak ke media elektronik, media online ke media sosial dan broadcasting menjadi media online, namun bisnis ICT, masih dipandang sebagai sektor yang sangat menggiurkan dengan nilai bisnis kurang lebih 2 miliar USD dan masih dapat terus berkembang.

“Bisnis broadcast dan internet, terutama media sosial akan terus berkembang dengan pesat, bahkan isu-isu dapat didorong oleh media sosial pada saat ini,” ungkap Rudiantara.

Kementerian Komunikasi dan Informatika, menurut Rudi, saat ini berfokus pada telekomunikasi terutama peningkatan broadband dan efiensiensi penggunaan broadband. Selain itu Kominfo juga fokus kepada pelayanan internet (termasuk di dalamnya e-government, e-commerce dan internet security), dan broadcasting dimana saat ini tengah mendorong migrasi dari analog menuju digital.

“Revisi UU Penyiaran diharapkan dapat segera diselesaikan karena pada saat ini sedang dalam proses Prolegnas dan dalam pembahasan dengan DPR, yaitu untuk mewujudkan migrasi broadcast dari analog menuju digital, ” jelas Rudiantara.

Rudiantara pun berharap dengan potensi pasar yang dimiliki oleh Indonesia, masyarakat dapat terlibat dalam pengembangan ICT bahkan di dalam negeri sendiri.

Usai melakukan sambutan dan membuka acara secara resmi, Wapres berkesempatan untuk berkeliling melihat-lihat dan berinteraksi langsung di beberapa booth pameran teknologi komunikasi.

Indonesia ICT Summit 2016 merupakan forum komunikasi dan informatika nasional yang terbesar dan pertama kali diadakan di Indonesia yang  digagas oleh Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) sebagai upaya mencapai ambisi menjadikan Indonesia sebagai negara terbesar di bidang ekonomi digital, dan diharapkan acara ini dapat menarik investor dan pengusaha lokal maupun luar negeri yang selama ini pelaksanaannya dilakukan di Singapura.

Acara yang terbagi dalam dua kelompok kegiatan, yaitu Communic Indonesia 2016 (pameran komunikasi dan teknologi informasi) dan Broadcast Indonesia 2016 (pameran multimedia digital dan teknologi entertainment internasional) mengusung 3 tema utama yaitu Broadband dan Internet obtain, e-commerce dan digital broadcasting. Menampilkan 120 pembicara yg berasal dari 6 negara dan 264 pengisi pameran yang terdiri dari 28 negara.

Turut hadir dalam pembukaan Indonesia ICT Summit 2016 ini Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel) Kristiono, Kepala Sekretariat Wakil Presiden Mohammad Oemar dan Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Ekonomi, Infrastruktur dan Kemaritiman Tirta Hidayat dan Staf Khusus Bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto. (KIP, Setwapres)