Jakarta-wapresri.go.id. Dalam mengembangkan ajaran Islam, umat muslim haruslah melihat ke depan dan mengambil manfaat dari perkembangan zaman.

“Pengalaman yang didapat dari menghadiri KTT OKI di Turki kemarin, terlihat bahwa Islam saat ini terpecah-pecah dan saling berperang satu sama lain. Kita [Indonesia] tidak ingin yang seperti itu, kita ingin Islam yang moderat, wasatiyyah dan berfikiran maju,” tegas Wakil Presiden (Wapres) ketika menerima Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, Prof. Dr. H. Haddise, M.Ag. di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Utara, Selasa (19/4/2016).

Untuk itu, Wapres menyarankan agar perguruan tinggi Islam di Indonesia dapat mengembangkan ilmunya sesuai perkembangan zaman.

“Saya selalu katakan apa perbedaan antara universitas dan museum? Museum itu melihat kebelakang, universitas itu melihat kedepan,“ ujar Wapres.

Menurut Wapres, dalam menggali ilmu, harus belajar melihat tantangan pendidikan kedepan, bukan hanya cukup puas dan bangga atas capaian yang dihasilkan oleh nenek moyang sebelumnya, yang nantinya akan mengakibatkan tumpulnya kualitas keilmuan. Karena hanya pendidikanlah yang bisa membawa bangsa kedepan.

“Kita jangan claim kehebatan nenek moyang kita, tapi bangun kehebatan sendiri supaya maju ke depan,” pesan Wapres.

Pesan Wapres tersebut disampaikan setelah Haddise mengutarakan rencana pengembangan status/alih STAIN Watampone, dari Sekolah Tinggi menjadi Institut.

Menurut Haddise, cikal bakal STAIN Watampone telah ada sejak 37 tahun lalu dengan nama Universitas Islam Raya, kemudian meningkat menjadi Fakultas Syariah Cabang Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung Pandang dari tahun 1966 sampai tahun 1982. Selanjutnya sejak tahun 1982 sampai dengan 1987 menjadi Fakultas Madya dengan nama Fakultas Syariah Watampone.

Berdiri tahun 1966 sampai dengan tahun 1997, lanjut Haddise, perguruan tinggi ini telah mengalami kemajuan yang signifikan, dengan didukung oleh tenaga pengajar profesional dan tenaga teknis yang terampil serta sarana dan prasarana yang terus dikembangkan. Sehingga, tidak kalah bersaing dengan perguruan tinggi lainnya dalam menghadapi tantangan dan persaingan global.

Akhir Maret 1997 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1997, pemerintah menaikkan status Fakultas Syariah Watampone menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone dengan dua jurusan, yakni jurusan Syariah dan jurusan Tarbiyah yang didukung oleh tenaga pengajar sejumlah 81 orang berkualifikasi S2 dan S3. STAIN sendiri banyak diminati oleh warga kabupaten sekitar dan daerah Sulawesi Tenggara. Guna menyelaraskan diri dengan perkembangan teknologi informatika, STAIN Watampone telah mengaplikasikan sistem pendidikan berbasis ICT. Demikian pula halnya dengan data-data pegawai secara lengkap dapat diakses secara online melalui website SIMPEG Departemen Agama yang terus ter-update.

Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin yang hadir mendampingi Wapres mengatakan, bahwa tidak lama lagi status STAIN Watampone akan berubah.

“Permohonan alih bentuk dari Sekolah Tinggi menjadi Institut yang diajukan November 2015 lalu sudah dalam tahap finalisasi di Kemenpan. Sehingga InsyaAllah pada tahun 2016, STAIN dapat berubah menjadi Institut Agama Islam,” ucap Kamaruddin.

Terkait dengan peraturan pemerintah melalui Ditjen Pendidikan Islam Kemenag, bahwa setiap kampus Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) harus memiliki keunggulan yang menjadi visi misi, Haddise menyampaikan, keunggulan yang akan dimiliki oleh Institut Watampone nantinya adalah Kajian Islam Bugis.

“Islam Bugis berdasarkan sejarah, terwujud karena adanya paduan antara keunikan Islam dengan kearifan lokal wilayah yang ternyata melanjutkan corak Islam yang damai dan toleran sehingga perkembangan Islam di Bugis itu sukses,” ujar Haddise.

“Sebaiknya kajian itu dinamakan Islam di Bugis ketimbang Islam Bugis guna memperkaya keragaman Islam yang ada di negeri ini,” kata Wapres mengarahkan.

Dalam kesempatan itu, Bupati Bone A. Fahsar M. Padjalangi yang turut mendampingi Ketua STAIN, menyampaikan perkembangan pembangunan di wilayahnya yang saat ini sudah semakin maju. Adanya bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI, memudahkan perkembangan ekonomi di kawasan Kabupaten Bone khususnya pada sektor coklat, perikanan dan rumput laut. Pembangunan jalan dari kota Makassar ke Kabupaten Bone yang diperkirakan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2-2.5 jam, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten tersebut.

Terkait menurunnya perekonomian pada sektor industri, Fahsar berpandangan, dapat diganti dengan sektor lain seperti agrikultur dan pertanian.

“Bagikan saja bibit-bibit tanaman yang mempunyai nilai tinggi seperti kopi. Walaupun orang tidak bekerja, tapi dia akan tetap minum kopi toh?” pungkas Wapres.

Selain Bupati Bone, hadir mendampingi Ketua STAIN Watampone Haddise, Wakil Bupati Bone Ambo Dalle, Wakil Ketua I A. Nuzul, Wakil Ketua II, Abu Bakar, dan Kepala Jurusan Syariah Hasbi. (KIP, Setwapres)