Jakarta, wapresri.go.id – Untuk menciptakan kerukunan hidup antar agama, telah dilakukan banyak diskusi. Namun yang terpenting adalah merealisasikan kerukunan tersebut dalam kehidupan nyata.

Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla ketika menerima peserta ASEAN Youth Interfaith Camp (AIYC) 2018, di Kantor Wakil Presiden, Jln. Merdeka Utara, Jakarta, Senin (29/10).

Lebih jauh, kepada para peserta Wapres memberikan gambaran bagaimana menciptakan kerukunan umat beragama di Indonesia. Dalam Kabinet Kerja pemerintahan saat ini, misalnya, terdiri dari 35 menteri dengan latar belakang agama yang berbeda, mulai dari Muslim, Kristen, Hindu, Budha, bahkan Konghucu.

Selain itu, Wapres menambahkan, Hari Libur Nasional juga didominasi oleh libur agama. Hanya tiga libur nasional yang tidak terkait agama, diantaranya Tahun Baru, Peringatan HUT Kemerdekaan, dan Hari Buruh. Sementara untuk hari libur agama, tiap-tiap agama memilikinya, seperti Islam dengan Idul Fitri, Idul Adha, dan Isra Miraj, Kristen dengan Natal dan Paskah, Hindu dengan Hari Raya Nyepi, Budha dengan Hari Waisak, dan Konghucu dengan Imlek.

Inilah bagaimana kami saling menghormati, untuk menciptakan negara yang harmonis, ungkap Wapres.

Terkait program AIYC 2018 yang merupakan kali kedua di selenggarakan di Indonesia, Wapres menjelaskan, ada beberapa manfaat yang bisa diadopsi oleh para peserta. Manfaat pertama, meningkatkan jaringan. Jaringan tersebut nantinya akan bermanfaat saat para peserta menjadi pemimpin di masa mendatang di negaranya masing-masing.

Kegiatan ini pentingnya tidak hanya sekarang, tetapi juga untuk jangka panjang saat anda telah memiliki peranan nyata. Sekarang anda masih menjadi pelajar, tetapi (nanti) anda adalah para pemimpin masing-masing negara yang telah saling mengenal, jelasnya.

Manfaat kedua adalah para peserta saling mengerti arti penting kebudayaan di Asia, terutama budaya Indonesia dan budaya negara masing-masing.

“Di sini anda jadi mengenal semboyan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, ucap Wapres.

Ketiga, lanjut Wapres, tentu saja para peserta dapat menikmati keindahan kota-kota dan destinasi wisata di Indonesia. Para peserta nantinya akan mengunjungi beragam rumah ibadah yang terdapat di Jakarta, Jogjakarta, dan Bali.

Terkait wisata, Wapres mengungkapkan, Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam mempromosikan pariwisatanya. Hal ini juga mencerminkan toleransi dalam kehidupan beragama.

Sebagaimana anda ketahui bahwa mayoritas (penduduk) Indonesia, kurang lebih 88% adalah muslim. Tetapi jika anda lihat dalam promosi pariwisata (menggunakan ikon) agama Budha dan Hindu. Seperti Borobudur yang merupakan candi agama Budha, dan Bali yang mayoritas masyarakatnya pemeluk agama Hindu, ungkap Wapres.

Selain itu, lanjutnya, di Jakarta, Gereja Katedral yang merupakan rumah ibadah Umat Kristen, berdiri berdampingan dengan Masjid Istiqlal, rumah ibadah umat Islam.

Sebagai penutup Wapres berpesan, pengalaman dari kegiatan selama satu minggu ini akan membuat para peserta memahami Indonesia. Diharapkan keharmonisan Indonesia dapat menjadi contoh untuk negara-negara ASEAN yang lain. Dengan demikian, ASEAN menjadi damai, khususnya beberapa negara yang masih mengalami konflik seperti Myanmar, Filipina, Thailand di Selatan.

Meskipun itu adalah masalah internal masing-masing negara, tetapi semua bisa saling (bersinergi) memberikan semangat, pesan Wapres.

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) AM. Fachir menyampaikan bahwa AIYC 2018 merupakan implementasi dari ASEAN Declaration on Culture Prevention for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy and Harmonious Society yang diadopsi para pemimpin ASEAN pada KTT k2-31 tahun 2017.

Peserta AYIC 2018 terdiri dari 22 peserta dari negara-negara ASEAN, kecuali Vietnam yang tidak mengirim perwakilan. Peserta terdiri dari 15 perempuan dan 7 laki-laki, yang beragama Islam, Budha, Katholik, Taoisme, Kristen, Hindu, dan Methodis. Meskipun beragam latar belakang agama dan budaya, inti program ini adalah mempromosikan Satu Komunitas ASEAN.

Mengingat peserta dari negara-negara ASEAN, tujuannya adalah mempromosikan one community, ungkapnya.

Selain Wamenlu AM. Fachir, hadir mendampingi Wapres Kepala Sekretariat Wapres Mohamad Oemar, Sekretaris Kemnko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Satya Sananugraha, Setjen Kementerian Agama Nur Kholis Setiawan, Plt. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan Guntur Iman Nefianto, Dirjen Kerjasama ASEAN Kemenlu Jose Tavares, Direktur Kerjasama Sosial Budaya ASEAN, Kemenlu Riaz JP. Saehu, Asisten Hubungan Luar Negeri Setwapres M. Siradj Parwito (SK, KIP-Setwapres)